Hifni Djafar(35) lahir 26 maret 1983, Ende, Nusa Tenggara Timur. Adalah seorang pegiat literasi untuk anak-anak di Pulau Ende, Nusa Tenggara Timur. Bapak satu anak ini, memulai kegiatannya dengan meneruskan taman bacaan yang diberi nama “Rumah Kreatif Sahabat Nusantara”, awalnya didirikan oleh beberapa mahasiswa Universitas Indonesia yang sedang menjalani Kuliah Kerja Nyata pada tahun 2011, pada mulanya, kegiatan ini bertempat di rumah camat. Namun taman bacaan ini terbengkalai setelah para mahasiswa tersebut selesai KKN pada tahun 2012.[1]
Atas dasar ini, pria yang kerap di panggil Hifni ini ingin melanjutkan taman bacaan tersebut, karena di desa tidak ada fasilitas yang bisa meningkatkan minat baca anak-anak, fasilitas kretifitas juga terbatas, dan juga tidak semua sekolah memiliki perpustakaan, hal ini juga yang membuat Hifni semakin semangat untuk melanjutkan taman bacaan tersebut.
Pada tahun 2013, setelah menyelesaikan kuliah jurusan Pendidikan Ekonomi di Universitas Flores, Hifni diterima menjadi guru honorer di SMA Negeri Pulau Ende, dan dia mengambil alih pengelolaan taman bacaan. Awalnya dia kesulitan untuk mencari sukarelawan untuk mengelola bersama taman bacaan tersebut, hingga akhirnya terkumpullah orang-orang yang mau bersama mengelola walaupun tanpa digaji.
Bersama para sukarelawan, Hifni mengelola taman bacaan, dia juga menyisihkan gajinya untuk mengelola taman bacaan tersebut begitu pula uang dari kantong pribadi para sukarelawan, untuk menjalankan semua kegiatan dan akhirnya terbangunlah perpustakaan kecil. Sampai sekarang sudah kurang lebih 1600an buku dimiliki taman bacaan tersebut. Dengan modal nekad, buku-buku, dan uang seadanya, dia juga sering berlayar dengan membawa buku-bukunya, karean untuk sampai ke desa Ende harus menyebrang laut terlebih dahulu,buku-buku tersebut akan dipinjamkan untuk sesama penumpang, istilahnya perpustakaan keliling. Di sela-sela kesibukan mengajarnya, dia juga masih sempat mengajar ngaji dan juga mengajar membaca anak-anak di desa tersebut.
Hingga saat ini Dari anak-anak yang dibinanya, sudah ada tujuh orang yang mendapatkan bantuan beasiswa Nusantara untuk melanjutkan kuliah di Universitas Teknologi Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Tahun ini, 14 orang lagi yang akan diberangkatkan untuk mendapatkan beasiswa yang sama. Hifni sendiri yang mencarikan informasi terkait beasiswa tersebut melalui internet.
Perjalan Hifni sebagai pegiat literasi juga terganjal oleh rumah camat yang pada 2017 diminta oleh pemeringtah, oleh karena itu, dia menggunakan rumah pribadinya yang hanya berukuran 4x6, terbuat dari bambu dan triplek sebagai tempat pengganti. Dari rumah yang hanya berukuran 4x6 tersebut, setengahnya dipakai untuk kegiatan taman bacaan seperti biasanya, anak-anak belajar membaca dan lain-lain. Hifni percaya, kesulitan yang saat ini dihadapi pasti akan berbuah baik di kemudian hari. Ia yakin, anak-anak yang dibinanya akan menjadi generasi masa depan yang sukses dan menjadi sumber daya manusia yang unggul.
Referensi
- ^ ARLINTA, DEONISA (18 September 2018). "Hifni Djafar Merancang Masa Depan dari Bilik Bambu". KOMPAS.