Walaupun Liu Qi adalah anak laki-laki pertama Liu Biao, adiknya yang bernama Liu Cong telah menikahi keponakan Putri Cai, istri kedua Liu Biao. Faksi pendukung keluarga Cai (anggotanya termasuk Cai Mao dan Zhang Yun) memiliki pengaruh yang sangat kuat di dalam pemerintahan Liu Biao dan mereka mendesak kepada Liu Biao agar Liu Cong dijadikan penerus.[1][2]
Saat Liu Qi mendatangi Zhuge Liang untuk meminta nasihat, Zhuge Liang menolak membantunya. Liu Qi pernah memperdaya Zhuge Liang dan membuatnya memanjat sebuah menara saat sedang mengunjungi kebun. Saat mereka sedang berbincang dan berpesta di menara itu, Liu Qi secara diam-diam telah menyuruh pelayannya untuk menyembunyikan tangganya. Ia lalu memberitahu Zhuge Liang: "sekarang tidak ada yang naik ke langit atau turun ke Bumi. Apapun yang Anda katakan hanya akan didengar oleh saya saja. Tidakkah Anda dapat mengatakan sesuatu sekarang?". Zhuge Liang menjawab, "Tuanku, tidakkah Anda pernah membaca bahwa Shensheng berada dalam bahaya karena ia tetap berada di Jin, sementara Chong'er tetap aman karena ia berada di luar Jin?" Liu Qi paham dengan apa yang dimaksud oleh Zhuge Liang.[3]
Setelah kematian Huang Zu dalam Pertempuran Jiangxia pada tahun 208, Liu Qi menawarkan diri untuk menjadi pengurus wilayah Jiangxia yang terletak sejauh 250 km di sebelah tenggara ibu kota Provinsi Jing di Xiangyang. Tidak diketahui secara pasti apakah Liu Qi meminta jabatan ini untuk melarikan diri dari konflik atau apakah ia dipaksa oleh faksi keluarga Cai.[4] In any case, he seemed to have been tasked with a counterattack against the forces of the warlord Sun Quan, who had seized control of Jiangxia Commandery following his victory over Huang Zu.[5]
Tidak lama setelah Liu Qi pindah ke Jiangxia, Liu Biao meninggal dunia di Xiangyang[6] dan Liu Cong menggantikannya sebagai Gubernur Provinsi Jing.[7] Semenjak itu, Liu Qi menganggap Liu Cong sebagai musuh, dan mungkin akan menyerangnya jika pasukan Cao Cao tidak datang.
Pasukan Cao Cao tiba dari utara. Liu Qi melarikan diri ke selatan.[8] Liu Cong sendiri tidak memiliki cukup pasukan untuk berperang melawan Cao Cao, sehingga ia menyerah kepada Cao Cao.[9] Tidak lama sesudahnya, Liu Bei melarikan diri dari pasukan Cao Cao setelah mengalami kekalahan dalam Pertempuran Changban. Liu Bei bersama dengan pasukannya menyeberangi Sungai Han ke Jiangxia dan bertemu dengan Liu Qi.[10] Pasukan Liu Qi lalu menemani Liu Bei kembali ke Sungai Han untuk mengumpulkan pasukan Liu Bei yang terpencar setelah Pertempuran Changban.[11]
Pertempuran Tebing Merah
Liu Qi konon memimpin sekitar 10.000 pasukan selama pertempuran ini. Angka ini mungkin dilebih-lebihkan, tetapi jumlah pasukannya setara dengan pasukan Liu Bei (termasuk armada Guan Yu).[12][13][14]
Setelah Cao Cao berhasil dikalahkan, Liu Qi dijadikan Inspektur Provinsi Jing.[15] Ia meninggal di Jiangxia beberapa bulan setelah diangkat sebagai inspektur.[16]
^Liu Biao's biography in the Records of the Three Kingdoms stated Liu Qi was forced out of Xiangyang (p. 213); the biography of Zhuge Liang in the same work claims Liu Qi requested the appointment after a highly secretive yet diligently recorded meeting with Zhuge Liang (p. 914). This later account is followed by the Book of the Later Han (p. 2423) and Zizhi Tongjian (pp. 2081–2).
^Records of the Three Kingdoms, p. 914. An annotation by Pei Songzhi (p. 214) quotes Yu Huan's Dianlüe (典略) claiming Liu Biao had been sick for some time, and Liu Qi was denied entrance to see his father by his brother's political allies. The Book of the Later Han (p. 2423) and Zizhi Tongjian (p. 2082) follow this.
^In many sources, Liu Qi apparently discovered his brother's succession when he received the seal of a marquis from him. Infuriated, he threw it to the ground (Book of the Later Han p. 2424; Zizhi Tongjian p. 2082).
National Defense University Historical Warfare Compilation Committee (1983) [1972]. History of Chinese Warfare 中國歷代戰爭史. 4. Taibei: Military Translation Press.