Keluarnya Yunani dari Zona EuroKeluarnya Yunani dari Zona Euro adalah skenario keluarnya Yunani dari persatuan moneter zona euro agar negara tersebut bisa menangani utang publiknya yang semakin tak terkendali. Di industri keuangan, rencana keluarnya negara ini sering disebut "Grexit" atau "grexit", gabungan kata "Greek exit" yang diciptakan oleh Kepala Analis Citigroup Willem H. Buiter dan Ebrahim Rahbari pada 6 Februari 2012.[1][2] Pendukung rencana ini berpendapat bahwa meninggalkan mata uang euro dan menggunakan kembali drachma akan meningkatkan ekspor dan pariwisata dan mendorong ekonomi setempat sekaligus mengurangi impor yang mahal. Penenyangnya berpendapat bahwa rencana ini akan membuat rakyat Yunani menderita, memicu kerusuhan sipil, menggoyahkan dan merusak reputasi zona euro, dan membuat Yunani lebih dekat dengan negara-negara non-UE. Pada 27 Januari 2015, dua hari setelah pemilu awal parlemen Yunani, Alexis Tsipras, ketua partai Syriza yang baru, membentuk pemerintahan baru. Ia mengangkat Yanis Varoufakis sebagai Menteri Keuangan, jabatan yang semakin penting karena krisis utang pemerintah. Sejak itu, kemungkinan Grexit atau 'Graccident' (Grexit yang tak disengaja) menjadi bahan pembicaraan secara luas.[3][4][5][6] Setelah pengumuman referendum penalangan Yunani 2015 pada tanggal 27 Juni 2015, berbagai spekulasi muncul. Pada hari itu, BBC News melaporkan bahwa "[Yunani] bisa dipastikan gagal bayar",[7] namun pernyataan ini langsung dihapus dari artikel berita.[8] Tanggal 29 Juni 2015, pemerintah mengumumkan bahwa seluruh bank di Yunani akan tutup selama satu pekan, penarikan uang dari bank dibatasi hingga €60 per hari, dan transfer uang internasional dibatasi untuk transfer perdagangan yang sudah disetujui saja.[9] Lihat pulaReferensi
Pranala luar
|