Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Fisika Aristoteles

Fisika Aristoteles adalah bentuk ilmu alam yang dideskripsikan dalam karya-karya filsuf Yunani Aristoteles (384–322 SM). Dalam karya buatannya Fisika, Aristoteles menjelaskan tentang berdirinya prinsip-prinsip umum perubahan seluruh jasad-jasad alam, baik yang hidup maupun yang mati, yang di langit dan di bumi – termasuk seluruh gerakan, berubah dengan respek alam, berubah dengan respek ukuran atau jumlah, perubahan kualitatif dari berbagai jenis; dan "yang akan datang" (kedatangan dalam keberadaan, "generasi") dan "yang lalu" (tidak lama ada, "korupsi").

Menurut Aristoteles, "fisika" adalah bidang ilmu yang meliputi subyek-subyek seperti filsafat pikiran, pengalaman sensori, ingatan, anatomi dan biologi .

Sejarah

Aristoteles hidup sejak tahun 384–322 M.[1] Ia merupakan salah satu tokoh pemikir yang pertama kali mengembangkan teori mengenai benda dan dunia.[2] Aristoteles mengembangkan aliran filsafat realisme yang menyatakan bahwa objek-objek yang diamati oleh indra merupakan kenyataan bagi dirinya sendiri. Tidak ada ketergantungan objek atas pemikiran subjek yang mengetahui keberadaan objek. Aristoteles meyakini adanya interaksi antara pikiran dan dunia luar. Sifat dari dunia luar ini terpengaruh oleh interaksi pikiran. Namun, keberadaan dunia tetap ada meskipun pikiran dalam kondisi sedang menyadari atau telah berhenti menyadari keberadaan dunia. Karena itu, keberadaan benda-benda yang nyata dan perkembangannya merupakan kenyataan itu sendiri. Dalam pemikiran Aristoteles, suatu bentuk dan ide atau suatu materi dan prinsip keteraturan tidak dapat dipisahkan.[1]

Pemikiran

Gerak

Aristoteles menggolongkan ilmu fisika sebagai bagian dari ilmu pengetahuan yang bersifat teoretis. Fisika merupakan salah satu tema utama dalam pembagian ilmu pengetahuan dalam pemikiran Aristoteles. Objek fisika Aristoteles hanya meliputi gerak spontan atas benda-benda yang tampak secara fisik. Karena itu, Aristoteles membagi gerak menjadi gerak spontan akibat kekerasan dan gerak spontan akibat kodrat. Aristoteles memberikan contohnya yaitu batu yang dilemparkan merupakan gerak spontan akibat kekerasan. Sedangkan ketika batuh jatuh ke bawah maka terjadi gerak spontan akibat kodrat.[3]

Aristoteles kemudian membagi gerakan spontan menjadi 4 macam yaitu gerak substansial, gerak kuantitatif, gerak kualitatif dan gerak lokal. Gerak substansial menurutnya adalah gerak dari satu substansi menjadi substansi lain. Contohnya seperti anjing yang mati yang menyebabkan perubahan substansi dari makhluk menjadi bangkai. Gerak kuantitatif menurtnya adalah perubahan ukuran dari suatu benda. Cotohnya pada pohon yang berukuran kecil menjadi berukuran besar. Gerak kualitatif menurutnya adalah gerak transformasi dari suatu benda ke benda lain. Contohnya seperti kertas berwarna putih menjadi warna kuning. Sedangkan gerak lokal merupakan perubahan tempat.[4]

Karya-karya

Aristoteles menulis beberapa karya tulis tentang fisika ketika mengajar di Lyceum sejak tahun 335–322 SM. Ia menulis buku berjudul Physics dalam 9 jilid yang membahas fisika kecuali di jilid 1 dan jilid 2. Lalu ia menulis Metaphysics A 983 De Caelo dan De Generatione et Corruptione.[5]

Kekeliruan

Fisika Aristoteles dinyatakan keliru melalui hasil percobaan-percobaan yang dilakukan oleh Galileo Galilei (1564–1642 M). Galileo Galilei mengadakan penelitian di bidang astronomi yang menggunakan teleskop sebagai peralatan utamanya. Ia menggunakan pandangan Pythagoras yaitu menjelaskan alam semesta melalui matematika. Galileo Galilei kemudian menggunakan kerangka kerja fisika untuk menjelaskan percobaan-percobaannya. Pendapat Aristoteles mengenai perbedaan kecepatan jatuh suatu benda akibat perbedaan berat, dinyatakan keliru olehnya. Karena dua benda yang beratnya berbeda akan jatuh dengan laju yang sama dam mencapai permukaan tanah pada waktu yang sama. Percobaan ini menunjukkan kekeliruan Aristoteles yang menyatakan bahwa benda dengan massa yang lebih berat akan jatuh lebih cepat dibandingkan dengan benda yang lebih ringan. Pernyataan dari percobaan Galileo ini kemudian menggantikan pernyataan Aristoteles yang pada masanya masih menjadi pandangan utama bagi masyarakat umum.[6]

Referensi

Catatan kaki

  1. ^ a b Suaedi 2016, hlm. 98.
  2. ^ Suaedi 2016, hlm. 2.
  3. ^ Purwanto 2019, hlm. 17-18.
  4. ^ Purwanto 2019, hlm. 18.
  5. ^ Purwanto 2019, hlm. 15-16.
  6. ^ Purwanto, Agus (Agustus 2012). Nalar Ayat-Ayat Semesta: Menjadikan AI-Quran sebagai Basis Konstruksi llmu Pengetahuan. Bandung: Penerbit Mizan. hlm. 40. ISBN 978-979-433-730-1. 

Daftar pustaka

Sumber

  • Ragep, F. Jamil (2001a). "Tusi and Copernicus: The Earth's Motion in Context". Science in Context. Cambridge University Press. 14 (1–2): 145–163. doi:10.1017/s0269889701000060. 
  • Ragep, F. Jamil; Al-Qushji, Ali (2001b). "Freeing Astronomy from Philosophy: An Aspect of Islamic Influence on Science". Osiris, 2nd Series. 16 (Science in Theistic Contexts: Cognitive Dimensions): 49–64 and 66–71. Bibcode:2001Osir...16...49R. doi:10.1086/649338. 
  • H. Carteron (1965) "Does Aristotle Have a Mechanics?" in Articles on Aristotle 1. Science eds. Jonathan Barnes, Malcolm Schofield, Richard Sorabji (London: General Duckworth and Company Limited), 161-174.

Bacaan tambahan

  • Katalin Martinás, “Aristotelian Thermodynamics” in Thermodynamics: history and philosophy: facts, trends, debates (Veszprém, Hungary 23–28 July 1990), Templat:Pp..


Kembali kehalaman sebelumnya