Para Mandalorian adalah bangsa fiksi dari planet Mandalore di waralaba fiksi ilmiah Star Wars yang diciptakan oleh George Lucas. Mulanya mereka dikonsep untuk film The Empire Strikes Back sebagai sekelompok "tentara super" memakai baju perang berwarna putih, ide tersebut akhirnya berkembang menjadi seorang tokoh pemburu hadiah bernama Boba Fett. Meskipun istilah "Mandalorian" tidak pernah dipakai di film-film tersebut, popularitas Boba Fett menginspirasi banyak karya mengenai bangsa Mandalorian di semesta Star Wars yang dikenal sebagai Legenda-legenda Star Wars non kanon .
Dikenali dengan baju tempur yang ikonik mereka, bangsa Mandalorian digambarkan dalam semesta Star Wars sebagai bangsa petarung yang multi-spesies yang sering bekerja sebagai tentara bayaran dan pemburu hadiah. Serial televis The Clone Wars mengenalkan kembali bangsa tersebut ke dalam waralaba Star Wars sebagai bangsa manusia dan juga memperkenalkan bangsa Mandalorian Baru, kaum yang bersifat pasif yang menjauhkan diri dari tradisi petarung Mandalore. Tokoh petarung Mandalorian juga tampil di serial animasi televisi Rebels dan di dalam serial televisi jejaring yang akan datang, The Mandalorian.
Penciptaan dan pengembangan
Dalam pembuatan film The Empire Strikes Back (1980), Ralph McQuarrie dan Joe Johnston mendesain baju tempur yang dimaksudkan untuk dipakai tentara-tentara super dari sistem planet Mandalore, yang memakai senjata yang dimasukkan dalam baju-baju putih mereka dan mereka juga terkenal untuk melawan para Jedi.[1][2][3] Mulanya, para tentara ini disebut Super Troopers dan direncanakan untuk memiliki rupa yang mirip.[2] Kelompok tersebut akhirnya berubah menjadi satu tokoh pemburuh hadiah, Boba Fett, dan kostumnya diperbaiki lagi, akan tetapi elemen-elemen laser pergelangan tangan, anak panah roket, dan alat jetpack dipertahankan.[1][2] Dalam edisi tahun 1979 surat kabar resmi Klub Penggemar Star Wars, Bantha Tracks, baju tempur Boba digambarkan sama dengan milik "Shocktroopers Kekaisaran, para petarung dari masa lalu" yang "berasal dari sisi jauh galaksi" dan hanya berjumlah sedikit karena mereka "diburu para Ksatria Jedi selama Perang Clone ".[4]
Para Mandalorians memulai debut di buku Star Wars #68 "The Search Begins", sebuah buku komik yang diterbitkan Marvel pada tahun 1983, yang menggambarkan Boba dan Fenn Shysa sebagai anggota para tentara super, para pelindung resmi planet Mandalore.[5] Film Attack of the Clones (2002) memperkenalkan tokoh Jango Fett, yang juga memakai baju tempur Mandalorian dan kemudian diungkapkan sebagai seorang pemburu hadiah asal muasal klona Boba.
Meskipun istilah "Mandalorian" tidak muncul di film-film, popularitas Boba Fett menginspirasi banyak karya di semesta <i id="mwLw">Star Wars</i>, yang dikenal juga sebagai Legenda-legenda Star Wars, menampilkan bangsa Mandalorian.[3]
Kreator Star Wars,George Lucas, menginginkan untuk memasukkan kembali para Mandalorian di musim kedua serial televisi tahun 2008, <i id="mwNQ">The Clone Wars</i>, yang dikerjakannya bersama Dave Filonisebagai produser pelaksana untuk memperbaiki kaum tersebut, beserta sejarahnya dan budanya.[3]
Pada bulan Oktober 2018, Lucasfilm dan Disney mengumumkan bahwa mereka sudah mulai memproduksi serial live-action jejaring berjudul The Mandalorian, mengambil waktu setelah jatuhnya Galactic Empire dan sebelum bangkitnya First Order, ceritanya berfokus pada seorang jago tembak Mandalorian. Film ini ditulis dan diproduksi oleh Jon Favreau, episode pertamanya disutradarai Dave Filoni, beberapa episode tambahan disutradarai Bryce Dallas Howard, Deborah Chow, Rick Famuyiwa dan Taika Waititi.[6]Pedro Pascal akan memainkan peran utamanya.[7]
Sejarah fiksi
Dalam serial televisi animasi
Dalam alur cerita di musim kedua serial televisi The Clone Wars, Galactic Republic yang mewaspadai bahwa Duchess Satine Kryze sedang membangun pasukan secara sembunyi-sembunyi untuk membantu para Separatist kemudian mengirimkan Obi-Wan Kenobi untuk menginvestigasi planet Mandalore. Satine meyakinkannya bahwa kelompok militan lokal bernama Death Watch adalah hanya satu kelompok kecil yang bermarkas di Concordia, bulan planet Mandalore, akan segera dimusnahkan. Penyelidikan Obi-Wan mengungkapkan bahwa Pre Vizsla, gubernurConcordia, memimpin Death Watch. Namum, ia berhasil melarikan diri. Death Watch berusaha menggulingkan Satine dan mengambil alih kekuasaan Mandalore.[8] Dengan bantuan dari kaum Separatists dan dua Sith lord, yaitu Count Dooku dan Darth Sidious, Death Watch berencana menekan Senate untuk mengirim tentara penjaga perdamaian ke Mandalore; saat itu, Death Watch akan tampil sebagai penyelamat dari penjajahan Republic dan merebut Mandalore melalui dukungan penduduk.[8][9] Meskipun Satine berkeras bahwa Death Watch adalah bukan ancaman bagi Republic, suatu rekaman yang direkayasa atas percobaan Death Watch's dalam membunuh Satine akhirnya memaksa Senate menyetujui invasi ke Mandalore. Ketika Satine membuktikan bahwa rekaman tersebut adalah palsu, perintah tersebut dibatalkan.[9]
Sebuah alur cerita di musim ketiga mengetengahkan tentang korupsi dalam pemerintahan Mandalorian. Sebagai planet yang netral sepanjang perang Clone Wars, Mandalore tidak bisa berdagang dengan planet-planet yang tidak netral. Hal ini menyebabkan meningkatnya kegiatan pasar gelap, dan akhirnya teh selundupan meracuni banyak anak-anak. Investigasi Satine mengungkapkan suatu jaringan pejabat yang korup. Namun, Perdana Menteri Almec tidak prihatin akan hal ini.[10] Di episode selanjutnya, Almec mengakui ia menggunakan hasil pasar gelap untuk membeli bahan bantuan kemanusiaan. Untuk mengakhiri perjuangan Satine melawan korupsi, ia mencoba memaksanya menandatangani pengakuan korupsi palsu dan merampas kekuasaan dari Satine. Ia gagal dan lantas dipenjara.[11]
Musim kelima The Clone Wars membawa kita kembali ke Mandalore dengan alur cerita mengisahkan bagaimana Mandalore terjatuh dalam perang saudara. Dengan bantuan dari Darth Maul dan sindikat kejahatan,[12] Death Watch meyakinkan publik bahwa mereka bisa menjaga ketertiban lebih baik daripada Satine.[13] Setelah menggalang dukungan masyarakat, Vizsla menggulingkan dan memenjarakan Satine. Namun, Vizsla mengkhianati Maul dan para sindikat dan memenjara mereka juga. Maul melarikan diri, membunuh Vizsla dalam duel untuk menguasai Death Watch, dan mengangkat Almec sebagai pemimpin boneka. Akan tetapi, Bo-Katan menolak kepemimpinan Maul dan membelot bersama sekelompok kecil minoritas Death Watch.[13] Ia kemudian membantu Satine menghubungi Obi-Wan untuk meminta bantuan, akan tetapi akhirnya Maul membunuh Satine dan menangkap Obi-Wan. Ibu kota Mandalore dilanda perang saudara, dan Bo-Katan menyelamatkan Obi-Wan agar ia bisa memperingatkan Senate atas keadaan tersebut. Ketika Obi-Wan mengingatkannya bahwa hal ini akan memicu dilancarkannya sebuah serbuan Republic, ia menerimanya sebagai harga untuk kematian Maul dan meyakinkan Obi-Wan bahwa bangsa Mandalorian akan bertahan selamat.[14]
Filoni merencanakan alur cerita terakhir dalam The Clone Wars untuk mengetengahkan pengepungan Republic terhadap Mandalore, di saat yang bersamaan dengan latar film bioskop Episode III – Revenge of the Sith, akan tetapi serial tersebut telah dihentikan.[15]Henry Gilroy, penulis The Clone Wars, memberikan gagasan bahwa pentingnya planet tersebut menyebabkan Republic mengangkat pemerintahan boneka baru, semacam "pendudukan secara halus". Setelah didirikannya Galactic Empire, sebuah Akademi Imperial dibuka di planet Mandalore. [citation needed] Alur cerita terakhir akan muncul di episode baru serial Clone Wars, yang rencananya akan ditayangkan oleh Disney+.
Di musim kedua serial televisi Rebels yang menampilkan tokoh utama Mandalorian bernama Sabine Wren- Rebel Alliance meminta izin untuk melewati sistem planet Concord Dawn, yang dikuasai para petarung Mandalorian yang disebut sebagai para Protectors. Rombongan diplomat tersebut diserang oleh Fenn Rau, lalu para Rebels memerintahkan serangan balik. Rau tertangkap, karena mewaspadai akan terjadinya invasi pasukan Imperial terhadap Concord Dawn apabila penangkapan Rau diketahui oleh Empire, ia memerintahkan para Protectors untuk membolehkan para Rebels untuk melewati sistem tersebut tanpa diganggu.[16] Di musim ketiga, Gar Saxon, yang diangkat sebagai Imperial Viceroy karena jasanya pada Empire, menghancurkan para Protectors ketika in Rau tidak ada. Tanpa rekan-rekannya dan terkesan atas kepatuhan Sabine atas budaya bangsanya, Rau setuju untuk membantu Rebellion.[17] Sabine merebut kembali darksaber dari Maul, dan dengan dukungan serta sumpah setia Rau, ia belajar menggunakan darksaber tersebut dan menyemangati bangsa Mandalorian untuk bergabung dengan Rebellion. Namun, untuk menyatukan bangsa Mandalorian di bawah kepemimpinannya, ia perlu mendapatkan dukungan dari Ursa, ibunya yang tidak pernah ditemuinya. Setelah berhasil melakukan hal itu, ia mengumpulkan klan Wren dan mengangkat senjata melawan klan Saxon, yang didukung oleh Empire akan tetapi telah kehilangan pemimpinnya, Gar Saxon, yang dibunuh oleh Ursa setelah ia kalah dalam duel dengan Sabine.
Di dalam Semesta yang Diperluas
Dalam Tales of the Jedi, yang mengambil latar ribuan tahun sebelum film pertama Star Wars, bangsa Mandalorians adalah kekuatan militer besar yang berada di pihak Sith dalam perang mereka terhadap para Jedi, dan pemimpin mereka dimanipulasi para Sith untuk memulai peperangan dengan Republic. Mereka dikalahkan dengan bantuan Revan dan Malak, dan Revan memastikan bahwa tidak akan bangkit lagi seorang Mand'alor, pemimpin tunggal bangsa Mandalorian. Karena kebersatuan mereka sebagai suatu bangsa dilunturkan, bangsa Mandalorians berubah menjadi suatu kebudayaan tentara bayaran yang bertualang merantau. Berdasarkan instruksi Revan, seperti yang dikisahkan dalam permainan Knights of the Old Republic dan Knights of the Old Republic II: The Sith Lords, Canderous Ordo mengambil gelar Mand'alor dan menyatukan kembali klan-klan pejuang yang ada.[18]
Jango Fett: Open Seasons, yang mengambil waktu sebentar sebelum Clone Wars, mengisahkan pertempuran antara dua faksi, yaitu: Death Watch, yang dipimpin oleh Tor Vizsla, dan True Mandalorians, yang dipimpin oleh ayah angkat Jango Fett, Jaster Mereel dan akhirnya Jango Fett sendiri. Sebuah jebakan yang didalangi Vizsla membuat para Jedi tertipu sehingga menyerang dan membunuh semua True Mandalorians kecuali Jango, akan tetapi Jango pada akhirnya membubuh Vizsla dan mencerai beraikan Death Watch.[butuh rujukan]
Dalam novel-novel Republic Commando, yang berlatar waktu selama Clone Wars, planet Mandalore adalah sebuah planet independen, meskipun banyak petarung Mandalorian bertempur di pihak Separatist. Namun, sekelompok Mandalorian juga berperan sebagai sersan pelatih bagi pasukan clone trooper di bawah arahan Jango Fett, dan banyak anggota pasukan clone troopers mempraktikkan adat dan tradisi Mandalorian. Setelah berdirinya Galactic Empire, bangsa Mandalorian digambarkan tidak menyukai dan enggan membantu Empire tetapi tidak mau menyatakan pemberontakan secara terbutka karena planet Mandalore tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk berperang. Namun, Death Watch muncul kembali dan secara terbuka mendukung Empire. Empire ingin untuk menambang planet tersebut untuk mendapatkan beskar, besi yang tahan lightsaber, dan menempatkan sebuah garnisun di ibu kotanya. Mandalore dan penduduknya muncul lagi dalam novel-novel Legacy of the Force, yang mengambil waktu empat puluh tahun setelah film Star Wars orisinal, dalam kisah ini Boba Fett diyakinkan cucunya, Mirta Gev, untuk menyandang gelar Mand'alor dan menyatukan kembali bangsa Mandalorian.[19]
Mandalore
Mandalore adalah planet fiksi yang merupakan rumah bagi bangsa Mandalorian. Planet ini terletak di Outer Rim di sektor dan sistem dengan nama yang sama.[20] Mandalore memiliki bulan yang bisa ditinggali bernama Concordia, sebuah koloni pertambangan yang menjadi tujuan pengasingan petarung Mandalorian.[8][21] Concord Dawn, terletak di sektor Mandalore,[20] juga merupakan asal tokoh Mandalorian seperti Jango Fett, serta markas kegiatan para Protectors.[22][16]
Dalam The Clone Wars, Mandalore digambarkan sebagai planet yang kebanyakan tidak bisa dihuni, karena peperangan dengan para Jedi yang terjadi sebelum waktu serial tersebut.[3][23] Para Mandalorian Baru membangun kota-kota mereka, seperti ibu kota Sundari, di dalam Kubah Hidup besar. Desain kota Sundari mengambil elemen-elemen kubisme, mural-mural juga ada di dalam kota dan mencontoh lukisan Guernica karyaPablo Picasso. Konsep Mandalore sebagai "planet yang besar dan sepi dengan pasir putih dan gedung-gedung menyerupai kubus" ini dikembangkan oleh Lucas sejak awal pengembangan musim kedua The Clone Wars. Lucas juga menginginkan lapsan-lapisan kaca dimasukkan dalam desain tersebut. Karena Sundari tidak cukup tampak sebagai kota raksasa, tim produksi mengembangkannya menjadi sebuah kubah dengan kubus-kubus menonjol dari kubah tersebut. Filoni mencatat bahwa tampilan sunyi dan gersang ini adalah "semacam desain yang terpengaruhi Moebius". Filoni membuat bentuk baju tempur Boba Fett dimasukkan dalam desain jendela dan bangunan karena merasa bentuk-bentuk tersebut "adalah perlambang" dan budaya petarung di sana begitu kuatnya sehingga merasuk ke arsitekturnya.[24]
Dalam Legends, Mandalore adalah planet yang diangkat menjadi asal bangsa Mandalorian. Planet tersebut awalnya dihuni spesies Taung, yang kemudian mengganti nama mereka menjadi Mandalorian dan menjadi asal muasal budaya yang kemudian dipraktikkan oleh bangsa Mandalorians dari spesies selain Taung. Kebanyakan planet Mandalore adalah daerah gurun yang jarang dihuni,[25] ibu kotanya, Keldabe, terletak di pinggiran sungai yang menjadi parit pertahanan alamiah. Keldabe digambarkan sebagai "benteng anarkis" dengan ciri khas gaya arsitektur yang tidak serasi.[26][27] Besi khas Mandalorian, beskar dalam bahasa Mando'a, adalah sangat serba guna. Bahan metal yang hanya terdapat di Mandalore dan Concordia ini bahkan tahan terhadap lightsaber.
Bahasa Mandalorian
Suatu bentuk bahasa Mandalorian tertulis diciptakan oleh Philip Metschan untuk layar tampilan di pesawat Jango Fett yang bernama Slave I di film Attack of the Clones.[28] Tulisan tersebut kemudian dipakai lagi dalam The Clone Wars dan Rebels.[29][30] Pengarang lagu Jesse Harlin, ketika membutuhkan syair untuk bagian nyanyian yang ia inginkan untuk permainan video tahun 2005, Republic Commando, menciptakan invented suatu bentuk bicara, membuatnya seolah-olah itu adalah bahasa kuno. Nama bahasa tersebut adalah Mando'a. Bahasa ini kemudian dikembangkan oleh Karen Traviss, penulis serial novel Republic Commando.[31]
Mando'a dicirikan sebagai bahasa yang utamanya diucapkan, bahasa yang bersifat aglutinasi yang tidak memiliki tata bahasa gender pada kata benda dan kata gantinya.[24][32] Bahasa ini juga dicirikan dengan tidak memiliki bentuk pasif, akan tetapi utamanya memakai bentuk aktif.[24] Bahasa ini juga hanya memiliki tiga jenis kala, yaitu: kala kini, kala lampau, dan kala mendatang. Akan tetapi bahasa ini sering kali disebut samar, dan pemakainya jarang sekali memakai kala selain kala kini dalam berbicara.[24][33] Bahasa ini memiliki dialekyang saling dipahami yang disebut dialek Concordian yang dipakai di planet Concord Dawn, sebagamaimana tertera dalam novel Order 66 and 501st karya Traviss,[34][35] dan satu dialek yang dipakai di Concordia, bulan planet Mandalore bisa didengar di "The Mandalore Plot", suatu peisode di musm kedua The Clone Wars.[8]
^Traviss, Karen (October 27, 2009). Star Wars Imperial Commando: 501st. Del Rey. hlm. 105. ISBN978-0-345-51113-3. One moment he was in a street that hadn’t changed in the best part of a thousand years, all time-twisted wooden frames and ancient plaster, and the next he was in the shadow of a stark industrial warehouse or a polished granite tower. Keldabe was an anarchic fortress of a city on a granite outcrop on the bend in the Kelita River, almost completely surrounded by the Kelita River, a natural moat that changed from picturesque calm to a torrent within a kilometer.
^Traviss, Karen (May 19, 2009). Star Wars Republic Commando: Order 66 (edisi ke-Reprint). Del Rey. hlm. 114. ISBN978-0-345-51385-4. Beneath the granite cliff, the Kelita River was busy cutting a ravine. [...] Alleys threaded between buildings so unalike and eccentric that it was clear the phrase Mandalorian town planning didn’t exist.