Ada beberapa Pendapat tentang Asal Usul Nama Desa NGAWONGGO,[1] Pendapat yang pertama Berdasarkan petunjuk dan bukti yang ada di arah Selatan batas Desa Ngawonggo yaitu berupa “ Situs ” tiga buah patirtan atau Kolam Tempat Pemandian Suci yang diduga merupakan bagian dari sistem pengairan atau pengelolaan air bersih untuk Kahyangan Kaswangga. Sedangkan Kahyangan Kaswangga sendiri adalah sebuah komunitas keagamaan besar di zamannya.
Kemungkinan berada pada masa Mpu Sindok[2] sekitar abad X semasa Airlangga,[3] walaupun bangunan ini sesungguhnya berada di lintas masa,Namun Nama “KASWANGGA“ inilah yang dikait-kaitkan dengan Nama Desa NGAWONGGO.
Selanjutnya Pendapat yang kedua bahwa desa Ngawonggo adalah sebuah tempat yang berada diatas awan yang dalam istilah jawa[4] dikatakan "AWANG -AWANG" yang kemudian disebut sebut dengan nama NGAWONGGO dimana dulunya di situ adalah merupakan daerah yang berada di dataran tinggi[5] di sekitar area lereng Gunung sehingga tampak gumpalan gumpalan awan yang terletak lebih rendah seperti diatas awan. Selanjutnya pendapat yang ketiga adalah Berdasarkan petunjuk dan bukti yang ada di desa Ngawonggo yang berupa sebuah Punden(Danyangan) atau Makam[6] pendiri desa yang berada arah barat daya desa bahwa pendiri desa berasal dari daerah Ponorogo[7] sekitar tahun 1476 M,beliau adalah seorang yang memiliki sebutan “ Warok ponorogo[8]“ bernama Mbah Suroyudo atau Mbah Jalaluddin yang mendapatkan tugas dari gurunya bernama Sunan Mbayat[9] untuk menyebarkan agama islam[10] pada suatu daerah dengan ditemani seekor anak harimau (Gogor) dengan petunjuk sebuah bintang jatuh (Lintang Kemukus) yang kemudian baru pada tahun 1480 menemukan tempat yang dituju yaitu desa Ngawonggo yang mana tempat tersebut masih berupa hutan belantara yang masih belum diberi nama,kemudian setelah beliau wafat perjuangan beliau diteruskan oleh murid-muridnya pada tahun 1550 antara lain Mbah Irodipo makamnya berada di ujung barat desa, Mbah Gambreng makamnya di ujung selatan dan Mbah Maruk makamnya berbatasan dengan desa Ngembal sehingga pada tahun itulah tempat tersebut diberi nama dengan sebutan ”AWONGGO” yang kemudian seiring dengan berkembangnya zaman berubah menjadi Desa ”NGAWONGGO“ Nama tersebut mengadopsi dari nama sebuah kerajaan yang dipimpin oleh AdipatiSuwangkarno yang diambil dari Cerita Seni Wayang Kulit yang termashur di kala itu[11]
Sejak pada masa Kolonial Belanda hingga pada saat sekarang Penguasa atau Kepala Desa Ngawonggo akrab dikenal dengan sebutan ”Lurah” atau ”Petinggi”.
Taman kanak - kanak (TK){2}, Sekolah Dasar (SD)Negeri{2}, Madrasah Ibtida'iyah (MI){1}, Sekolah Menengah Pertama (SMP){1}, Madrasah Tsanawiyah (MTs){1} dan Madrasah Aliyah (MA){1}
Selain pendidikan formal juga terdapat pendidikan Non Formal antara lain Pondok Pesantren Annur Al - Huda, Taman Pendidikan Alqur'an dan Madrasah Diniyah (Madin).
Pemakaman
Di desa Ngawonggo terdapat pemakaman umum yang terletak kurang lebih 1 KM sebelah selatan balai desa Ngawonggo, tepatnya di dusun Nanasan sebelah selatan Kalimanten, yang lokasinya di tengah - tengah perbatasan desa Ngawonggo dan Kidangbang, selain pemakaman umum di desa Ngawonggo juga terdapat Makam Mbah Jalaluddin atau sering disebut Mbah Suroyudo,[12] Kepala desa pertama dan yang membabat desa Ngawonggo.
Diperkirakan ada tiga blok atau kolam pemandian yang saling berhubungan di lokasi itu. Sementara setiap pemandian memiliki pancuran air masing - masing. pada zaman dulu, petirtaan atau pemandian memiliki manfaat ganda. Selain untuk kebutuhan air bersih penduduk, pemandian juga menjadi lokasi religius. Oleh karenanya, pada situs itu ditemukan pahatan sembilan arca dan aksara jawa.
Diperkirakan di sekitar lokasi itu merupakan bekas pemukiman penduduk. Hal itu bisa dilihat dari temuan-temuan situs purbakala oleh sejumlah warga setempat Meski demikian, temuan situs itu masih butuh penelitian lebih lanjut. Bisa jadi, situs itu usianya lebih muda. Yakni ada sejak masa Kerajaan Singosari atau Majapahit
Situs itu pertama kali ditemukan oleh Rahmad Yasin (25) warga setempat. Diduga, ada tiga kolam yang ada di area penemuan situs itu dan saling berhubungan. Sementara setiap kolam memiliki dinding dengan pahatan yang berbeda-beda.
Geografis
Desa Ngawonggo termasuk wilayah Kecamatan TajinanKabupaten Malang[13] dengan luas wilayah 375,628 Ha. Dataran dengan ketinggian rata-rata 700 – 800 m di atas permukaan laut. Secara administratif wilayah Desa yang terletak di ujung selatan Kecamatan Tajinan yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Wajak dengan batas-batas sebagai berikut:
Jarak tempuh Desa Ngawonggo ke ibu kota kecamatan adalah 4 km, yang dapat ditempuh dengan waktu sekitar 15 menit. Sedangkan jarak tempuh ke ibu kota kabupaten adalah 20 km, yang dapat ditempuh dengan waktu sekitar 0,7 jam.
^"Mbah Suroyudo / Mbah Jalaluddin". mbahsuroyudo.business.site (dalam bahasa in). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-05-30. Diakses tanggal 2019-05-30.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)