Bani Hawazin merujuk pada tokoh bernama Hawazin bin Mansyur bin Ikrimah bin Khashafah bin Qais 'Ailan,[3] yang adalah keturunan dari Adnan. Adnan menurut para ahli silsilah Arab merupakan salah satu keturunan Ismail, yang merupakan salah satu dari nenek moyang bagi suku-suku Arabia utara. Dari Bani Hawazin muncullah pecahan sukunya, antara lain Bani Sa'ad bin Bakar, Bani Jasyam bin Bakar, Bani Nashar bin Muawiyah, Bani Tsaqif, dan banyak lagi,[3] yang membentuk persekutuan Hawazin (Ulya Hawazin).[4] Persekutuan kabilah Hawazin tersebut sering bekerja sama dalam menghadapi persaingan dengan kabilah besar lain, misalnya menghadapi Bani Quraisy di Mekkah.[5]
Setelah Muslimmenaklukkan Mekkah, banyak suku dan kaum badui Arab di sekitar Mekkah yang merupakan sekutu Bani Quraisy turut pula mengakui kepemimpinan Muhammad tanpa perlawanan.[6] Namun Bani Hawazin dan para sekutunya sebagai saingan Mekkah memandang kejadian itu sebagai timbulnya kepemimpinan baru Bani Quraisy, yang kuat dan akan menjadi penghalang hagemoni mereka atas jazirah Arabia.[6] Bani Hawazin segera melakukan mobilisasi dengan para sekutunya untuk berperang melawan Muslim dan Bani Quraisy,[6] sehingga di antara kedua pihak terjadilah perang Hunain, perang Authas, dan pengepungan Tha'if.[7] Dari suku-suku persekutuan Hawazin, hanya Bani Ka'ab dan Bani Kilab saja yang tidak memerangi pasukan Muslim.[7] Akhir peperangan dan pengepungan tersebut adalah kemenangan besar bagi pihak Muslim.[7] Atas permohonan utusan dari Bani Hawazin, seluruh tawanan dari pihak mereka sejumlah 6.000 orang dibebaskan, dan setelahnya masyarakat Bani Hawazin masuk Islam.[7]
^ abAbdullah ibn Muhammad ibn Abdul Wahab (2006). Biography of the Prophet. 1 dari Mukhtasar Sirat Al-Rasul. Diterjemahkan oleh Sameh Strauch. Riyadh: Maktaba Darussalam. hlm. 15. ISBN 978-9960-9803-2-4, 9960980324. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-05-27. Diakses tanggal 2015-05-27.