Abu Bakr al-Baghdadi (Pemimpin) Abu Suleiman al-Naser† (Kepala Militer)[2] Abu Jannat † (Deputi Kepala Militer NIIS)[3] Basim Muhammad Ahmad Sultan al-Bajari † (Deputi Menteri Perang NIIS)[4] Mohammad Ahmad Sha’yeb † (Gubernur Provinsi Ninawa NIIS)[5] Jassim Salim al-Matyouti † (Pengganti Gubernur Provinsi Ninawa)[6] Abu Isaac † (Juru bicara)[7] Thaher Mohammed Salman al-Sabawi † (Komandan puncak di Provinsi Ninawa)[6] Salam Abd Shabib al-Jbouri † (komandan puncak NIIS di Mosul)[8] Hatim Talib al-Hamduni † (komandan militer di Mosul) Imad Khalid Afar † (Penasihat senior NIIS)[9] Wahid as-Sabaawi † (Menteri Perminyakan)[6] Abu Zaineb † (komandan NIIS di Qayyarah)[10] Ahmed Ghanem al-Hadidi † (Kepala "Anak Khalifah" di Mosul)[6] Abu Omar al-Assafi (POW) (Wali Shirqat)[11] Abu Suleiman †[12]
Serangan Mosul, dengan nama sandi Operasi Penaklukan atau Operasi Fatah adalah serangan terhadap posisi Negara Islam Irak dan Syam (NIIS) di Mosul dan wilayah sekitarnya. Serangan ini merupakan upaya bersama oleh pasukan pemerintah Irak dengan milisi sekutu, pemerintah Kurdistan Irak, Kristen Asiria lokal, Yazidi, Turkmen Irak, dan milisi Armenia, serta dukungan udara dan pasukan darat terbatas Amerika Serikat dan Britania Raya. Tujuan operasi, bagian dari intervensi militer terhadap NIIS, adalah untuk mengondisikan pertempuran mendatang untuk mendesak NIIS keluar dari kota terbesar kedua di Irak, serta sisa lainnya di Kegubernuran Ninawa.[52][53][54][55][56] Operasi ini menyusul serangan Mosul pada 2015, yang berhasil merebut kembali bagian dari wilayah barat laut Mosul, namun dihentikan tiba-tiba saat menerobos kota tersebut, karena berbagai alasan. Kejatuhan Mosul ke tangan NIIS terjadi antara tanggal 4 dan 10 Juni 2014.
Dini hari 21 Oktober 2016, pada hari kelima Serangan Mosul, puluhan pejuang NIIS menyerang kota kaya minyak Kurdi Kirkuk, 175 kilometer (110 mil) dari Mosul. Setelah memasuki kota, anggota NIIS dibagi menjadi kelompok dengan tiga sampai lima pejuang dan menyebar ke lima daerah di kota setelah menyusup dengan berjalan kaki, dan pertempuran berlangsung sampai malam. Pada 22 Oktober 2016, empat dari lima daerah telah diamankan, dengan pejuang NIIS tetap aktif di Distrik Dumez. Strategi oleh Negara Islam kelihatannya hanya efektif sebagian, karena meskipun mengalihkan perhatian media dari Serangan Mosul, tidak ada pasukan yang digunakan untuk memukul mundur para pejuang NIIS yang berasal dari Serangan Mosul.[57][58][59]
Sejak kota Mosul jatuh ke tangan pasukan NIIS pada 10 Juni 2014, Amerika Serikat dan pemerintah Irak menyusun rencana untuk merebut kembali kota. Awalnya, rencana asli menyerukan serangan terhadap Mosul pada Juli atau Agustus 2015.[60]
Serangan
Maret
Serangan dimulai pada 24 Maret 2016, dekat wilayah Makhmur di Provinsi Ninawa. Ribuan pasukan Irak telah ditempatkan di sana pada minggu-minggu sebelumnya, Thousands of Iraqi troops had been deployed there in the previous weeks, mempersiapkan basis bersama pasukan Kurdi dan AS.[56] Ketika bergerka maju ke arah Barat menuju kota minyak Qayyarah, pasukan Irak dilaporkan telah merebut kembali beberapa desa dari NIIS, di antaranya Al-Nasr, Garmandi, Kudila, dan Khurburdan,[56] meskipun kemudian terungkap bahwa NIIS masih menduduki Al-Nasr dan pasukan pemerintah sedang berupaya untuk merebutnya.[61]