Pemberontakan PKI terjadi sekitar tahun 1926-1927, sebagai gerakan Anti-Imperalisme dan untuk melawan kolonialisme Belanda.
Pemberontakan PKI (1926) |
---|
|
Pihak terlibat |
---|
Partai Komunis Indonesia |
Belanda |
Tokoh dan pemimpin |
---|
Alimin Musso Salim Emek Kh Tubagus Achmad Chatib Said Ali Karim Maroko Muluk Chaniago |
W. P. Hellen Asisten Wedana Mas Wiriadikoesomo (POW) Mas Mohammed Dahlan Wedana Raden Partadiningrat † Haji Entjeh † Djaimoen † Benyamins † Muhammad Djamil Hamid Sutan Pemuncak † Tuan Boentjit Leurs † Kepala Negari Datuk Sutan Nan Gadang † |
Korban |
---|
Total 4.000-16.000 |
Total 1.000+ beberapa fasilitas hancur |
Pemberontakan di Pulau Jawa
Penculikan di Labuan
Pemberontakan pecah pada 12 November 1926 malam. Di Labuan, serangan terjadi lewat tengah malam dengan sasaran utama rumah Asisten Wedana.
Dalam serangan itu, Asisten Wedana Mas Wiriadikoesomo dan keluarganya berhasil ditawan dan dibawa ke Caringin oleh pemberontak. Sementara tiga orang polisi pengawalnya berhasil dilumpuhkan.
Penyerangan Ke Kediaman H.Ramal
Pasukan PKI melanjutkan aksi dengan menyerang kediaman Haji Ramal yang dijaga tiga orang polisi. Dalam serangan itu, Djaimoen dan Haji Entjeh tewas. Para pemberontak lalu menyerang rumah Mas Mohammed Dahlan, pegawai pemerintah yang membocorkan rencana PKI.
Aksi di Menes
PKI juga bergerak di Menes. Sasaran mereka yang pertama di daerah ini adalah Wedana Raden Partadiningrat. Jam 1 malam, sebanyak 400 orang dikerahkan untuk menyerang. Kendati mendapatkan perlawanan sengit, Partadiningrat dan seua polisi yang berjaga tewas dibunuh.
Penculikan Benyamins
Para pemberontak lalu menyerang rumah Benyamins, seorang pengawas kereta api. Benyamins dan dua orang polisi penjaga tewas. Mayat Benyamins dikabarkan dipotong-potong lalu dibuang
Pemberontakan di Cening
Sementara di Cening, massa menyerang rumah asisten wedana.Berhasil melumpuhkan kelompok sipil pegawai pemerintah, PKI bermaksud menyasar militer Belanda di Labuan
Aksi 14 November
Serangan yang direncanakan pada 14 November 1926 gagal berantakan karena lebih dulu dihadang Brigade Belanda. Dalam pertempuran itu pasukan PKI berhasil dipukul mundur.
Pemburuan PKI di Banten
Militer Belanda langsung melakukan perburuan, dipimpin langsung oleh Gubernur Jawa Barat WP Hillen. Sejak 13 November 1926, polisi telah melakukan 64 kali penangkapan di Banten. Dalam periode 13 November sampai 8 Desember 1926, 916 orang ditangkap. Selain di Banten, diwaktu bersamaan pemberontakan juga terjadi di Bandung, Kediri, Banyumas, Pekalongan, Kedu, dan Jakarta. Dari semua tempat itu, perlawanan paling sengit berada di Banten.
Pemberontakan di Sumatera Barat
Pemberontakan di Silungkang
Sasaran pertama PKI adalah Kepala Nagari Silungkang Muhammad Djamil. Pemimpin pemberontakan di rumah Muhammad Djamil adalah keponakannya sendiri Salim Emek.
Aksi pada malam hari
Sasaran berikutnya adalah tiga orang guru, yaitu Guru Mahmud, Djumin, dan Ramhman. Ketiganya dibunuh di rumahnya tanpa perlawanan. Selanjutnya PKI juga menyerang rumah tukang emas bernama Kari Sutan dan Menek. Keduaanya juga dibunuh bersama seorang anak mereka yang masih kecil.
Penyerangan ke Stasiun Silungkang
pasukan pemberontak kembali bergerak dengan sasaran Kepala Stasiun Kereta Api Silungkang.
pasukan pemberontak kembali bergerak dengan sasaran Kepala Stasiun Kereta Api Silungkang.
Namun sebelum PKI tiba di lokasi, kepala stasiun sudah melarikan diri dan selamat dari pembunuhan. Mereka lalu meledakkan rumah kepala stasiun dengan dinamit.
Sasaran selanjutnya adalah rumah petugas karcis kereta api Hamid gelar Sutan Pemuncak. Hamid dan anaknya yang masih kecil dibunuh.
Selain meledakkan rumah, para pemberontak juga mengahcurkan stasiun kereta, memutus sambungan telepon, dan merusak kawat penghubung kereta api yang menghubungkan Padang Panjang dan Sawah Lunto.
Penyerangan ke Departemen Pekerjaan Umum
para pemberontak menyerang Kepala BOW (Departemen Pekerjaan Umum) Tuan Boentjit Leurs. Lagi-lagi, pembunuhan sangat keji dilakukan oleh para pemberontak. Leurs dibunuh dengan brutal di depan istri dan anaknya.
Aksi 1 Januari
Pada 1 Januari 1927 pagi, aksi pemberontak telah diketahui kepolisian. Pasukan PKI dikejar dan perang terbuka terjadi. Sebanyak 49 orang pemberontak berhasil ditangkap. Beberapa orang pemberontak tewas dalam pertempuran, dan sebagian lainnya mengalami luka-luka. Jumlah mereka yang ditangkap dan tewas dalam pertempuran terus bertambah.
Pembunuhan di Padang
Namun aksi pembunuhan-pembunuhan oleh PKI masih terjadi. Di Padang Sibusuk, para pemberontak membunuh Kepala Nagari Datuk Sutan Nan Gadang dan mengangkat Kupiah gelar Datuk Bandaro sebagai penggantinya.
Peristiwa Silungkang
Pada 2 Januari 1927, ratusan orang berkumpul di pasar Padang Sibusuk. Beberapa orang yang dianggap tidak loyal kepada revolusi ditangkap para pemberontak dan dihukum pancung.
Ekspedisi ke Padang Sibusuk
Pada 3 Januari, dua Brigade Militer Belanda dikirim ke Padang Sibusuk untuk mematahkan pemberontakan dengan melakukan penangkapan-penangkapan. Hingga 12 Januari 1927, militer kolonial Belanda telah menangkap sebanyak 1.300 orang. Rata-rata usia mereka yang ditangkap 17-30 tahun. Hingga Februari 1927, jumlah mereka yang ditangkap dan ditahan telah mencapai 4,000 orang. Pemberontakan baru benar-benar dipadamkan pada 28 Februari 1927.
Referensi
Muhibudin Kamali. Sejarah Pemberontakan Berdarah Pertama PKI pada 1926-1927.SINDOnews