Thung Tjing Ek alias Jakub Thung adalah seorang pejuang kemerdekaan berdarah Tionghoa Indonesia.
Marga Thung tersebar di beberapa wilayah di Indonesia. Sedangkan di Makassar, Mayor Thung Liong Hwee adalah pejuang yang ikut gugur bersama 4 putranya pada masa pendudukan Jepang. Jakub Thung merupakan anggota marga Thung asal Makassar yang merantau ke Pulau Papua pada tahun 1930-an dan berprofesi sebagai penangkap buaya di Waropen.[1]
Anak-anaknya kini cukup dikenal dengan nama marga istrinya yang asli Papua: Raweyai. Dr. Sam Ratulangi bersama kawan-kawannya juga sering memakai rumah Thung Tjing Ek untuk rapat-rapat yang membicarakan persiapan penyatuan Irian Barat ke NKRI. Ia pun juga diangkat menjadi Komisaris I di dalam organisasi Partai Kemerdekaan Indonesia Irian.[2] Dia juga membantu menyumbangkan uang ketika Silas Papare harus berangkat ke Jawa untuk menemui Presiden Soekarno.
Ia bersama Tan Su Song (Fritz Warabay) pergi ke Biak untuk belajar ilmu kebal dari orang Maluku. Sepulangnya dari Biak mereka mengorganisir pasukan sipil bawah tanah sampai berjumlah 2000 orang. Gerakan bawah tanah ini dinamakan Batalyon Tentara Tjendrawasih Tjadangan (TTT) yang didirikan Lukas Rumkorem. Gerakan bawah tanah ini akhirnya diketahui oleh Belanda. Para keturunan Tionghoa di Serui ini, membentuk organisasi Kong Ek Hwee yang merupakan bagian dari gerakan TTT.[3] Maka Fritz bersama kawan-kawannya seperti David Wasiri, Rafael dan Agus pun ditangkap dan dipenjarakan. Setelah tiga bulan mereka dibebaskan dan kena wajib lapor.
Namanya tercantum pada taman makam pahlawan Serui terletak di tengah kota bersama dengan Silas Papare, Stefanus Rumbewas, Dirk Ramandey, Salim Suneth, Hengkie W. Antaribaba, Rafael Maselkosu dan George Henk Ayorbaba. Ia adalah ayah dari Yorrys Raweyai.[4]
Referensi