Lahir dari keluarga qadi di Banja Luka, Maglajlić tidak diperbolehkan masuk perguruan tinggi oleh ayahnya. Dia melakukan berbagai kegiatan sosial dan kemanusiaan, termasuk memperjuangkan hak-hak perempuan. Setelah Yugoslavia diserang oleh kekuatan Poros pada April 1941, Bosnia menjadi bagian dari Negara Merdeka Kroasia, sebuah negara boneka yang berideologi fasisme. Maglajlić masuk Partai Komunis Yugoslavia pada bulan Mei dan bergabung dengan gerakan perlawanan Partisan yang sedang berkembang pesat. Status sosialnya yang tinggi memungkinkannya untuk melindungi dan membekali pasukan Partisan di daerahnya selama beberapa bulan, sebelum ia ditangkap oleh pihak berwenang dan dikirim ke penjara. Setelah berbulan-bulan menjalani penyiksaan, Maglajlić melarikan diri dan kembali bergabung dengan Partisan. Dia adalah seorang tokoh politik yang berpengaruh di Bosanska Krajina sampai kematiannya dalam pertempuran dengan pasukan Jerman di desa Mala Krupska Rujiška.
Setelah perang, jenazahnya digali dari Mala Krupska Rujiška dan dimakamkan kembali di taman makam Partisan di Banja Luka. Fotonya muncul di selebaran yang diedarkan oleh Organisasi Pembebasan Palestina, yang berusaha mempromosikannya sebagai teladan bagi wanita Palestina.
Keluarga, pendidikan dan aktivisme
Vahida Maglajlić lahir pada tanggal 17 April 1907 di Banja Luka, Bosnia dan Herzegovina, yang waktu itu ialah sebuah kondominium milik Austria-Hungaria, lalu kemudian menjadi bagian dari Kerajaan Yugoslavia.[1][2] Dia berasal dari keluarga Muslim Bosnia terkemuka, anak tertua dari sepuluh bersaudara dari pasangan Muhamed Maglajlić, ketua pengadilan syariat Banja Luka, dan istrinya Ćamila. Saat masih kecil, Maglajlić lebih sering bermain dengan sapu terbang daripada boneka, sambil berpura-pura membawa senjata dan menunggang kuda. Dia juga lebih suka bermain dengan anak laki-laki. Saat beranjak dewasa, ia mulai bertanggung jawab atas delapan adik laki-lakinya dan seorang adik perempuan yang berusia jauh lebih muda.[2]
Maglajlić telah menunjukkan minat pada pekerjaan tangan sejak masa kanak-kanak, sehingga orang tuanya memutuskan untuk mendaftarkannya ke sekolah kejuruan wanita di kota kelahirannya setelah lulus dari maktab. Pada saat itu, hanya sedikit gadis Muslim Bosnia yang bersekolah di sekolah sekuler.[2] Maglajlić bercita-cita untuk melanjutkan pendidikannya di Zagreb dan menjadi seorang guru, tetapi ayahnya tidak mengizinkan putrinya berkuliah di tempat yang jauh dari rumah.[1] Setelah menamatkan pendidikannya, Maglajlić mengurus rumah tangga tersebut hingga dimulainya Perang Dunia II.[2]
Meskipun tidak pernah mengenyam pendidikan tinggi, Maglajlić berkenalan dengan ideologi Marxisme dan gerakan buruh melalui adik laki-lakinya yang belajar di Sarajevo dan Zagreb. Dia termasuk di antara Muslimah Bosnia pertama yang ambil bagian dalam gerakan buruh dan membuatnya lebih akrab dengan gerakan hak-hak wanita. Dia juga aktif dalam Bantuan Merah Internasional, dan kemudian memimpin organisasi wanita di Banja Luka. Ayahnya mengizinkan dia untuk melepas kerudung, tetapi dia membuat marah keluarga dan penduduk kota karena telah memotong pendek rambutnya.[2] Maglajlić kerap ditawari untuk menikah, tetapi dengan syarat dia berhenti dari aktivitasnya, sehingga beliau tidak pernah menikah. Dia menceritakan kepada saudara iparnya Ruža bahwa satu-satunya pria yang mau menerimanya adalah seorang pria yang pernah ia kencani, tetapi orang tuanya tidak mungkin menyetujuinya karena pria itu adalah seorang Kristen Ortodoks.[2]
Perang Dunia Kedua
Gerakan perlawanan
Perang Dunia II meletus pada bulan September 1939; Yugoslavia diinvasi oleh kekuatan Poros satu setengah tahun kemudian, dan Negara Merdeka Kroasia (bahasa Serbo-Kroasia: Nezavisna Država Hrvatska; NDH) didirikan pada 10 April 1941. Teritori NDH mencakup seluruh Bosnia dan Herzegovina, hampir seluruh Kroasia, dan sebagian Serbia. Maglajlić segera mengorganisir perlawanan terhadap otoritas NDH. Pada Mei 1941, ia secara resmi masuk ke Partai Komunis Yugoslavia yang ilegal.[1] Meskipun ayahnya meragukan sikap partai itu terhadap agama, kekejaman NDH terhadap Bosnia mendorongnya untuk mendukung gerakan perlawanan Partisan. Karena kesetiaannya kepada rezim fasis diragukan, Ustaše memaksa ayah Maglajlić untuk pensiun dari posisinya sebagai hakim syariat.[1]
Maglajlić dapat memanfaatkan pangkat ayahnya sebagai qadi untuk melindungi kaum komunis di rumah mereka, mengatur pemindahan mereka ke daerah-daerah yang telah dibebaskan, sambil mengumpulkan bantuan obat-obatan, pakaian, persenjataan, dan amunisi.[1][3] Beliau mampu mempertahankan jaringan komunikasi rahasia serta membangun pos pemeriksaan dan penampungan, sehingga beliau menjadi salah satu pendukung Partisan yang paling diandalkan di Banja Luka.[4] Dia meminta ibunya menyiapkan persediaan makanan untuk pasukan Partisan sembari menyediakan peralatan seperti pemancar radio, serta meyakinkan etnis Serbia, Muslim, dan Yahudi di Banja Luka untuk menyumbangkan harta mereka untuk gerakan perlawanan daripada melihatnya dirampas oleh Ustaše.[2] Status sosialnya sebagai bagian dari keluarga terpandang di kota itu mendorong banyak Muslim di Banja Luka untuk bergabung dengan Partisan.[5]
Ustaše akhirnya mengetahui tentang kegiatan Maglajlić, tetapi menangkapnya di depan umum sama saja memicu pemberontakan oleh penduduk Muslim. Maglajlic diminta untuk melapor kepada milisi Ustaše pada bulan Oktober 1941, dan ia berhasil ditangkap secara diam-diam. Saat dipenjara selama dua bulan, Maglajlić diinterogasi di bawah penyiksaan dengan tujuan untuk mendapat informasi tentang Partisan. Karena dia tetap bungkam, pihak berwenang memutuskan untuk mengirimnya ke Zagreb. Pada tanggal 20 Desember 1941, di hari pemindahan, Maglajlić berhasil melarikan diri dari penjara bersama seorang temannya, Danica Marić. Kedua wanita itu menghabiskan beberapa hari bersembunyi di rumah ayah Maglajlić sebelum pindah ke daerah yang dikuasai Partisan di Gunung Čemernica.[1] Pada 31 Desember 1941, mereka resmi menjadi anggota Partisan. Adik laki-lakinya bergabung dengan gerilyawan Partisan terlebih dahulu; dua di antaranya ditahan di penjara, sedangkan ayahnya dikirim ke kamp konsentrasi pada tahun 1942.[2]
Politik dan perang gerilya
Tak lama setelah mencapai wilayah yang dibebaskan, Maglajlić mulai terjun ke dunia politik. Dia mulai bekerja dengan orang-orang di Kozara, Grmeč dan Cazin, kebanyakan adalah wanita. Pengaruhnya paling menonjol di antara Muslimah di Cazin, dan karier politiknya memuncak setelah menjadi anggota Komite Sentral Front Antifasis Wanita Bosnia dan Herzegovina pada 6 Desember 1942.[2][4] Dia menjadi perwakilan tokoh komunis di kota Sanski Most dan Bosanski Novi hingga Januari 1943, ketika serangan musuh memaksanya mundur melewati Gunung Šator menuju Glamoč dan Livno, lalu kembali ke Bosanski Novi.[2]
Bersama dengan Brigade Krajina ke-12 lainnya, Maglajlić tiba di Mala Krupska Rujiška pada sore hari tanggal 31 Maret. Dia dan rekan-rekan Partisannya terbangun oleh suara tembakan di pagi hari tanggal 1 April, di mana mereka sudah terkepung oleh pasukan Jerman.[2] Anggota Partisan mencoba kabur dan berlindung di bukit terdekat.[2][5] Maglajlić gagal mencapai bukit dan tewas setelah tertembak di bagian punggung. Tentara Partisan lain yang masih hidup berhasil turun gunung pada hari itu juga dan menemukan jasad 28 rekan mereka yang gugur, termasuk Maglajlić, dan menguburkan mereka semua di desa itu pada hari itu juga.[2] Setelah perang, jenazah Maglajlić dimakamkan kembali di taman makam Partisan di Banja Luka, menjadi peristirahatan terakhirnya sampai hari ini.[3]
Penghargaan
Vahida adalah satu dari empat Maglajlić bersaudara yang gugur dalam perjuangan bersama Partisan. Tiga lainnya adalah adik laki-lakinya, Dževad, Munib dan Nedžib, yang dibunuh oleh Chetnik. Pada tanggal 20 Desember 1951, Maglajlić dinobatkan sebagai Pahlawan Rakyat Yugoslavia. Dia adalah satu-satunya Muslimah Bosnia yang menerima penghargaan ini.[3][5] Penghargaan yang sama diberikan kepada saudara ipar Maglajlić, yang gugur dua bulan setelah kematian Vahida.[2] Gambar Maglajlić dipakai dalam selebaran yang dikeluarkan oleh Organisasi Pembebasan Palestina, yang mempromosikannya sebagai panutan bagi wanita Palestina.[3]
Catatan kaki
^ abcdefMusabegović, Jasmina (1977). Žene Bosne i Hercegovine u narodnooslobodilačkoj borbi 1941–1945. godine. Svjetlost. hlm. 82–92. OCLC164913003.
^ abSpahić, Aida; Ždralović, Amila; Aganović, Arijana; Đokanović, Bojana; Bavčić, Elmaja; Žuna, Emina; Giomi, Fabio; Dračo, Ivana; Delić, Zlatan; Momčinović, Zlatiborka (2014). Women Documented: Women and Public Life in Bosnia and Herzegovina in the 20th Century. Sarajevo Open Center. hlm. 82–90.