Riyanto (19 Oktober 1975 – 24 Desember 2000) merupakan anggota Barisan Ansor Serbaguna Nahdlatul Ulama yang gugur karena terkena ledakan bom saat mencoba menyelamatkan Gereja Eben Haezer di Mojokerto dari percobaan peledakan pada malam 24 Desember 2000.
Biografi
Kehidupan awal
Riyanto lahir di Kediri, Jawa Timur pada 19 Oktober 1975 dari pasangan suami-istri Sukarmin dan Katinem. Riyanto merupakan anak sulung dari tujuh bersaudara.[1]
Penyelamatan Bom Natal 2000
Pada sore hari 24 Desember 2000 yang kala itu juga sedang pertepatan dengan hari ke-28 bulan Ramadan, Riyanto berpamitan kepada ibunya, Katinem, untuk turut menjaga Gereja Eben Haezer Mojokerto bersama sejumlah anggota Banser lainnya. Ia melewatkan buka puasa bersama keluarganya untuk menjaga gereja. Ia juga meminta izin untuk tidak pulang ke rumah, karena berencana akan beriktikaf di masjid selepas tugas menjaga gereja.[2]
Para anggota Banser yang berjaga di gereja Eben Haezer berbuka puasa di sana dan bergantian menunaikan salat. Pada pukul 19.45, seorang jemaat kebaktian melihat ada tas mencurigakan yang tergeletak di bawah telepon umum depan gereja. Riyanto membawa tas tersebut ke seorang polisi yang sedang bertugas (Aiptu Agus Prayitno Handoko) dan saat diperiksa di dapati isinya berupa bom. Petugas yang memeriksa segera memperingatkan untuk mundur , namun menurut kesaksian petugas tersebut , Riyanto justru memungut tas kresek tersebut dan memasukkannya ke dalam selokan, sehingga menimbulkan konslet dan bom meledak serta menewaskan Riyanto . Menurut keterangan dari sumber lain, tubuh Riyanto terpental 30 meter dari titik ledakan. Salah seorang kawan Riyanto, Amir, terkena luka sobekan akibat serpihan ledakan tersebut.[2]
Budaya populer
Hanung Bramantyo menyebutkan bahwa pemeran Soleh dalam ? (2011) terilhami dari Riyanto.[3]
Referensi
saksi kunci ungkap banser Riyanto tidak tewas memeluk bom natal 2000 di mojokerto