Tulakan adalah sebuah desa di Kecamatan Tulakan, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, Indonesia. Desa ini terbagi menjadi 5 dusun, 13 Rukun Warga (RW), dan 29 Rukun Tetangga (RT). Desa Tulakan juga merupakan salah satu desa yang masih kental dengan penerapan tradisi budaya di dalamnya.
Geografi
Desa Tulakan adalah desa yang kawasannya cukup untuk dikatakan memiliki potensi dalam pengembangan perekonomian penduduk. Desa yang terletak 0,5 km ke arah barat dari kota kecamatan tersebut memiliki masyarakat yang aktif dalam kegiatan sosial dan ekonomi. Desa Tulakan merupakan salah satu dari 16 desa di wilayah Kecamatan Tulakan dengan kepemilikan luas wilayah sebesar 551,71 hektar. Letak desa dengan kantor pusat kecamatan hanya berjarak ± 500 meter dari pusat Pemerintahan Kecamatan Tulakan. Sedangkan untuk pusat Kota Pacitan berjarak ± 25 kilometer atau sekitar 40 menit dengan kendaraan bermotor.
Secara geografis, Desa Tulakan adalah merupakan wilayah dataran dengan tinggi wilayah 376 meter di atas permukaan laut. Batas wilayah administrasi Desa Tulakan sebelah barat berbatasan dengan Desa Jatigunung, sebelah timur berbatasan dengan Desa Bungur, sebelah utara berbatasan dengan Desa Losari, dan sebelah selatan berbatasan dengan Desa Wonoanti. Desa dengan 5 dusun ini masing-masing memiliki RW dan RT sebagai pelengkap Lembaga Kemasyarakatan Desa nya (LKD). Seperti Dusun Krajan dengan 5 RT dan 2 RW, Dusun Dlopo dengan 5 RT dan 2 RW, Dusun Gesingan dengan 8 RT dan 4 RW, Dusun Sepang dengan 7 RT dan 3 RW, serta Dusun Tembelang dengan 4 RT dan 2 RW. Selain itu Desa Tulakan terdiri atas pemukiman atau perumahan, sawah, tegal, hutan, dan lainnya, yang luas tanah menurut penggunaannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
No
Jenis Penggunaan Tanah
Luas (Ha)
1.
Pemukiman / Perumahan
247,28
2.
Sawah
28,45
3.
Tegal
141,32
4.
Hutan
5,56
5.
Lainnya
129,10
Sumber Data : Daftar baku sawah,tanah kering,rawa,waduk/telaga,dan tanah lain-lain per desa/kelurahan Tahun 2015 Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Pacitan Kecamatan Tulakan
Sejarah Desa Tulakan
Al kisah dari para tua Desa Tulakan, pada masa penjajahan Belanda seperti lazimnya sebagai daerah jajahan selalu identik dengan penderitaan. Demikian juga dengan wilayah Pacitan bagian Timur ( termasuk daerah Tulaan dan sekitarnya ) tak berbeda dengan jajahan lainnya hampir semua terjangkit wabah penyakit. Penyakit itu sukar disembuhkan atau dapat disebut pagi sakit siang mati, siang sakit sore mati, malam sakit pagi mati. Demikian untuk menggambarkan betapa ganasnya penyakit yang menimpa masyarakat waktu itu. Berbagai usaha dari beberapa tokoh masyarakat untuk mengobati penyakit ini tidak membawa hasil sehingga kemiskinan dan penderitaan masyarakat semakin merajalela. Dalam kondisi seperti ini ada suatu keanehan, ada sekelompok penduduk yang tidak tertimpa wabah, yakni penduduk yang tinggal ditepi sungai Tulaan.
Pada masa penjajahan atau pemerintahan Belanda, Onderan Tulaan ( Kecamatan Tulakan ) terbagi menjadi beberapa Kademangan. Salah satunya adalah Kademangan Tulaan. Wilayah Kademangan Tulaan ini masih sangat luas ( bila dibandingkan dengan wilayah desa-desa yang ada sekarang ini ).
Sekitar tahun 1850 M datanglah seorang pengembara dari Keraton Solo. Banyak hal yang menjadi perhatian pengembara ini. Salah satunya adalah adanya kelompok masyarakat yang terhindar dari wabah penyakit. Karena terhindarnya masyarakat ditepi sungai Tulaan ini merupakan suatu yang aneh, maka pengembara tadi berkata:
“ Kanggo pangeling-eling daerah kang luput saka bebenduning Kang Murbeng Dumadi, yaiku wiwit saka perengan wetan sadawaning pinggir kali iku, tumeka poporing gunung kidul kae tak jenengake TULAKAN, mergo ditulak saka sakabehing bebendhu. “
Berdasarkan pernyataan pengembara dari Keraton Solo itu wilayah Kademangan Tulaan dipersempit menjadi daerah disepanjang tepi sungai Tulaan. Sejak itulah wilayah Kademangan Tulaan ditetapkan meliputi sekitar tepi sungai yang kemudian dalam perkembangannya disebut sebagai Desa Tulakan sebagaimana yang ada sampai sekarang ini. Adapun periodesasi kepemimpinan Kepala Desa Tulakan sebagai berikut:
Kondisi Pemerintahan Desa Tulakan pada saat ini dalam keadaan stabil dan kondusif dengan didukung oleh jumlah perangkat desa 8 orang diantaranya Kepala Desa, Sekretaris Desa, Kepala Urusan, dan Kepala Seksi. Selain itu desa ini juga dilengkapi dengan 5 Kepala Dusun, 29 Ketua RT, 13 Ketua, dan RW 13. Keanggotaan BPD, LPMD, dan Organisasi Kepemudaan juga turut aktif dalam bidang-bidang seperti olahraga dan seni.
Kepala Desa
Awal
Akhir
GUNTARAM
2020
2026
Demografi
Penduduk Desa Tulakan sampai dengan tahun 2023 berjumlah 4.131 jiwa yang terdiri dari 2.069 laki-laki dan 2.062 perempuan, dengan rasio jenis kelamin hampir seimbang[1]. Sebagian besar penduduk Desa Tulakan memeluk agama Islam, sementara sebagian kecil lainnya beragama Kristen dan Katolik.[2]
Penduduk Desa Tulakan tersebar dalam berbagai kelompok umur, dengan proporsi yang relatif merata. Kelompok umur 25 hingga 29 tahun dan 50 hingga 54 tahun memiliki proporsi yang cukup besar, mencerminkan populasi yang cukup berimbang antara penduduk usia muda dan dewasa[3] Hal ini menunjukkan bahwa Desa Tulakan memiliki potensi tenaga kerja yang cukup baik dan seimbang antara kelompok usia produktif dan non-produktif.
Mata pencaharian utama penduduk Desa Tulakan sangat beragam. Sektor pertanian masih menjadi tumpuan dengan banyaknya penduduk yang bekerja sebagai petani atau pekebun. Selain itu, ada penduduk yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS), polisi, dan dalam perdagangan. Beberapa penduduk juga bekerja di sektor informal dan sebagai pengurus rumah tangga. Sementara itu, sebagian dari penduduk adalah pelajar atau mahasiswa, serta ada juga yang sudah pensiun.[4]
Tingkat pendidikan penduduk Desa Tulakan bervariasi. Sebagian besar penduduk telah menyelesaikan pendidikan hingga tingkat SD atau sederajat. Sebagian lainnya mencapai tingkat SLTP dan SLTA. Ada pula penduduk yang telah menempuh pendidikan tinggi hingga jenjang Diploma dan Strata I, meskipun jumlahnya relatif kecil. Beberapa penduduk masih belum atau tidak sekolah, serta ada yang belum tamat SD. [5]
Tabel Kependudukan Desa Tulakan
Penduduk
Tahun
2022
2023
2024
Laki-laki
2050
2066
2073
Perempuan
2032
2033
2058
Jumlah
4082
4099
4131
Pendidikan
Desa Tulakan menampung sejumlah institusi pendidikan yang meliputi:
Bustanul Athfal (BA) Aisyah
Taman Kanak-Kanak (TK) Tunas Harapan di Dusun Gesingan
Taman Kanak-Kanak (TK) Ar-Rohman di Dusun Sepang
Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Tulakan
Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Tulakan
Sekolah Dasar (SD) Negeri 3 Tulakan
Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 1 Pacitan
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Tulakan
Madrasah Tsanawiyah (MTs) Ma'arif
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Diponegoro Tulakan
Madrasah Aliyah (MA) Ma'arif
Madrasah Aliyah (MA) Muhammadiyah
Perekonomian
Desa Tulakan memiliki perekonomian yang sangat bergantung pada pasar-pasar yang ada di wilayahnya: Pasar Tulakan, Pasar Hewan, dan Pasar Kliwon. Ketiga pasar ini menjadi pusat kegiatan ekonomi dan perdagangan yang vital bagi masyarakat setempat.
Pasar Tulakan merupakan pasar tradisional yang menjadi tempat jual-beli kebutuhan sehari-hari penduduk desa. Sebagaimana pasar desa pada umumnya, di sini warga dapat menemukan berbagai macam produk mulai dari bahan makanan segar khususnya sayur dan buah, hingga peralatan rumah tangga. Pasar ini juga menjadi tempat para petani dan produsen lokal menjual hasil pertanian dan kerajinan mereka. Pedagang kaki lima yang menjual makanan-minuman ringan di Pasar Tulakan sangat variatif, seperti siomay, cilok, sempol, dan boba.
Selanjutnya Pasar Hewan Tulakan, memiliki peran penting dalam mendukung sektor peternakan di desa ini. Pasar ini menjadi pusat transaksi jual-beli berbagai jenis hewan ternak seperti sapi, kambing, ayam, dan hewan lainnya. Selain sebagai tempat perdagangan, pasar hewan juga menjadi ajang bertukar informasi dan pengetahuan di antara para peternak.
Pasar Kliwon, yang beroperasi berdasarkan sistem kalender Jawa, merupakan pasar berkala yang diadakan setiap hari Kliwon dalam penanggalan Jawa. Pasar ini menawarkan berbagai produk khusus dan barang-barang tradisional yang tidak selalu tersedia di pasar harian. Keunikan Pasar Kliwon menjadikannya daya tarik tersendiri bagi pengunjung dari desa-desa sekitar, sehingga turut mendorong perekonomian Desa Tulakan.
Ketiga pasar ini tidak hanya berfungsi sebagai pusat perdagangan, tetapi juga menjadi sumber mata pencaharian bagi banyak penduduk Desa Tulakan, yang juga didukung pasar-pasar lainnya. Mulai dari pedagang, petani, peternak, hingga penyedia jasa seperti tukang parkir dan pengangkut barang, semua mendapatkan manfaat ekonomi dari keberadaan pasar-pasar ini.
Keberadaan ketiga pasar tersebut juga mendorong berkembangnya sektor-sektor pendukung seperti transportasi dan logistik di Desa Tulakan. Hal ini pada gilirannya menciptakan lapangan kerja tambahan dan meningkatkan perputaran uang di dalam ekonomi desa. Sehingga dapat dikatakan kehadiran pasar bagi Desa Tulakan menjadi salah satu pondasi kesejahteraan dan keberlanjutan ekonomi masyarakat desa.
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
Desa Tulakan memiliki berbagai macam Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang tersebar di lima dusun, yaitu Dlopo, Gesingan, Krajan, Sepang, dan Tembelang. Setiap dusun menunjukkan keunikan dan keberagaman dalam jenis usaha yang dikembangkan, mencerminkan potensi ekonomi lokal yang bisa lebih diberdayakan untuk kemajuan masyarakat Desa Tulakan. Berikut dilampirkan beberapa grafik dan tabel yang menunjukkan UMKM berdasarkan bidang usaha, jumlah, dan sebarannya di Desa Tulakan:
Pariwisata
Gunung Sepang merupakan salah satu aset alam yang menjadi kebanggaan Desa Tulakan, dan menjadi gunung tertinggi di desa. Terletak di wilayah Desa Tulakan, tetapi juga terbagi ke dalam empat wilayah lereng, yakni Dusun Tembelang Desa Tulakan, Dusun Sriten Desa Wonoanti, Dusun Gadungan Desa Padi dan Dusun Pagerejo Desa Bungur. Gunung ini menawarkan panorama alam yang menakjubkan dan telah menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di daerah tersebut.
Dengan ketinggian 750 meter yang menjulang di atas permukaan laut, Gunung Sepang menyajikan pemandangan yang memukau. Dari puncaknya, pengunjung dapat menikmati hamparan hijau hutan yang luas, pantai, serta pemandangan Desa Tulakan dan daerah sekitarnya yang tampak seperti lukisan alam yang indah.
Sebagai destinasi wisata, Gunung Sepang menawarkan berbagai aktivitas bagi pengunjungnya. Pendakian menjadi kegiatan utama yang diminati oleh para wisatawan. Jalur pendakian yang tersedia memiliki tingkat kesulitan bervariasi, mulai dari yang cocok untuk pemula karena ketinggian gunung yang tergolong rendah. Selama perjalanan mendaki, wisatawan dapat menikmati udara segar pegunungan dan keindahan alam sekitar.
Selain pendakian, Gunung Sepang juga menjadi lokasi favorit untuk camping. Banyak pengunjung yang memilih untuk berkemah di area yang telah disediakan, menikmati malam di alam terbuka dengan pemandangan langit berbintang yang menakjubkan.
Pemerintah Desa Tulakan, bekerja sama dengan masyarakat setempat, telah melakukan upaya untuk mengembangkan Gunung Sepang sebagai destinasi ekowisata. Berbagai fasilitas telah dibangun untuk mendukung kenyamanan wisatawan, namun tetap dengan memperhatikan kelestarian lingkungan. Pengembangan ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan sektor pariwisata, tetapi juga untuk melestarikan kekayaan alam Gunung Sepang. Seperti tempat parkir yang disediakan sebelum memasuki puncak gunung, sebab wisata ini masih dapat diakses dengan kendaraan bermotor.
Keberadaan Gunung Sepang sebagai objek wisata telah memberikan dampak positif bagi perekonomian Desa Tulakan. Banyak warga setempat yang kini memperoleh penghasilan dari sektor pariwisata, baik sebagai penyedia jasa tukang parkir, penyewaan alat camping, maupun penjual makanan dan minuman.
Dengan keindahan alamnya yang memesona dan potensi wisata yang besar, Gunung Sepang tidak hanya menjadi kebanggaan Desa Tulakan, tetapi juga menjadi aset berharga bagi pengembangan pariwisata daerah. Gunung ini menjadi bukti nyata bagaimana keindahan alam, jika dikelola dengan baik, dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.