Penaklukan militer atas Tiongkok kelihatannya layak dijalankan berdasarkan laporan para misionaris dan duta besar Kristen, yang menggambarkan penduduk Ming sebagai penduduk yang terdemobilisasi, tidak dikelola dengan efisien, dan mudah untuk tunduk terhadap gubernur mereka sendiri, menawarkan situasi yang mirip dengan situasi Kekaisaran Aztec dan Inka, yang penguasaan atas wilayahnya dapat direbut. Setelah ditaklukkan, rencana tersebut mencakup kegiatan penginjilan massal dan menggalakkan percampuran ras antara orang Iberia dan Tiongkok, dengan harapan untuk mengubah Tiongkok menjadi sumber kekuatan untuk memperluas kekuasaan Hispanik dan Kekristenan di seluruh Asia. Dalam skenario terbaik, Imperium Spanyol mungkin ingin mewujudkan suatu palagan oriental dalam Perang Utsmaniyah–Habsburg.[4]
Usaha tersebut dirumuskan oleh beberapa tokoh Monarki Hispanik, tetapi kekuatan pendorong utamanya adalah sektor Serikat Yesus yang dipimpin oleh Alonzo Sánchez, yang bertikai dengan tokoh gereja lain mengenai legitimasi Vitorian atas penaklukan baru.Raja Felipe II mengizinkan berdirinya suatu dewan resmi pada tahun 1588, Junta de la Empresa de China, tetapi kegagalan Armada Spanyol pada tahun yang sama menyebabkan proyek tersebut dibatalkan. Invasi ke Tiongkok sepintas lalu muncul kembali kemudian, dengan proyek baru untuk menggulingkan keregenan Toyotomi dan menaklukkan Jepang dengan bantuan dari pemberontakan penduduk aslinya sendiri, yang kemungkinan melibatkan Tokugawa Ieyasu, setelah itu tentara Jepang akan digunakan untuk melawan Tiongkok.
Sejarah
Gagasan perluasan Imperium Spanyol ke Tiongkok pertama kali dirumuskan pada tahun 1526 oleh Hernán Cortés, penakluk Kekaisaran Aztec, yang mengirim sepucuk surat kepada Raja Charles V dengan mengusulkan untuk memulai penaklukan Maluku dan Tiongkok dari pelabuhan baru mereka di pantai Pasifik, Spanyol Baru.[5][3] Namun, karena kegagalan ekspedisi García Jofre de Loaísa dan Álvaro de Saavedra Cerón, Cerón dikirim oleh Cortés sendiri untuk menyelamatkan para korban selamat dari ekspedisi Loaísa, Charles membatalkan rencananya untuk Samudra Pasifik dan menyerahkan haknya atas Maluku kepada Kerajaan Portugal dalam Perjanjian Zaragoza.[5]
^ abJosé Antonio Cervera Jiménez, Los planes españoles para conquistar China a través de Nueva España y Centroamérica en el siglo XVI. Cuadernos Inter.c.a.mbio, Año 10, Vol. 10, No. 12 (2013), 207-234
Sumber
Comellas García-Lera, José Luis (2009). Páginas de la historia. Rialp. ISBN9788432137969.
Hortigüela, Juan Hernández (2018). De Filipinas a Vietnam: Españoles con la cruz y la espada. Punto Rojo. ISBN9788417768119.
De Laurentis, Ernesto (2009). Evangelización y prestigio. Primeros encuentros entre España y Corea. Verbum. ISBN9788479625337.
Mayer Celis, Leticia (2021). Rutas de incertidumbre: Ideas alternativas sobre la génesis de la probabilidad, siglos XVI y XVII. Fondo de Cultura Económica. ISBN9786071643957.
Ollé, Manel (2000). La invención de China: percepciones y estrategias filipinas respecto a China durante el siglo XVI. Otto Harrassowitz Verlag. ISBN9783447043366.
Ollé, Manel (2002). La empresa de china: de la Armada Invencible al Galeón de Manila. Acantilado. ISBN9788495359858.
Sola, Diego (2018). El Cronista de China: Juan González de Mendoza, entre la misión, el imperio y la historia. Edicions Universitat Barcelona. ISBN9788491680376.
Sola, Emilio (1999). Historia de un desencuentro. España y Japón, 1580-1619. Archivo de la Frontera. ISBN9788469058596.