Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Tropic of Emerald


De gordel van smaragd
SutradaraOrlow Seunke
Ditulis olehMijke de Jong, Orlow Seunke
Tanggal rilis
2 Oktober 1997
Durasi120 menit
NegaraBelanda
BahasaBelanda

Tropic of Emerald atau De gordel van smaragd adalah sebuah film drama Belanda tahun 1997 garapan Orlow Seunke.

Alur

Film ini bercerita tentang Theo Staats, seorang Belanda asal Nijmegen yang pergi ke Soekamadjoe di Depok untuk mengelola kebun karet milik pamannya si Oom. Theo dipandu oleh Bonn, seorang man deur berdarah Indo, untuk menjadi kepala fabriek getah karet milik si Oom. Bonn menceritakan perdagangan karet hingga kehidupan damai di Hindia-Belanda, yang dia sebut sebagai negeri impian bagi seluruh orang Eropa. mereka biasa meluangkan waktu weekend bersama koeli-koeli dan tjenteng untuk berburu Harimau Jawa yang dianggap sebagai hama. sementara di malam hari, mereka terbiasa pergi ke sebuah cafe bernama Harmonie. dia jatuh cinta dengan Ems, seorang wanita Indo yang menjadi biduan di cafe Harmonie. Ems juga rupanya seorang istri juragan kebun karet lainnya yang bernama Hermann. mereka berdua pun berselingkuh. perselingkuhan mereka diketahui Hermann, tapi karena Hermann orang yang baik, akhirnya Ems memutuskan untuk tidak melanjutkan hubungan ini dan Ems memilih untuk tetap bersama Hermann.

ketika Jepang berhasil merebut Hindia-Belanda, nasib orang-orang Belanda jadi gak menentu. sebagian besar juragan Belanda ditangkap Jepang dan dibawa ke kamp-kamp konsentrasi mereka. sebagian besar dari mereka dipancung karena menolak setia dengan Jepang. Hermann tewas ditembak, namun Ems selamat karena dia orang Indo. rumah-rumah, perkebunan, dan fabriek mereka disita Jepang. Theo yang tadinya bersembunyi berusaha mencari tahu nasib Ems, namun dia pun tertangkap Jepang. Ems bersama baboe-nya yang bernama Siti, berusaha mencari Theo. Ems kemudian diantarkan oleh seorang informan untuk menghadap ke salah seorang perwira Jepang. di sana, dia diberitahu bahwa Theo akan dieksekusi pancung. Ems pun akhirnya menyogok perwira dengan tubuhnya. Theo selamat dari eksekusi tsb dan Ems pun jadi wanita simpanan si perwira. selama di kamp, Theo digunduli, dipaksa berbicara bahasa Jepang dan menyanyikan lagu kebangsaan Jepang Kimigayo, dan menerima berbagai penyiksaan yang menyebabkan mata kanannya agak sedikit rabun/hampir buta dan kakinya pincang.

setelah Jepang kalah, para tawanan Belanda di kamp tsb mengibarkan kembali bendera Belanda. mereka berpikir situasi sudah aman. ternyata, datang segerombolan orang kampung berpita bendera merah putih membawa klewang, clurit, bambu runcing, dll melakukan sweeping ke kamp dan merebut tentara Jepang. sejumlah orang Belanda ditangkap mereka. Theo bersama Ems berhasil kabur. namun melihat keadaan Theo yang harus dipapah oleh Ems, akhirnya mereka memutuskan untuk kembali ke rumah Ems di Soekamadjoe.

Theo dan Ems pikir keadaan sudah aman. namun ternyata gerombolan orang kampung lainnya juga sweeping ke rumah-rumah serta lahan perkebunan dengan tujuan menangkap atau membunuh hidup-hidup semua orang sipil Belanda, Indo, Cina, dan Ambon. gerombolan ini menamakan diri mereka sebagai Pelopor dan Pemoeda. Theo dan Ems berhasil kabur ke hutan dan secara tidak sengaja bertemu dengan si Oom. rupanya si Oom juga berhasil kabur dari kamp dan berencana akan kembali ke rumahnya. namun gak disangka, rumah si Oom sudah dihuni sejumlah orang pribumi yang tampaknya merupakan aktifis pro-republik. rumah si Oom dijadikan tempat pengetikan dan percetakan selebaran dan spanduk revolusioner, konveksi, dan gudang panen dari sawah dan kebun karet milik si Oom yang tadinya disita Jepang. si Oom marah dan berkata bahwa Jepang sudah kalah, maka otomatis rumah dan kebunnya yang tadinya disita harus kembali jadi miliknya. namun, ternyata si Oom langsung dibunuh di tempat. Theo dan Ems juga hampir dibunuh, namun dicegah oleh salah seorang bekas babu Ems yang bernawa Siti. Siti mengatakan bahwa bekas juragannya cuma warga sipil yang jadi korban Jepang, bukan orang jahat yang berusaha merintangi perjuangan kemerdekaan. untuk sementara waktu mereka tinggal di rumah Siti.

ketika memasuki agresi militer / operatie product tahun 1947, giliran militer Belanda yang melakukan sweeping untuk mencari simpatisan Pelopor dan Pemoeda, serta sejumlah orang yang bergabung ke dalam TNI. pada operasi ini, si komandan membunuh orangtua Siti. Theo dan Ems yang marah dengan komandannya, pun akhirnya mereka dicyduk karena dicurigai jadi pendukung republik. mereka pun dibawa ke markas Belanda untuk diinterogasi. lalu mereka berhasil kabur lagi.

klimaksnya adalah ketika akhir revolusi tahun 1949, pemerintah Belanda dan Indonesia membuka kesempatan bagi warga sipil berdarah Belanda dan Indo untuk memilih kewarganegaraan. media Belanda mempropagandakan jargon "Van Moederland Naar Vaderland" (From Motherland to Fatherland). Theo dan Ems bersepakat memilih jadi warga negara Belanda, dan mereka pun berangkat ke Djakarta untuk registrasi dan persiapan pulang ke Belanda. namun, di tengah perjalanan, Ems yang merasa dirinya adalah orang Indonesia turun tiba-tiba. kedua sejoli ini akhirnya berpisah.

Pemeran

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya