Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Terang Boelan

Terang Boelan
Poster hitam-putih
Poster teater, Batavia
SutradaraAlbert Balink
SkenarioSaeroen
Pemeran
Penata musikIsmail Marzuki
Sinematografer
Perusahaan
produksi
Algemeen Nederlandsch Indisch Filmsyndicaat
Tanggal rilis
  • 8 Desember 1937 (1937-12-08)
NegaraHindia Belanda
BahasaIndonesia

Terang Boelan (pelafalan [təraŋ bulan]; Terang Bulan menurut Ejaan yang Disempurnakan), dirilis secara internasional dengan judul Full Moon, merupakan sebuah film Hindia Belanda (sekarang Indonesia) yang dirilis tahun 1937.[a] Ditulis oleh Saeroen, disutradarai oleh Albert Balink, dan dibintangi antara lain oleh Rd Mochtar, Roekiah dan E. T. Effendi, Terang Boelan menceritakan dua sejoli yang kawin lari setelah diganggu oleh seorang penyelundup candu. Film ini dibuat di Hindia Belanda dan Singapura, dan diilhami oleh film Hollywood yang berjudul The Jungle Princess. Film ini, yang menggunakan musik keroncong, ditujukan pada penonton pribumi. Pemainnya kebanyakan diambil dari film Balink sebelumnya, yaitu Pareh (1936).

Terang Boelan meraih sukses komersial di Hindia Belanda dan wilayah lainnya, meraih 200.000 Dolar Selat di Malaya Britania. Kesuksesan ini menghidupkan kembali industri film dalam negeri yang pada saat itu nyaris punah dan menginspirasi pemasaran film khusus untuk penonton Melayu di Malaya. Rumus filmnya, yang terdiri dari lagu, adegan indah, dan cinta, diikuti sampai puluhan tahun kemudian. Sejarawan film Indonesia Misbach Yusa Biran menyebut film ini sebagai titik tolak dalam sejarah perkembangan sinema Indonesia karena telah memicu pembuatan banyak film lain. Seperti film Indonesia kontemporer lainnya, Terang Boelan telah hilang sejak tahun 1970-an.

Alur

Kasim (Rd Mochtar) dan Rohaya (Roekiah), dua sejoli yang saling jatuh cinta, terpaksa berpisah karena ayah Rohaya (Muhin) telah menjodohkannya dengan Musa (E. T. Effendi). Malam sebelum pernikahan dilangsungkan, Kasim menyanyikan sebuah lagu berjudul "Terang Boelan" untuk Rohaya, dan mereka sepakat untuk kawin lari. Pada hari itu juga, Rohaya dan Kasim kabur dari Pulau Sawoba menuju Malaka. Kasim mendapatkan pekerjaan di pelabuhan, sementara Rohaya menjadi seorang ibu rumah tangga. Mereka menemui teman lama Kasim, Dullah (Kartolo), yang tinggal di Malaka untuk sementara waktu.

Kebahagiaan mereka tidak lama, karena ditemukan oleh Musa, yang ternyata seorang penyelundup candu. Saat Kasim sedang sibuk bekerja, ayah Rohaya mengambil kembali putrinya dan membawanya ke Sawoba. Kasim, yang telah mengetahui perbuatan Musa, juga kembali ke Sawoba dan menghimbau warga untuk melawan Musa dengan membongkar rahasia penyelundupan candunya. Ia dan Musa kemudian berkelahi. Ketika tampak bahwa Kasim akan kalah, ia diselamatkan oleh Dullah, yang telah mengikutinya pulang ke Sawoba. Ayah Rohaya dan semua warga desa menyetujui agar Kasim dan Rohaya hidup bersama, karena mereka benar-benar telah jatuh cinta.[b]

Latar belakang

Selama 1934 dan awal 1935, semua film yang dibuat di Hindia Belanda digarap oleh seorang Tionghoa-Indonesia bernama The Teng Chun, yang pernah belajar film di Amerika Serikat.[1] Filmnya, yang mempunyai anggaran rendah tetapi sangat populer, pada umumnya didasarkan pada mitologi Tionghoa dan silat, dan meskipun ditujukan pada penonton Tionghoa, film-filmnya cukup disenangi oleh kalangan pribumi.[2] Dominasi The Teng Chun merupakan salah satu akibat dari Zaman Malaise serta perubahan dalam pasar. Karena Zaman Malaise, pemerintah Hindia Belanda mulai menarik pajak lebih tinggi dan pemilik bioskop menjual karcis dengan harga yang lebih rendah, sehingga membuat film lokal tidak menguntungkan. Karena itu, bioskop di koloni Hindia Belanda banyak mempertontonkan film Hollywood, sementara industri film domestik nyaris punah.[3] The Teng Chun bisa terus memproduksi film karena film-filmnya sering diputar di bioskop-bioskop yang dipenuhi oleh pengunjung.[2]

Dalam upayanya untuk menunjukkan bahwa film-film lokal yang dibuat dengan baik bisa menghasilkan keuntungan, wartawan Belanda Albert Balink, yang tidak memiliki pengalaman resmi di dunia perfilman,[4] memproduksi Pareh pada tahun 1935, berkolaborasi dengan tokoh perfilman Tionghoa Wong Bersaudara (Othniel dan Joshua) dan sutradara film dokumenter Belanda Mannus Franken.[5] Anggaran film 20 kali lipat lebih besar jika dibandingkan dengan anggaran rata-rata film lokal pada masa itu,[6] sebagian karena sifat perfeksionisme Balink, dan pada akhirnya film tersebut gagal di pasaran. Penulis dan kritikus budaya Indonesia, Armijn Pane, menyatakan bahwa Pareh ditampilkan dengan buruk karena hanya memandang penduduk pribumi Hindia Belanda dari kacamata penonton Eropa.[6] Pareh memailitkan produsernya,[6] dan memungkinkan The Teng Chun untuk mendominasi industri perfilman Hindia—meskipun dengan cerita yang sudah agak modern—selama dua tahun.[1]

Produksi

Sebuah gambar kasar seorang pria dengan kamera video
Salah satu dari Wong bersaudara, ca 1947; kolaborasi Wong dengan Balink pada Terang Boelan untuk kedua kalinya, setelah Pareh.

Pada akhir 1936, Balink memperoleh dukungan keuangan dari beberapa perusahaan domestik dan luar negeri dengan dirinya, Wong, dan Franken membuka Sindikat Film Hindia Belanda (Algemeen Nederlandsch Indisch Filmsyndicaat, atau ANIF) di Batavia (sekarang Jakarta). Meskipun pembentukan baru ini difokuskan terutama pada warta berita dan dokumenter, pada 1 Januari 1937 ANIF mengumumkan bahwa mereka akan membuat beberapa film cerita, salah satunya adalah Terang Boelan.[7]

Cerita untuk Terang Boelan ditulis oleh Saeroen, seorang wartawan dari surat kabar Pemandangan yang memiliki hubungan tertutup pada komunitas teatrikal, tak lama setelah tempat tersebut merilis film buatan Amerika karya Dorothy Lamour berjudul The Jungle Princess (1936), yang menjadikannya sebagai sebuah inspirasi.[8] Sejarawan film Indonesia Misbach Yusa Biran menulis bahwa Terang Boelan diberikan gaya dan tema yang mirip pada film sebelumnya.[9] Kritikus film Indonesia Salim Said juga mengakui kemiripan tersebut, menggambarkan Terang Boelan sebagai pencerminan karya "putri hutan" yang terkenal pada waktu itu.[10] Saeroen menamai pulau fiksi dalam Terang Boelan dengan nama "Sawoba" berdasarkan nama para kru: Saeroen, Wong, dan Balink.[11]

Produksi dimulai pada bulan Februari 1937—dengan Balink sebagai sutradara dan Wong sebagai sinematografer—namun sempat tersendat karena relokasi kantor ANIF. Syuting dimulai pada bulan Mei tahun tersebut.[12] Sumber-sumber memberikan pernyataan bertentangan mengenai keterlibatan Franken: Biran menulis bahwa Franken telah meninggalkan tanggung jawabnya,[13] sedangkan ahli film Amerika Karl G. Heider menyatakan bahwa Franken turut menyutradarai film tersebut.[14] Berbeda dengan The Teng Chun, yang film-filmnya ditujukan kepada masyarakat kelas rendah, film Balink ditujukan kepada pribumi Indonesia terdidik, yang berusaha untuk menampilkan sebuah film bukan dari sudut pandang Eropa, melainkan dari sudut pandang pribumi.[15] Menurut Said, hal ini muncul sebagai reaksi terhadap kegagalan Pareh dan menghasilkan pendekatan yang kurang etnologis.[16] Terang Boelan direkam menggunakan film nitrat hitam-putih yang sangat mudah terbakar di Cilincing di Batavia, Pantai Merak di Banten, dan Tanjong Katong di Singapura.[17] Penggunaan film nitrat mungkin telah menjadi faktor menghilangnya film tersebut dikemudian hari.[18]

Para pemain Terang Boelan kebanyakan terdiri dari aktor-aktor yang muncul di Pareh. Termasuk aktor terkemuka, Rd Mochtar, dan beberapa pemain minor, termasuk Eddie T. Effendi dan Soekarsih. Anggota pemeran lainnya, termasuk pemeran wanita Roekiah dan suaminya Kartolo, berasal dari kelompok teatrikal toneel tradisional; hal ini mungkin telah menjadi bagian dari upaya untuk menarik kelompok teater. Film tersebut, termasuk lagu "Terang Boelan" dan "Boenga Mawar" ("Bunga Mawar"), meminta para pemerannya untuk menyanyikan musik keroncong (musik tradisional dengan pengaruh Portugis); karena suara Mochtar tidak cocok dengan peranannya, musikus Ismail Marzuki—yang juga mengkomposisikan musik latar film tersebut—bernyanyi sementara gerak bibir Mochtar disesuaikan.[19]

Rilis dan penerimaan

Terang Boelan tayang perdana pada tanggal 8 Desember 1937 di Rex Theatre di Batavia, ibu kota Hindia Belanda; teater hampir penuh saat film tersebut dipentaskan.[20] Film ini juga dipasarkan dalam bahasa Belanda dengan judul Het Eilan der Droomen; film tersebut diiklankan untuk menunjukan bahwa Hindia Belanda adalah tempat yang indah seperti Hawaii, sebuah pulau pariwisata yang terkenal dalam film-film Hollywood. Poster-poster juga menekankan penggunaan dialog berbahasa Indonesia.[21] William van der Heide, seorang dosen pengkajian film di Universitas Newcastle, Australia, mencatat bahwa film tersebut melanjutkan tren "Indonesianisasi", atau penerapan sikap nasional (Indonesia) terhadap konsep baru yang diserap; untuk film Terang Boelan, proses pribumisasi ini melibatkan penampilan "latar lokal nan eksotis" dan musik keroncong. Adaptasi dari film-film asing telah muncul beberapa tahun sebelumnya dan terus berlanjut setelah perilisan Terang Boelan.[22]

Film tersebut telah sukses secara komersial, baik di Hindia Belanda dan sebagian Malaya Britania. Banyak penonton yang berasal dari kalangan pribumi, sebagian besar dari mereka adalah orang dari kelas pekerja, termasuk penggemar asli toneel dan keroncong yang jarang menonton film.[23] Setelah dilisensikan oleh RKO Radio Pictures, film tersebut melakukan pengambilan gambar di Malaya Britania, tempat film tersebut diiklankan sebagai "musikal Melayu pertama dan terbaik" dan memperoleh 200.000 Dolar Selat (setara dengan AS$ 114,470[24]) dalam dua bulan.[25] Terang Boelan menjadi produksi tersukses di wilayah tersebut sampai perilisan Krisis pada tahun 1953, yang dirilis setelah Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia pada tahun 1949.[26]

Meskipun sukses, ANIF tidak senang dengan film tersebut dan menghentikan produksi non-dokumenter lainnya; salah satu kameramen studio, seorang pria Indo bernama J.J.W. Steffens,[c] menyatakan bahwa karya-karya non-fiksi dari manajemen ANIF disukai sebagai media yang lebih intelektual. Kecewa dengan reaksi perusahaan tersebut, Balink meninggalkan Hindia Belanda dan berimigrasi ke Amerika Serikat pada bulan Maret 1938.[27] Pemeran Terang Boelan meninggalkan ANIF tak lama setelah itu dan—setelah sempat berkunjung ke Malaya—mereka kemudian bergabung dengan Tan's Film.[28] Mereka membuat film pertama mereka bersama Tan, Fatima, pada tahun 1938. Mochtar, yang menikah dengan sesama aktris Terang Boelan Soekarsih, melanjutkan syuting sebagai pasangan Roekiah; keduanya terkenal dalam beberapa film sampai Mochtar meninggalkan Tan pada tahun 1940 karena sengketa upah.[29]

Warisan

Seorang wanita dan seorang pria, menghadap ke depan
Roekiah dan Rd Mochtar (gambar dalam film Siti Akbari) melanjutkan syuting sebagai pasangan sampai 1940.

Kesuksesan Terang Boelan membuat peningkatan dalam produksi film di koloni tersebut; banyak film yang mengikuti rumus yang sama, termasuk musik, pengambilan gambar yang indah dan romantis.[30] Sebelum Terang Boelan, studio-studio setempat umumnya tidak sukses mencari rumus pembuatan film yang menarik minat khalayak,[31] namun kesuksesan Terang Boelan, Fatima, dan Alang-Alang (1939) menghidupkan kembali industri tersebut.[32] Empat rumah produksi baru didirikan pada tahun 1940,[33] serta aktor dan aktris yang sebelumnya bergabung pada kelompok-kelompok teater akhirnya memasuki industri film, yang mampu menggaet penonton-penonton baru.[34] Kebanyakan produksi lokal film-film yang dirilis di Hindia dibuat antara 1939 dan pendudukan Jepang pada tahun 1942.[35] Sementara itu, di Malaya, Run Run dan Runme Shaw bersaudara—yang terinspirasi oleh film Terang Boelan dan Alang-Alang yang diminati khalayak Melayu—mendirikan Malay Film Productions di Singapura, yang di kemudian hari menjadi salah satu rumah produksi tersukses.[36]

Heider menganggap Terang Boelan adalah salah satu dari dua karya sinematik yang paling penting dari Hindia Belanda sampai 1930-an; Film Balink sebelumnya yang berjudul Pareh adalah yang lainnya. Ia mencatat bahwa Terang Boelan "mengawali corak khas film Indonesia populer", sebuah corak yang tetap dominan sampai 1990-an.[14] Biran menganggap film tersebut adalah titik balik dalam sejarah perfilman Indonesia, menunjukkan potensi film tersebut dan berperan sebagai katalisator untuk pengembangan lebih lanjut.[11] Said menyetujuinya, menggambarkan film tersebut sebagai tonggak dalam sejarah Indonesia karena rumus yang diperkenalkan tersebut.[16] Penggunaan rumus film Terang Boelan secara berulang kali telah dikritik. Sutradara Teguh Karya, misalnya, mengecam bahwa film yang menggunakan rumus tersebut tanpa memberikan improvisasi, sesungguhnya membiarkan rumus tersebut "tidak berkembang dan statis".[37]

Terang Boelan dianggap hilang,[38] seperti halnya kebanyakan produksi-produksi domestik dari era tersebut.[d] Sejarawan film Filipina dan sutradara Nick Deocampo mencatat bahwa produksi yang dibuat dengan film nitrat—seperti Terang Boelan—dapat terbakar dengan mudah dan dengan demikian mudah hilang, namun menyatakan bahwa salinan film dapat bertahan sampai 1970-an.[18] Dalam sebuah publikasi pada tahun 1991 oleh Said, Heider, dan penerjemah Amerika John H. McGlynn dinyatakan harapan bahwa salinan film mungkin tergeletak di loteng atau lemari seseorang di Indonesia atau Belanda.[38]

Lihat pula

Catatan

  1. ^ Sumber lain, seperti (Anwar 2004, hlm. 84), mengatakan bahwa film ini dirilis pada tahun 1938.
  2. ^ Plot diambil dari (Said 1982, hlm. 24–26) dan (Biran 2009, hlm. 169–170).
  3. ^ Biran tidak menunjukan nama lengkapnya.
  4. ^ (Heider 1991, hlm. 14) tertulis bahwa seluruh film Indonesia yang berasal dari tahun-tahun sebelum 1950 telah hilang. Namun, Katalog Film Indonesia JB Kristanto menyatakan bahwa beberapa yang selamat berada di arsip-arsip Sinematek Indonesia, dan (Biran 2009, hlm. 351) tertulis bahwa beberapa film propaganda Jepang berada di Dinas Informasi Pemerintah Belanda.

Catatan kaki

  1. ^ a b Biran 2009, hlm. 380–382.
  2. ^ a b Biran 2009, hlm. 147–150.
  3. ^ Biran 2009, hlm. 145.
  4. ^ Biran 2009, hlm. 155, 159.
  5. ^ a b c Biran 2009, hlm. 160–162
    Original: "Anggaran f 75.000 itu hampir 20 kali anggaran film yang wajar masa itu."
    Translation: "The film's budget of f 75,000 was almost 20 times that common for films of the time". Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "FOOTNOTEBiran2009160–162" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  6. ^ Biran 2009, hlm. 165–168; Said 1982, hlm. 142.
  7. ^ van der Heide 2002, hlm. 128; Biran 2009, hlm. 169.
  8. ^ Biran 2009, hlm. 170.
  9. ^ Said 1982, hlm. 11.
  10. ^ a b Biran 2009, hlm. 169.
  11. ^ Filmindonesia.or.id, Kredit Lengkap; De Indische Courant 1937, Maleische Muzikale Film; De Indische Courant 1937, Een Film in Wording
  12. ^ Biran 2009, hlm. 165–168.
  13. ^ a b Heider 1991, hlm. 15–16.
  14. ^ Biran 2009, hlm. 146.
  15. ^ a b Said 1982, hlm. 23–24.
  16. ^ Esha et al. 2005, hlm. 32; Filmindonesia.or.id, Terang Boelan
  17. ^ a b Deocampo 2006, hlm. 1917–1919.
  18. ^ van der Heide 2002, hlm. 128; Said 1982, hlm. 23–24; Esha et al. 2005, hlm. 32.
  19. ^ Bataviaasch Nieuwsblad 1937, Terang Boelan.
  20. ^ Filmindonesia.or.id, Terang Boelan.
  21. ^ van der Heide 2002, hlm. 128.
  22. ^ van der Heide 2002, hlm. 128; Said 1982, hlm. 25; Deocampo 2006, hlm. 1917–1919.
  23. ^ New York Times 1938, Foreign Exchange.
  24. ^ Biran 2009, hlm. 171; Esha et al. 2005, hlm. 33; Barnard 2010, hlm. 52.
  25. ^ Anwar 2004, hlm. 84.
  26. ^ Biran 2009, hlm. 172–173; Bataviaasch Nieuwsblad 1938, Albert Balink
  27. ^ Biran 2009, hlm. 174; Esha et al. 2005, hlm. 33.
  28. ^ Filmindonesia.or.id, Terang Boelan; Biran 2009, hlm. 214; Filmindonesia.or.id, Pareh
  29. ^ Biran 2009, hlm. 25; Said 1982, hlm. 25.
  30. ^ Biran 2009, hlm. 87.
  31. ^ Biran 2009, hlm. 182.
  32. ^ Biran 2009, hlm. 205.
  33. ^ Said 1982, hlm. 27.
  34. ^ Biran 2009, hlm. 383–385.
  35. ^ Khoo 2006, hlm. 90.
  36. ^ Heider 1991, hlm. 6, 16.
  37. ^ a b Said, McGlynn & Heider 1991, hlm. 31.

Sumber

  • "Albert Balink". Encyclopedia of Jakarta (dalam bahasa Indonesian). Jakarta City Government. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-07-24. Diakses tanggal 24 July 2012. 
  • Anwar, Rosihan (2004). Sejarah Kecil "petite histoire" Indonesia (dalam bahasa Indonesian). Jakarta: Kompas. ISBN 978-979-709-428-7. 
  • Barnard, Timothy P. (2010). "Film Melayu: Nationalism, Modernity and Film in a pre-World War Two Malay Magazine". Journal of Southeast Asian Studies. Singapore: McGraw-Hill Far Eastern Publishers. 41 (1): 47–70. doi:10.1017/S0022463409990257. ISSN 0022-4634. 
  • Biran, Misbach Yusa (2009). Sejarah Film 1900–1950: Bikin Film di Jawa (dalam bahasa Indonesian). Jakarta: Komunitas Bamboo working with the Jakarta Art Council. ISBN 978-979-3731-58-2. 
  • Deocampo, Nick, ed. (2006). Lost Films of Asia. Manila: Anvil. ISBN 978-971-27-1861-8. 
  • Esha, Teguh; Alhaziri, Wasmi; Fauzi, Muhammad; Donald W., Sabu; Sigarlaki, Erwin R. (2005). Ismail Marzuki: Musik, Tanah Air, dan Cinta (dalam bahasa Indonesian). Yogyakarta: LP3ES. ISBN 978-979-3330-36-5. 
  • "Foreign Exchange". The New York Times. New York. 8 June 1938. Diakses tanggal 24 November 2012. (perlu berlangganan)
  • van der Heide, William (2002). Malaysian Cinema, Asian Film: Border Crossings and National Cultures. Amsterdam: Amsterdam University Press. ISBN 978-90-5356-580-3. 
  • Heider, Karl G (1991). Indonesian Cinema: National Culture on Screen. Honolulu: University of Hawaii Press. ISBN 978-0-8248-1367-3. 
  • Khoo, Gaik Cheng (2006). Reclaiming Adat: Contemporary Malaysian Film and Literature. Vancouver: University of British Columbia Press. ISBN 978-0-7748-1172-9. 
  • "Kredit Lengkap". Filmindonesia.or.id (dalam bahasa Indonesian). National Library of Indonesia and Sinematek. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-08-12. Diakses tanggal 12 August 2012. 
  • "Pareh". filmindonesia.or.id (dalam bahasa Indonesian). Jakarta: National Library of Indonesia and Sinematek. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-07-23. Diakses tanggal 23 July 2012. 
  • Said, Salim (1982). Profil Dunia Film Indonesia (dalam bahasa Indonesian). Jakarta: Grafiti Pers. OCLC 9507803. 
  • Said, Salim; McGlynn, John H.; Heider, Karl G (1991). Cinema of Indonesia: Eleven Indonesian Films, Notes & Synopses. New York: Festival of Indonesia Foundation. ISBN 978-1-879578-00-5. 
  • "Terang Boelan". filmindonesia.or.id (dalam bahasa Indonesia). Jakarta: National Library of Indonesia and Sinematek. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-07-24. Diakses tanggal 24 Juli 2012. 

Pranala luar

Baca informasi lainnya:

CompTox Chemicals DashboardKontenDeskripsiBasis data kimia yang ditargetkan untuk ilmu lingkungan dan menyediakan akses ke lebih dari 875.000 senyawa kimia, sifat, data bioasai, dan informasi terkait.KontakPusat penelitianBadan Perlindungan Lingkungan ASLaboratorium Pusat Toksikologi Komputasi Nasional AksesSitus webcomptox.epa.gov/dashboardURL pengunduhancomptox.epa.gov/dashboard/downloadsPerangkatLain-lainLisensiDomain publikFrekuensi rilis dataSetiap 6 bulanKebijakan kurasiDikurasi secara man…

Godzilla pada filmnya tahun 1954 karya Eiji Tsuburaya, yang penggunaan tokusatsu-nya terus dipakai hingga sekarang. Tokusatsu (Jepang: 特撮) adalah istilah dalam bahasa Jepang untuk efek khusus dan sering kali digunakan untuk menyebut film fiksi ilmiah, fantasi, horor, dan peran hidup produksi Jepang. Etimologi Istilah tokusatsu merupakan kependekan dari istilah tokushu satsuei (特殊撮影), sebuah istilah bahasa Jepang yang bisa diterjemahkan sebagai fotografi spesial yang mengacu pada …

List of wind farms in the United Kingdom redirects here. For offshore wind farms, see list of offshore wind farms in the United Kingdom. This article needs to be updated. Please help update this article to reflect recent events or newly available information. (July 2022) Map all coordinates using OpenStreetMap Download coordinates as: KML GPX (all coordinates) GPX (primary coordinates) GPX (secondary coordinates) This is a list of some onshore wind farms (more than 1 turbine) in the UK. This inf…

П-50Т, ОФАБ-100-120, ОФАБ-250-270 - МАКС-2009 OFAB -100-120 merupakan bom kecil yang dapat dibawa pada Sukhoi Su-17, Sukhoi Su-25, MiG-29, Su-27, Sukhoi Su-30 dan berbagai pesawat lainnya.[1][2][3] Bom ini dirancang untuk menyerang material lapis baja ringan dan fasilitas industri militer, serta tenaga kerja. Ia dijatuhkan dari ketinggian 500 hingga 15.000 m dengan kecepatan 500 hingga 1.150 km/jam. Bom pesawat ini efektif terhadap personel di medan terbuka …

Hungarian chocolate cake Rigó JancsiAlternative namesGypsy JohnTypeCakePlace of originHungary and AustriaRegion or statein Hungary: nationwidein Austria: Viennain Italy: Triestein Croatia: RijekaMain ingredientsChocolate sponge cake (flour, butter, sugar, egg whites, chocolate, egg yolks)Filling: chocolate and cream icing, apricot jam, dark rum or vanilla Rigó Jancsi (Hungarian pronunciation: [ˈriɡoː ˈjɒnt͡ʃi]) is a traditional Hungarian cube-shaped chocolate sponge cake and cho…

Kiambang Status konservasi Risiko Rendah (IUCN 3.1)[1] Klasifikasi ilmiah Domain: Eukaryota Kerajaan: Plantae Upakerajaan: Trachaeophyta Divisi: Magnoliophyta Kelas: Magnoliopsida Subkelas: Rosidae Ordo: Alismatales Famili: Araceae Subfamili: Aroideae Tribus: Pistieae Genus: PistiaL.[2] Spesies: Pistia stratiotesL.[3] Peta persebaran Kiambang Sinonim[4] Kodda-Pail Adans. Zala Lour. Apiospermum Klotzsch Limnonesis Klotzsch Zala asiatica Lour. Pistia spathulata…

Gioele Solari Gioele Solari (Albino, 25 aprile 1872 – Torino, 8 maggio 1952) è stato un filosofo e giurista italiano. Indice 1 Biografia 2 Opere 3 Intitolazioni 4 Note 5 Bibliografia 6 Altri progetti 7 Collegamenti esterni Biografia Targa commemorativa sulla casa natale di Gioele Solari presso Albino Solari frequentò in gioventù il prestigioso Collegio San Francesco di Lodi retto dai Padri Barnabiti per poi proseguire gli studi all'Università degli Studi di Messina, da dove poi si trasfer…

Hari Kemenangan AdwaPatung Menelik II di Addis Ababa, yang memberi penghormatan pada Hari Kemenangan AdwaJenisNationalMaknaKemenangan Etiopia melawan Italia di Pertempuran Adwa pada 1896Perayaan Parade publik dengan pejabat pemerintah dan tokoh masyarakat lainnya disajikan Penampilan dramatis yang terkait dengan Pertempuran Adwa Lagu-lagu patriotik dimainkan seperti lagu Tikur Sew oleh Teddy Afro Tanggal2 MaretTahun 20242 Maret Hari Kemenangan Adwa (bahasa Amhara: የዐድዋ ድል …

In mathematics, a trident curve (also trident of Newton or parabola of Descartes) is any member of the family of curves that have the formula: x y + a x 3 + b x 2 + c x = d {\displaystyle xy+ax^{3}+bx^{2}+cx=d} trident curve with a = b = c = d = 1 Trident curves are cubic plane curves with an ordinary double point in the real projective plane at x = 0, y = 1, z = 0; if we substitute x = x/z and y = 1/z into…

Stasiun Shibutami渋民駅Stasiun Shibutami, May 2022LokasiShimoda-Jinba 65-1, Tamayama-ku, Morioka-shi, Iwate-ken 028-4134JepangKoordinat39°50′5.5″N 141°9′16.2″E / 39.834861°N 141.154500°E / 39.834861; 141.154500Operator Iwate Galaxy Railway CompanyJalur■ Iwate Ginga Railway LineLetak16.6 km dari MoriokaJumlah peron2 peron sampingJumlah jalur2KonstruksiJenis strukturAtas tanahInformasi lainStatusMemiliki stafSitus webSitus web resmiSejarahDibuka1 Desember 1…

artikel ini tidak memiliki pranala ke artikel lain. Tidak ada alasan yang diberikan. Bantu kami untuk mengembangkannya dengan memberikan pranala ke artikel lain secukupnya. (Pelajari cara dan kapan saatnya untuk menghapus pesan templat ini) Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini.Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala.Tag ini diberikan pada Februari 2023. Plaatsvervull…

Karl Leonhard ReinholdGambar karya Peter Copmann [da], 1820Lahir(1757-10-26)26 Oktober 1757Wina, Keharyapatihan AustriaMeninggal10 April 1823(1823-04-10) (umur 65)Kiel, Konfederasi JermanPendidikanJesuitenkollegium St. Anna (1772–1773)Barnabitenkollegium St. Michael (1773–1778)Universitas Leipzig(1784; tanpa gelar)EraFilsafat abad ke-18KawasanFilsafat BaratAliranPencerahan Austria[1]Idealisme JermanInstitusiBarnabitenkollegium St. Michael (1778–1783)Universitas Je…

Helen JoyceJoyce berbicara di MoneyConf 2018Lahir1968 (umur 55–56)[1]Dublin, Ireland[1]Almamater Trinity College Dublin (BA) University of Cambridge (Part III of the Mathematical Tripos) University College London (PhD) PekerjaanDirektur advokasi untuk kelompok kampanye Sex MattersKarya terkenalTrans: When Ideology Meets RealityKeluarga Gus Joyce (saudara laki-laki) Ed Joyce (saudara laki-laki) Dominick Joyce (saudara laki-laki) Isobel Joyce (saudara perempuan) Cecelia …

Statua di Eirene con Pluto del 370 a.C. in una copia romana Pluto, la cui etimologia deriva dal greco antico Πλοῦτος?, Plū̀tos (ricco), è una figura della mitologia greca, dio della ricchezza, il cui culto, di carattere agrario, aveva come sede principale l'isola di Samotracia. Indice 1 Origini 2 Pluto nella Teogonia di Esiodo 3 Pluto nella commedia di Aristofane 4 Pluto nella Divina commedia 5 Iconografia 6 Divinità greche correlate 7 Divinità latine correlate 8 Note 9 Voci co…

Brand New EyesAlbum studio karya ParamoreDirilis29 September 2009 (2009-09-29)DirekamJanuari–Maret 2009 di Lightning Sound Studios, Hidden Hills, CaliforniaGenreAlternative rock, pop punk, emo[1][2]LabelFueled by RamenProduserParamore, Rob CavalloKronologi Paramore The Final Riot!(2008)The Final Riot!2008 Brand New Eyes(2009) 2010 Summer Tour EP(2010)2010 Summer Tour EP2010 Singel dalam album Brand New Eyes IgnoranceDirilis: 07 Juli 2009 (2009-07-07) Brick By Bori…

Kjetil JansrudSki alpenJansrud in February 2011DisiplinDownhill, Super-G,Giant slalom, CombinedKlubPeer Gynt AlpinklubbLahir28 Agustus 1985 (umur 38)Stavanger, NorwegiaTinggi183 m (600 ft 5 in) (2014)[1]Debut Piala Dunia19 Januari 2003 (usia 17)Situs webkjetil-jansrud.comOlympicsTim4 – (2006–2018)Medali5 (1 gold)World ChampionshipsTim7 – (2005, 2009–19)Medali3 (1 gold)World CupMusim16 – (2004–06, 2008–20)Menang23Podiums54Overall titles0 – (2nd in 2015,…

City and county in England This article is about the city in England. For other uses, see Bristol (disambiguation). Place in EnglandBristolCity, county and unitary authorityBristol skylineClifton Suspension BridgeWills Memorial BuildingCity HallBristol CathedralVictoria RoomsBristol Museum & Art Gallery Coat of armsMotto(s): Virtute et industria(With courage and industry)BristolLocation of city centre within countyShow map of BristolBristolLocation within EnglandShow map of EnglandBrist…

Artikel ini membutuhkan penyuntingan lebih lanjut mengenai tata bahasa, gaya penulisan, hubungan antarparagraf, nada penulisan, atau ejaan. Anda dapat membantu untuk menyuntingnya. Dalam nama yang mengikuti kebiasaan penamaan Slavia Timur ini, patronimiknya adalah Abdulmanapovich dan nama keluarganya adalah Nurmagomedov. Khabib NurmagomedovХабиб Нурмагомедов (Rusia)Nurmagomedov pada tahun 2019.LahirKhabib Abdulmanapovich Nurmagomedov20 September 1988 (umur 35)Sildi, RSS…

Islam MakhachevMakhachev pada 2022LahirIslam Ramazanovich Makhachev[1]27 Oktober 1991 (umur 32)[2]Makhachkala, Dagestan, RusiaKebangsaanRussiaTinggi178 cmBerat70 kgJangkauan70+1/2 in[3]GayaSamboBertarung dariMakhachkala, Russia San Jose, California, Amerika SerikatTimAmerican Kickboxing Academy Fight Spirit Team Gadzhi Makhachev freestyle wrestling club Old School Fighters KHK MMA Team Eagles MMAPelatihAbdulmanap Nurmagomedov (mantan)[4] Javier Mendez[5&#…

Ruam popok ringan pada bayi laki-laki yang diberi ASI dan popok kain berusia 3 minggu Ruam popok merupakan salah satu jenis gangguan yang terjadi pada kulit manusia. Ruam popok berupa iritasi dan peradangan kulit akibat dari penggunaan popok.[1] Ruam popok ditandai dengan berubahnya warna kulit menjadi kemerahan di beberapa daerah misalnya daerah pantat, lipatan paha, dan juga pada kelamin. Ruam popok memang lebih sering terjadi pada bayi, tapi hal tersebut tidak menutup kemungkinan terj…

Kembali kehalaman sebelumnya