Halaman ini berisi artikel tentang seorang gubernur Irak Abbasiyah. Untuk ilmuwan dari negara yang sama, lihat
Ibnu Sahal (matematikawan).
Al-Hasan bin Sahal (bahasa Arab: الحسن بن سهل; wafat 850/51) adalah pejabat Abbasiyah yang pernah menjabat sebagai gubernur Irak untuk Khalifah Ma'mun Ar-Rasyid (memerintah 813–833) selama Perang Saudara Islam IV.
Ayah Hasan merupakan seorang Iran mantan pemeluk Zoroastrianisme yang kemudian memeluk Islam. Bersama saudara laki-lakinya, yang kemudian menjadi calon wazir, bernama Al-Fadal bin Sahal. Hasan memasuki dinas Barmak melalui al-Fadl ibn Yahya pada masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid (memerintah 786–809).[1] Selama perang saudara Islam IV melawan saudara tiri Ma'mun's bernama Muhammad bin Harun al-Amin (memerintah 808–813), dia dipercayakan untuk mengawasi kantor pajak tanah (kharaj).[1]
Setelah pasukan Ma'mun merebut ibukota kekhalifahan, yaitu Baghdad, Hasan dikirim ke barat untuk mengambil alih pemerintahan Irak, sementara Ma'mun dan Fadal tetap di Marw.[1] Pada awal tahun 815, pemberontakan Zaidiyah yang dipimpin oleh para Banu Ali bernama Ibnu Tabataba dan Abu al-Saraya pecah di Kufa dan menyebar dengan cepat ke Irak selatan. Hasan terbukti tidak mampu menghadapinya, dan para pemberontak pada satu titik mengancam Baghdad sendiri sebelum intervensi jenderal yang cakap bernama Hartsamah bin A'yan membasmi pemberontakan.[1][2] Dominasi Khilafah oleh Fadal dan Khorasan di sekitarnya membangkitkan perlawanan besar di antara bangsawan Arab lama yang menyarankan al-Ma'mun untuk menggantikannya dengan seorang gubernur Arab sebagai gantinya. Permusuhan antara al-Hasan dan bangsawan Arab tercermin dengan slogan: "Kami tidak akan menerima Zoroaster, putra pemeluk Zoroastrer bernama al-Hasan bin Sahal, dan kami akan mengusirnya sampai dia kembali ke Khorasan". Hasan bin Sahal terpaksa meninggalkan kota itu, di mana berbagai pemimpin faksi berbagi kekuasaan. Setahun kemudian saudaranya al-Fadal dibunuh. Mungkin oleh pihak yang sama.[3] Pada bulan Juli 817, setelah berita mencapai kota bahwa Ma'mun telah memilih seorang Banu Ali, bernama Ali bin Musa al-Rida, sebagai ahli warisnya, kota itu menunjuk pamannya, bernama Ibrahim bin al-Mahdi, sebagai khalifah.[1][4]
Menyusul pembunuhan Fadal pada tahun 818 dan masuknya Ma'mun di Bagdad pada tahun 819, ada harapan bahwa Hasan akan menggantikan saudaranya sebagai wazir Khilafah, tetapi Hasan, yang terkejut dengan kematian Fadal, lebih memilih untuk pensiun dari politik dan mundur ke tanah miliknya di sekitar Wasith, di mana dia bermukim hingga wafatnya pada tahun 850/1.[1] Sebelumnya, pada tahun 825, dia merestui pernikahan putrinya, bernama Buran (807–884), ke Ma'mun, dan memberinya harta sesan istana Qasar al-Hasani, di Bagdad selatan, yang kemudian menjadi salah satu kediaman khalifah.[1]
Referensi
Catatan kaki
Daftar pustaka