Dinamai menurut Provinsi Musashi kuno di Jepang,[1]Musashi mulai dioperasikan pada pertengahan 1942, dimodifikasi untuk bisa berfungsi sebagai kapal perang bagi Armada Gabungan, dan menghabiskan sisa tahun tersebut di kancah peperangan.
Spesifikasi
Musashi dan kapal saudarinya, Yamato, adalah kapal perang bersenjata yang paling berat dan paing kuat yang pernah dibuat, mampu mengangkut 72.000 ton muatan dan dipersenjatai dengan sembilan senjata utama Type 94 46 cm (18.1 inch). Kapal ini tidak selamat dari peperangan. Ukuran yang mengesankan untuk militer pada saat itu.
Tetapi Jepang kurang memperhitungkan, bahwa hal ini akan menjadikan kapal sangat berat. Dan hasilnya ketika kapal dikerahkan ke laut, perahu raksasa menggusur begitu banyak air (diperkirakan 63.000 ton) dan hal itu menyebabkan gelombang pasang setinggi empat kaki, membanjiri rumah tepi sungai Nagasaki.
Gara-gara Musashi mencebur ke air, hampir semua kapal di pelabuhan sekitarnya terbalik, dan membuat sejumlah kerusakan serius pada toko-toko dan rumah-rumah yang paling dekat dengan tepi air. Warga pun takut dan bergegas berlarian ke jalan-jalan.
Mereka benar-benar bingung dengan sumber banjir. Angkatan Laut Kekaisaran Jepang dengan malu akhirnya memberitahu orang-orang di Nagasaki apa yang sebenarnya terjadi.
Masa dinas
Musashi dipindahkan ke Laguna Chuuk pada awal 1943 dan berlayar beberapa kali pada tahun itu dengan armada yang gagal menemukan pasukan Amerika. Musashi digunakan beberapa kali untuk mengangkut tentara dan peralatan perang dari Jepang ke berbagai pulau yang didukinya pada tahun 1944. Kena torpedo pada awal 1944 oleh kapal selam Amerika, Musashi terpaksa kembali ke Jepang untuk diperbaiki, dengan penambahan persenjataan anti-peluru yang canggih. Kapal ini ikut serta dalam Pertempuran Laut Filipina pada bulan Juni, tetapi tidak melakukan kontak dengan armada laut Amerika. Musashi ditenggelamkan oleh sekitar 19 torpedo dan 17 bom yang dilancarkan oleh pesawat tempur Amerika pada tanggal 24 Oktober 1944 ketika berlangsungnya Pertempuran Teluk Leyte. Lebih dari setengah awak kapal berhasil diselamatkan oleh Maya, lalu Shimakaze.[2]
Penemuan bangkai
Bangkai kapal ditemukan pada bulan Maret 2015 oleh Paul Allen dan tim penelitinya.[3]
Jentschura, Hansgeorg; Jung, Dieter; Mickel, Peter (1977). Warships of the Imperial Japanese Navy, 1869–1945. Annapolis, Maryland: United States Naval Institute. ISBN0-87021-893-X.
Lacroix, Eric; Wells, Linton (1997). Japanese Cruisers of the Pacific War. Annapolis, Maryland: Naval Institute Press. ISBN0-87021-311-3.
Polmar, Norman; Genda, Minoru (2006). Aircraft Carriers: A History of Carrier Aviation and Its Influence on World Events. Volume 1, 1909–1945. Washington, D.C.: Potomac Books. ISBN1-57488-663-0.