Mensiang[4] atau wlingi (Actinoscirpus grossus) adalah sejenis rumput anggota sukuteki-tekian (Cyperaceae) yang sering dimanfaatkan sebagai bahan anyam-anyaman. Rumput ini tumbuh di paya dan rawa-rawa. Nama-nama daerahnya, di antaranya, mansiang, mĕnsiang, mĕsiang (Sumbar); masiang (Bk.); basiang (Bat.); mansiro daun (Mink.); rĕduk (Plg.); bundung (Kalbar); walingi (Sd.); wlingi, wlingian, wlingén, lingi (Jw.); balingé (Md.); kaingas, kawasar, tinorong (bahasa-bahasa lokal di Sulut).[5] Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Greater club-rush atau Giant bulrush.
Pengenalan
Rumput yang berumpun kuat, tegak, beranak banyak, dengan geragih panjang yang berujung pada sebuah umbi kecil; batang menyegitiga tajam dengan sisi-sisi yang mencekung, berambut halus, 80-200 cm × 5-10 mm. Daun-daun dalam roset, seperti garis, 50–80 cm × 0,5–3 cm, sebelah bawah menyegitiga hingga melekuk dalam, sebelah atas melekuk dangkal dengan ujung datar dan sangat runcing, tepinya berambut tajam. Perbungaan terminal, tak beraturan, bentuk payung majemuk; sumbu perbungaan kasar, berambut sikat halus, 4–17 cm panjangnya; pangkalnya dengan beberapa daun pelindung yang tidak sama panjang, setidaknya 2 di antaranya lebih panjang dari perbungaan, 15–70 cm panjangnya; spikelet berjumlah banyak, soliter, duduk atau bertangkai, bulat telur sampai bulat telur memanjang, berujung runcing, dengan banyak bunga berjejal-jejal, 4-10 × 3,5–4 mm. Buah bulir bulat telur terbalik, dengan ujung meruncing, halus, kecokelatan, menyegitiga, 1,25-1,75 mm × lk. 1 mm.[6]
Rumput ini tumbuh subur di paya-paya atau tempat-tempat yang acap tergenang, tepi kolam, saluran air, dan daerah berawa; melimpah secara lokal, terutama di dataran rendah, hingga ketinggian 850 m dpl. Juga di sawah-sawah beririgasi, sawah lebak, dan sawah pasang-surut.[6]
Di persawahan, mensiang sering pula berkembang menjadi gulma, meskipun tergolong minor.[6] Namun di Malaysia, gangguannya bisa menjadi serius.[7]
Manfaat
Batangnya dipakai untuk membuat anyaman yang kuat lagi awet, tetapi murah harganya; misalnya tikar kasar dan karung. Batang ini mula-mula dibuang salah satu sudutnya, lalu dipipihkan dan diratakan dengan sepotong bambu, dan dijemur di terik matahari. Lembar-lembar ini lalu diembunkan agar menjadi putih, sebelum kemudian dianyam sesuai keperluan.[5]
Di Filipina, akarnya dipakai sebagai bahan pengerut (astringensia), antidiare, anti muntah, tonikum hati, dan pencahar (laksativa).[8]
Catatan kaki
^P. Goetghebeur & D.A. Simpson. 1991. "Critical notes on Actinoscirpus, Bolboschoenus, Isolepis, Phylloscirpus, and Amphiscirpus (Cyperaceae). Kew Bulletin46(1): 171. [1 Mar 1991]
^ abHeyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna IndonesiaI: 352-3. Badan Litbang Kehutanan, Departemen Kehutanan. Jakarta. (versi berbahasa Belanda-1922- I: 294)
^ abcdKostermans, A.J.G.H., S. Wirjahardja, and R. J. Dekker. 1987. "The weeds: description, ecology and control": 260-1, inM. Soerjani, A.J.G.H. Kostermans, and G. Tjitrosoepomo, (eds.). Weeds of Rice in Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka.