Mayung adalah salah satu desa di kecamatan Gunungjati, kabupaten Cirebon, provinsi Jawa Barat, Indonesia.
Sejarah
"ASAL USUL DESA MAYUNG"
PADA SUATU MALAM SUNYI , BAGINDA RAJA PADJAJARAN “PRABU SILIWANGI” TERMENUNG, SANG RAJA MERASA HATINYA GUNDAH GULANA MENGARTIKAN MIMIPI SEMALAM.
APALAGI DENGAN MELIHAT CAKRAWALA MALAM HARI DI UFUK TIMUR LAUT, TERLIHAT CAHAYA YANG MEMANCAR TERANG, DENGAN ADANYA TANDA-TANDA AKAN ADANYA KEHANCURAN KEBESARAN PADJAJARAN.
KEESOKAN HARINYA SEMUA WADIABALA SEPERTI:
- PARA PINI SEPUH
- PARA HULU BALANG
- EMPAK MARABAYAKSA
- KADIA KUNTUL ANEBAH LELERAN.
SEMUANYA AMARI KELUH MENUNGGU PERINTAH APA GERANGAN DIKUMPULKAN DIPASEBAN AGUNG.
DI ANTARA PARA PINISEPUH :
- KI ARGATALA
- KEBO KEMALE
- DIPATI SIPUT
- KI TALIBARAT
- PARA PEMUKA AGAMA DAN SENOPATI ANDALAN,
DI ANTARA AGUL-AGUL NEGARA TERSEBUT TAMPAK JUGA:
- KI KETANDAN
- KI SINGA JAYA
- KI MANGURUN serta
- KI BAHU SASRA ATAU KI MAYUYUN
BERSIAP MENUNGGU PETITAH SANG PRABU SILIWANGI DENGAN KEDIGDAYAAN MASING-MASING SEPERTI:
YANG MEMPUNYAI PAYUNG KROPAK SEBAGAI SENJATA PUSAKA AMPUH, APA YANG DI KEHENDAKI AKAN TERJADI
YANG MAMPU BERUBAH-UBAH WUJUD DIANTARANYA BISA MENYERUPAI MACAN , SINGA SEBESAR KERBAU SERTA KUCING CHANDRAMAWA
MEMPUNYAI KESAKTIAN PEMBUNGKAN MUSUH “WONG SEWU PADA TURU, WONG SELAKSA PADA PATING GLASA, WONG SAKETI PADA MATI”
DENGAN SENJATA PUSAKA OYOD MINGMANG
BISA MENGHILANGKAN PANDANGAN ATAU MENCIPTA SUASANA, BISA TERLIHAT DAN BISA MELENYAPKAN DAN ALIN-ALIN.
“ SANG PRABU SILIWANGI ” SETELAH MENDENGAR ADANYA TELIK SANDI, BAHWA DI KAWASAN GUNUNG JATI ADANYA PENYEBARAN AGAMA BARU YAITU “AGAMA ISLAM“ YANG SEKARANG SUDAH BANYAK PENGANUTNYA, OLEH KARENA ITU SANG PRABU SILIWANGI PUN MEMERINTAHKAN ANDALANYA ANTARA LAIN:
- KI KETANDAN
- KI SINGA JAYA
- KI MANGURUN dan
- KI BAHU SASRA
UNTUK MENGHALANGI SEKALIGUS MEMUSNAHKAN AGAMA ISLAM .
DENGAN MEMBAWA PRAJURIT SABREGADHA
SESAMPAINYA PASUKAN PADJAJARAN DI PADEPOKAN AMPARAN JATI, PARA WALI TERUTAMA SUNAN GUNUNG JATI YANG SEDANG TEKUN MENDENGARKAN WEJANGAN SANG GURU “ SYEKH DATUL KAHFI “,
PASUKAN PADJAJARAN SONTAK TERDIAM DAN TERPAKU MENDENGAR LANTUNAN AYAT SUCI AL-QUR’AN.
SETELAH MENDAPAT RESTU DARI SANG GURU , SUNAN GUNUNG JATI MELIHAT SUASANA DEMIKIAN BELIAU MEMERIKSANYA DENGAN WEJANGAN-WEJANGAN YANG ARIF BIJAKSANA PENUH WIBAWA DAN KHARISMATIK,
DIANTARA WEJANGAN-WEJANGAN YANG DIUNGKAPKAN ANTARA LAIN:
- INGSUN TITIP TAJUG LAN FAKIR MISKIN
- LAKONE ELMU KANTI LAKU
- YEN ANA ANGIN PUYU BULANG BALING AJA GANDULAN WIT KIARA, NANGIN RUMAMBATA MARING SUKET GRINTING KANG GUMELAR. HAK ING SITI GUNTALA.
SETELAH MENDENGAR ADZAN SUBUH PASUKAN PADJAJARAN TAK BERDAYA DAN AMBRUK DI HADAPAN SUNAN GUNUNG JATI , KI KETANDAN SERTA KI SINGA JAYA MENYATAKAN BAKTI KEPADA SUNAN GUNUNG JATI DAN BERSUJUD MOHON DIRI MASUK ISLAM.
KI SINGA JAYA SIAP MENJADI PENGAWAL GARIS DEPAN SUNAN GUNUNG JATI BILA ADA ARAL MELINTANG.
MELIHAT PERISTIWA TERSEBUT PARJURIT PADJAJARAN LAINYA BERSIAP MENYERANG KI KETANDAN DAN KI SINGA JAYA YANG DIANGGAP BERHIANAT TETAPI APA DAYA,
DENGAN DAYA LINUWIH
- SYEKH DATUL KAHFI
- MBAH KUWU CERBON dan
- SUNAN GUNUNG JATI
AKHIRNYA PRAJURIT PADJAJARAN AMBRUK TAK DAPAT BERBUAT BANYAK BAGAI KAPUK TERSIRAM AIR HUJAN, TANPA DAYA SENJATAPUN TAK BERFUNGSI YANG AKHIRNYA PERANG KADANG TINGGAL KARANG. SEBAGIAN PRAJURIT MELARIKAN DIRI MELAPORKAN KEJADIAN YANG DIALAMINYA KE PADJAJARAN, DAN SEBAGIAN LAINYA MENGANUT SETIA SUNAN GUNUNG JATI DENGAN BELAJAR AGAMA ISLAM DAN MENJADI MUBALIGH ATAU PENCERAMAH SAMPAI KEPELOSOK PADUKUHAN.
PADA MASANYA KI KETANDAN MENYERAHKAN PUSAKA ANDALANYA YANG AMPUH “ PAYUNG KROPAK PURBA WISESA “ KEPADA SUNAN GUNUNG JATI SEKALIGUS PEMAYUNG , KARENA SEMUA KI AGENG TAK ADA YANG MAMPU MEMBUKA PAYUNG KROPAK PURBA WISESA UNTUK MEMAYUNGI SUNAN GUNUNG JATI KECUALI
KI KETANDAN SENDIRI.
“ OLEH SEBAB ITU KI KETANDAN DI ANUGRAHI TANAH CAKRAHAN KARANG DAWA, YANG AKHIRNYA MENJADI NAMA DESA MAYUNG. PADA ABAD 15
SEMENJAK SYEKH SYARIF HIDAYATULLAH MENJABAT SUNAN GUNUNG JATI 1479 – 1568.
SESANTRI PARA WALI :
Pewayanganira suka pribadi
Anengguh jeh paesan sarengat
Saking arah pangriptane
Krataning wayang iku
Sangge wayange iku lumping
Phedhalange pan dudu wayang
Wayange dudu sekadar Aken wayang polahing.
Terjemahan secara bebas :
Bayangan pribadi
ditemukan dalam cermin syari’at
dari segi penciptaanya
diam dan terangnya bayangan itu
dianggap seperti wayang kulit, yang di laksanakan manusia
wujud dalangnya bukan manusia
wayangnya bukan dalang yang menggerakkan wayang.
Puisi berbentuk tembang itu dipetik dari naskah Suluk : “ The Mystikal Poetry Of Javanse Muslim “.
Isinya perlu dikaji kebenaranya.
Sampai sekarang masyarakat Mayung senantiasa menghormati leluhurnya setiap Tahun di adakan unjungan diikuti seluruh lapisan masyarakat dan sesepuh Desa menurut tradisi setempat.
Catatan :
- Narasumber : MAMAE TITIN / ASKADI SASTRASUGANDA
- Panduan : BABAD CIREBON
P.sulaeman sulendraningrat
Keprabonan cirebon
Referensi