|
Gempa bumi Cianjur 1879
Gempa bumi Cianjur 1879 (bahasa Belanda: Aardbeving op 28 maart te Tjiandjoer) terjadi pada 28 Maret 1879, yang melanda Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Hindia Belanda.[1] Guncangan pertama dimulai terjadi pada malam hari, pusat gempa berada di Jalan Raya antara Cugenang dan Sukamantri. Pos pengamat di Bandung mencatat, terdapat tiga guncangan "cukup kuat" yang terjadi pada pukul 19.00 hingga 21.00 malam. Guncangan besar yang menyusul terjadi sekitar pukul 20.30 dengan perkiraan skala momen magnitudo 6,3 hingga 6,5 guncangan tersebut menyebabkan kehancuran masif, dan menewaskan sedikitnya 7 orang.[2] Dampak dan kerusakan  Rangkaian gempa bumi Cianjur tahun 1879, ini menyebabkan kerusakan beberapa gedung di Kota Bogor, termasuk menimbulkan retakan besar di dinding gedung kantor kereta api negara Staatsspoorwegen. Perusahaan ini sedang mengerjakan proyek jalur kereta api Priangan yang menghubungkan Bogor-Cicalengka, yang juga melewati Kota Cianjur. Getaran gempa dirasakan cukup kuat di Batavia. Beberapa bangunan perusahaan ikut rusak dan bahkan roboh. Misalnya, penggilingan padi milik perusahaan John Pryce & Co ditemukan telah rata dengan tanah. Guncangan ini membuat rumah-rumah penduduk rusak parah, termasuk rumah di perdesaan dan perkampungan Tionghoa yang rusak dan penghuninya harus dievakuasi karena riskan untuk ditempati. Gempa tersebut membuat dinding beranda depan dan belakang rumah bupati roboh. Selain itu, gempa merobohkan tembok pembatas benteng. Menurut Jan Breman dalam buku Keuntungan Kolonial dari Kerja Paksa, gempa bumi tersebut membuat kediaman sekaligus kantor Bupati Cianjur hancur. Kejadian ini membuat Bupati Cianjur dan istrinya mengalami luka-luka di bagian tangan. Kerusakan juga terjadi pada Masjid Agung Cianjur dan Keraton Bupati yang ikut roboh. Kejadian ini menelan korban jiwa termasuk penghulu kepala Cianjur. Beliau meninggal bersama 5 orang jamaahnya karena tertimpa reruntuhan masjid saat gempa terjadi, 2 korban jiwa lainnya dilaporkan kemudian.[3]  Di saat bersamaan, guncangan menyebabkan kebakaran di satu rumah. Penghuninya merupakan suami istri yang mengalami memar di kepala dan gigi tanggal saat panik menyelamatkan diri. Masyarakat sekitar mencoba menolong dan sebagian menuju rumah pemadam kebakaran untuk mencari alat pemadam. Sayangnya, mereka harus kembali dengan tangan kosong, karena mereka menemukan peralatan pemadam kebakaran sudah terkubur di bawah puing-puing atap yang ambruk. Gempa ini sempat menghentikan kehidupan ekonomi di Cianjur karena kegiatan perdagangan di sana hampir terhenti. Para pedagang porselen misalnya, mengalami kerugian yang sangat besar karena guncangan memecahkan barang-barang mereka. Gerobak tidak henti-hentinya melintas di jalan-jalan Cianjur untuk mengangkut pecahan-pecahan porselen dan barang pecah belah yang akan dibuang.  Bencana gempa tersebut dimanfaatkan oleh beberapa perusahaan foto yang mengendus bencana gempa Cianjur sebagai lahan bisnis. Perusahaan seperti Woodbury & Page, Firma Bruining, dan G. Kolff & Co. menjual foto-foto objek yang diterjang gempa bumi dengan harga sekitar 2,5 gulden per foto. Dalam sebuah iklan baris yang dipasang di Bataaviasche Handelsblad, 3 April 1879, perusahaan Woodbury & Page menyediakan foto di Cianjur seperti kondisi terbaru masjid, rumah Dr. Le Rutte yang roboh, penjara, dan lainnya. Lihat pulaReferensi
|
||||||||||||||||||
