Artikel atau sebagian dari artikel ini mungkin diterjemahkan dari Spandrel (biology) di en.wikipedia.org. Isinya masih belum akurat, karena bagian yang diterjemahkan masih perlu diperhalus dan disempurnakan. Jika Anda menguasai bahasa aslinya, harap pertimbangkan untuk menelusuri referensinya dan menyempurnakan terjemahan ini. Anda juga dapat ikut bergotong royong pada ProyekWiki Perbaikan Terjemahan.
(Pesan ini dapat dihapus jika terjemahan dirasa sudah cukup tepat. Lihat pula: panduan penerjemahan artikel)
Dalam biologi evolusioner, spandrel adalah sifat fenotipik yang merupakan produk sampingan dari evolusi karakteristik lain, bukan produk langsung dari seleksi adaptif. Stephen Jay Gould dan Richard Lewontin menggunakan istilah tersebut dalam biologi dalam makalah 1979 mereka "The Spandrels of San Marco and the Panglossian Paradigm: A Critique of the Adaptationist Program".[1]Adaptasionisme adalah pandang yang melihat sebagian besar sifat dari suatu organisme sebagai produk adaptif dari seleksi alam. Gould dan Lewontin berusaha meredam apa yang mereka lihat sebagai bias adaptasionis dengan mempromosikan pandangan evolusi yang lebih strukturalis.
Istilah "spandrel" berasal dari arsitektur, yang mengacu pada ruang berbentuk segitiga antara bagian atas sebuah lengkungan dan langit-langit. Ruang-ruang ini tidak benar-benar dimanfaatkan sampai beberapa waktu, ketika seniman menyadari bahwa mereka dapat membuat desain dan mengecat di area kecil ini, meningkatkan desain bangunan secara keseluruhan.
Contoh sprandel
Dagu manusia
Dagu manusia telah diusulkan sebagai contoh spandrel, karena manusia modern (Homo sapien) adalah satu-satunya spesies dengan dagu, fitur anatomi tanpa fungsi yang diketahui.[2] Namun, juga telah disarankan bahwa dagu adalah hasil seleksi, berdasarkan analisis laju evolusi dagu dalam catatan fosil.[3]
Bahasa
Ada perselisihan di antara para ahli tentang apakah bahasa itu spandrel.
Ahli bahasa Noam Chomsky dan Gould sendiri berpendapat bahwa bahasa manusia mungkin berasal dari sebuah spandrel.[4][5] Chomsky menulis bahwa kemampuan berbahasa, dan sifat dari discrete infinity atau rekursi yang memainkan peran sentral dalam teorinya tata bahasa universal, mungkin telah berevolusi sebagai spandrel.[4] Dalam pandangan ini, Chomsky awalnya menunjuk bahasa sebagai hasil dari meningkatnya ukuran otak dan kompleksitas yang meningkat, walaupun dia tidak memberikan jawaban pasti tentang faktor-faktor apa yang mungkin telah menyebabkan otak mencapai ukuran dan kompleksitas yang menyebabkan discrete infinity. Steven Pinker dan Ray Jackendoff mengatakan kasus Chomsky tidak meyakinkan.[6] Pinker berpendapat bahwa kemampuan berbahasa bukanlah spandrel, melainkan hasil dari seleksi alam.[7]