Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Dinasti Zhou Kedua

Dinasti Zhōu

690–705
Dinasti Zhou sekitar tahun 700
Dinasti Zhou sekitar tahun 700
StatusKekaisaran
Ibu kotaLuoyang
Bahasa yang umum digunakanTionghoa
Agama
Buddha, Taoisme, Khonghucu, Agama tradisional Tiongkok
PemerintahanMonarki absolut
Maharani 
• 690–705
Wu Zetian
Sejarah 
• Didirikan oleh Wu Zetian
16 Oktober 690
• Dibubarkan
22 Februari 705
• Penggulingan Wu Zetian
705
Didahului oleh
Digantikan oleh
dnsDinasti
Tang
dnsDinasti
Tang
Sunting kotak info
Sunting kotak info • Lihat • Bicara
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Dinasti Zhou (690 - 705) adalah dinasti Tiongkok yang didirikan oleh seorang wanita bernama Wu Zhao (kemudian dikenal sebagai Wu Zetian). Dinasti ini juga kerap disebut sebagai Dinasti Zhou Kedua, untuk membedakannya dengan Dinasti Zhou pertama yang didirikan keluarga Jī (姬) yang berkuasa pada tahun 1046 SM–256 M.

Sejarah

Latar belakang pendiri

Wu Zhao, sang pendiri dinasti, awal mulanya adalah selir dari Kaisar Dinasti Tang, Taizong. Setelah mangkatnya, Wu menjadi selir, dan kemudian permaisuri (皇后, húanghòu), dari putra dan penerusnya, Gaozong. Wu menjadi ibu suri (皇太后, húangtàihòu) saat dua putranya, Zhongzong dan Ruizong, berturut-turut naik takhta.

Pendirian dinasti

Pada tahun 690, Ruizong menyerahkan takhta kepada ibunya, menjadikan Wu sebagai satu-satunya Maharani (kaisar wanita) (皇帝, huángdì) sepanjang sejarah Tiongkok. Dia mengambil nama Wu Zetian saat naik takhta. Lebih jauh, Wu Zetian membentuk dinastinya sendiri, Dinasti Zhou (周), dinamai sesuai nama Dinasti Zhou yang didirikan keluarga Jī (姬), dan menyela masa pemerintahan keluarga Lǐ (李) – Dinasti Táng (唐) yang telah berkuasa sejak tahun 618.

Namun menurut pandangan sejarah tradisional, Dinasti Zhou yang dibentuk Wu Zetian tidak dapat digolongkan sebagai sebuah dinasti. Syarat dinasti harusnya termasuk pewarisan kekuasaan kepada para anggota keluarga besar yang lain, sedangkan Dinasti Zhou yang dibentuk oleh Wu Zetian dan berakhir setelah dirinya turun takhta.

Kekuasaan

Wu Zetian memegang kendali kekuatan dengan sistem mata-mata yang dari sini dia dapat memilih orang yang akan disingkirkan. Kekuasaan Wu Zetian mencapai puncaknya pada tahun 697 saat banyak dilakukan penurunan pangkat, pengasingan, dan hukuman mati beberapa keluarga bangsawan dan cendekiawan. Putra-putra Wu Zetian juga tidak diperkenankan memegang jabatan politik di istana.

Satu dari kelengkapan pemerintahan yang masuk dalam kendali Wu adalah ujian kenegaraan, sistem ujian pada masa Tiongkok kuno guna menyeleksi orang-orang yang dapat bekerja di pemerintahan. Wu Zetian melanjutkan sistem ini dengan beberapa perubahan mendasar, seperti memperkenankan mereka dari orang-orang biasa dan priyayi untuk mengikuti ujian. Para calon yang berhasil lulus akan ditempatkan sebagai pejabat inti dalam pemerintahannya.

Pada masa pemerintahannya, Wu juga menggunakan polisi rahasia. Mereka bertugas untuk menyingkirkan para penentangnya, atau mereka yang berpotensi melakukan penentangan. Di awal kenaikan takhtanya, Guanzhong masih merupakan tempat keluarga bangsawan yang memegang kendali kuat negara. Banyak dari para penentang Wu berasal dari dataran Guanzhong ini. Oleh karenanya, Wu menekan mereka dan lebih mendukung mereka yang dianggap berbakat yang tidak berasal dari keluarga bangsawan melalui ujian kenegaraan dan banyak dari mereka yang berasal dari dataran utaran Tiongkok. Dari sini, Wu membuat perubahan besar dalam bidang sosial.

Wu Zetian mulai memegang kendali kekuasaan saat administrasi berjalan dengan baik dan naiknya standard kehidupan ekonomi. Secara berkala, Wu Zetian menggunakan sistem Juntian beserta pembaharuan pendataan penduduk guna melakukan pemerataan ulang kepemilikan tanah bila dibutuhkan. Banyak keberhasilannya karena berbagai maklumat yang telah dikeluarkannya yang memenuhi kebutuhan masyarakat kelas bawah. Dia juga banyak melakukan banyak kenaikan jabatan dan gaji pada masyarakat kelas bawah.

Akhir dinasti

Atas dukungan Li Xiǎn, purna-Kaisar Zhongzong yang saat itu menjadi putra mahkota, pemberontak mengepung Aula Changsheng (長生殿) tempat kediaman Wu Zetian. Mereka menyatakan telah menghukum mati Zhang bersaudara, kekasih dan dua sekutu Wu Zetian, atas dakwaan pemberontakan dan menekan Wu untuk menyerahkan takhtanya kepada Li Xiǎn. 21 Februari, dikeluarkan keputusan yang menyatakan bahwa Li Xiǎn bertindak sebagai wali kaisar. 22 Februari, kembali keluar keputusan yang menyatakan bahwa Wu akan menyerahkan takhta kepada Li Xiǎn. 23 Februari, Li Xiǎn secara resmi kembali naik takhta sebagai Kaisar Zhongzong. Esoknya, Wu Zetian dipindahkan ke Istana Shangyang (上陽宮) dengan penjagaan ketat. Walaupun begitu, Wu masih menyandang gelar Maharani Zetian Dasheng (則天大聖皇帝).[1] Pada 3 Maret,[2] Dinasti Tang dipulihkan, mengakhiri kekuasaan Dinasti Zhou yang telah berjalan selama lima belas tahun.[3]

Nama rezim

Dinasti Zhou (690–705)
Nama kuil Marga dan Nama Masa bertakhta Nama rezim dan pemakaiannya
Tidak ada.[ket 1] Wǔ Zhào (武曌) 690–705

Tiānshòu (天授): 16 Oktober 690 – 21 April 692 (18 bulan)
Rúyì (如意): 22 April – 22 Oktober 692 (6 bulan)
Chángshòu (長壽): 23 Oktober 692 – 8 Juni 694 (19 ½ bulan)
Yánzài (延載): 9 Juni 694 – 21 Januari 695 (7 ½ bulan)
Zhèngshèng (證聖): 22 Januari – 21 Oktober 695 (9 bulan)
Tiāncèwànsuì (天冊萬歲): 22 Oktober 695 – 19 Januari 696 (3 bulan)
Wànsuìdēngfēng (萬歲登封): 20 Januari – 21 April 696 (3 bulan)
Wànsuìtōngtiān (萬歲通天): 22 April 696 – 28 September 697 (17 bulan)
Shéngōng (神功): 29 September – 19 Desember 697 (2 ½ bulan)
Shènglì (聖曆): 20 Desember 697 – 26 Mei 700 (29 bulan)
Jiǔshì (久視): 27 Mei 700 – 14 Februari 701 (8 ½ bulan)
Dàzú (大足): 15 Februari – 25 November 701 (9 ½ bulan)
Cháng'ān (長安): 26 November 701 – 29 Januari 705 (38 bulan)
Shénlóng (神龍): 30 Januari – 3 Maret 705 (Dinasti Zhou dihapus pada 3 Maret 705 dan Dinasti Tang didirikan kembali pada hari yang sama, tetapi era Shenlong tetap berlanjut dan digunakan Kaisar Zhongzong sampai tahun 707)

Catatan

  1. ^ Dinasti Zhou dihapus sebelum kematian Wu Zetian dan dia diturunkan ke tingkat "permaisuri" saat mangkatnya, sehingga dia tidak memiliki nama kuil, sebagaimana permaisuri pada umumnya, bukan selayaknya para kaisar.

Referensi

Kembali kehalaman sebelumnya