Pawai kemenangan (Romawi Kuno)Pawai kemenangan (bahasa Latin: triumphus) adalah upacara adat sekaligus ibadat masyarat Romawi Kuno, yang diselenggarakan untuk merayakan sekaligus mensyukuri keberhasilan seorang panglima dalam memimpin bala tentara Romawi meraih kemenangan sebagai tanda bakti kepada negara. Mula-mula bangsa Romawi menyelenggarakan pawai kemenangan untuk mengelu-elukan anak bangsa yang berjaya mengalahkan pihak asing. Pada hari penyenggaraan pawai kemenangannya, si panglima mengenakan bumban daun salam dan toga picta (toga ungu bersulam benang emas), tanda bahwa ia sudah hampir seilahi dewa atau nyaris semulia raja di mata rakyat, bahkan ada pula panglima yang memoles wajah dengan pewarna merah. Si panglima selanjutnya menaiki rata yang dihela empat ekor kuda, lalu berarak menyusuri jalan-jalan kota Roma bersama segenap anak buah, tawanan, dan jarahan, tanpa membawa senjata. Sesampainya di kuil Mahadewa Yupiter, yang terletak di atas Bukit Kapitolin, si panglima mempersembahkan kurban dan barang-barang bukti kemenangannya kepada Dewa Yupiter. Kendati berhak menerima segala penghormatan istimewa ini, adab Republik mewajibkannya untuk menunjukkan sikap rendah hati yang bermartabat selayaknya seorang insan fana dan anak bangsa yang berjuang dan berjaya atas nama senat, rakyat, dan dewata. Meskipun demikian, tidak dapat disangkal bahwa pawai kemenangan merupakan kesempatan luar biasa untuk mendongkrak ketenaran pribadi, di luar dari dimensi keagamaan dan dimensi militernya. Kebanyakan hari raya bangsa Romawi sudah tentu tanggalnya, tetapi adat-istiadat dan hukum memungkinkan pawai kemenangan dapat diselenggarakan sewaktu-waktu, sehingga membuka peluang bagi para panglima untuk mendongkrak status dan ketenaran. Pawai-pawai kemenangan pada penghujung Zaman Republik diselenggarakan dengan lebih meriah dan lebih megah daripada yang sudah-sudah, dipicu oleh persaingan yang kian sengit di antara petualang-petualang militer-politik yang menggerakkan roda pemerintahan Kekaisaran Romawi pada tahap awal perkembangannya. Adakalanya kemeriahan pawai kemenangan diperpanjang sampai berhari-hari dengan menggelar berbagai macam lomba ketangkasan dan pentas hiburan sebagai tontonan cuma-cuma bagi masyarakat. Semenjak Zaman Principatus, pawai kemenangan menjadi cermin ketertiban negara dan keutamaan keluarga kaisar. Negara-negara Eropa pada Abad Pertengahan maupun abad-abad sesudahnya secara sadar meniru pawai kemenangan bangsa Romawi Kuno dengan menciptakan pawai lawatan agung maupun pawai-pawai seremonial lainnya. Lihat pulaReferensi
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Roman triumphs.
|