Si gintingSi Ginting adalah cerita prosa masyarakat Manna di Kabupaten Bengkulu Selatan yang memakai bahasa Serawai yang ber dialeg "au". Cerita Si Ginting ini terimplementasi dalam kehidupan masyarakat pendukungnya baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga pada cerita Si Ginting ini berfungsi membentuk suatu ajaran serta sikap masyarakatnya hingga sekarang.[1] Cerita Si Ginting ini merupakan cerita lisan yang disampaikan pada saat suasana santai atau biasa disebut cerita pengantar tidur. Dalam penyampaian cerita ini tidak memerlukan waktu yang lama tetapi hanya memerlukan waktu hanya satu malam saja. Ringkasan ceritaCerita Si Ginting secara ringkas berawal dari gambaran daerah Manna yang pada saat itu sedang dilanda kemarau panjang. Puncak klimaksnya yaitu disaat si Dewi (Si Ginting) meminta makan pada neneknya, tapi selalu dijawab “kudai cung” oleh neneknya, dikarenakan persediaan yang memang sedang tidak ada. Karena lama menunggu nasi yang tidak pernah masak, dan untuk penahan lapar perut si Dewi terus dikencangkan dengan ikat pinggang sehingga perutnya menggenting hamper sebesar benang. Referensi
|