Kabupaten Timor Tengah Selatan atau disingkat TTS, adalah salah satu kabupaten yang berada di provinsiNusa Tenggara Timur, Indonesia, dengan ibukota berada di kota Soe. Pada akhir tahun 2023, kabupaten ini memiliki penduduk sebanyak 475.346 jiwa, dengan kepadatan 120 jiwa/kmยฒ.[1][3]
Nama kabupaten ini adalah terjemahan dari Zuid Midden Timor yaitu wilayah administrasi kolonial Belanda setingkat onderafdeling. Wilayah ini adalah penggabungan tiga kerajaan yaitu Kerajaan Amanatun, Amanuban, dan Molo.[4]
Geografi
Kabupaten Timor Tengah Selatan merupakan salah satu Kabupaten di propinsi Nusa Tenggara Timur yang berada di Pulau Timor. Secara geografis terletak pada koordinat 120ยฐ4'00"-124ยฐ49'0" Bujur Timur (BT) dan 9ยฐ28'13" LS - 10ยฐ10'26" Lintang Selatan (LS). Kabupaten ini dilalui oleh jaringan jalan Negara yang menghubungkan KotaKupang dengan Kota Atambua (Kabupaten Belu) bahkan dengan negara tetangga Timor Leste. Wilayah administrasi Kabupaten Timor Tengah Selatan memiliki 32 kecamatan yang terdiri dari 228 desa dan 12 kelurahan, memiliki luas wilayah 3.955,36 kmยฒ atau 395.536 Ha.[5]
Kabupaten TTS memiliki sejumlah dataran dengan tipe yang berlainan. Dataran Pantai Selatan Pulau Timor di Kabupaten TTS didominasi oleh dataran aluvial yang datar sampai berkemiringan landai. Pada bagian lain pulau dalam wilayah Kabupaten TTS didominasi pegunungan. Sedangkan tingkat kelerengan wilayah Kabupaten TTS berkisar antara :
kelerengan 0โ8 % seluas 1.737,42 kmยฒ sebaran lokasi sebagian Kecamatan Kualin, Amanuban Selatan (Panite), sebagian Kecamatan Kolbano, sebagian Kecamatan Kuatnana, sebagian Kecamatan Oenino, sebagian Kecamatan Kota Soe, sebagian Kecamatan Polen, sebagian Kecamatan Amanuban Timur (Oeekam) dan sebagian Kecamatan Mollo Barat,
tingkat kelerengan antara 08โ15 % seluas 1.146,48 Km2 lokasinya berupa spot-spot dan hampir ada disetiap kecamatan,
kemiringan lereng antara 15โ25 % seluas 826,99 Km2 lokasinya menyebar dan hampir ada di setiap kecamatan,
kemiringan antara 25 โ 40 % seluas 244,82 Km2 lokasinya menyebar di setiap kecamatan
dan tingkat kemiringan lereng 40 % ke atas seluas 39,91 kmยฒ lokasinya yang terluas di Kecamatan Fatumnasi, Kecamatan Oenlasi dan sebagian di Kecamatan Nunkolo.
Wilayah Kabupaten TTS memiliki ketinggian dari 0 meter dpl (garis pantai) hingga 2.477 mdpl (puncak gunung Mutis). Sedangkan hasil dari proses tektonik lempeng dan mempunyai deformasi relief yang ekstrem. Berdasarkan pada peta Landsystem (RePPProT skala 1 : 250.000 (1988) lembar Kupang, Kefamenanu dan Atambua), sistem lahan yang terdapat di dalam wilayah Kabupaten TTS sebanyak 29 (dua puluh sembilan) buah dengan total areal seluas 3.955,36 kmยฒ.
Secara morfologi wilayah Kabupaten TTS dikelompokkan dalam wilayah dataran seluas 235,54 kmยฒ, berombak seluas 836,21 kmยฒ, bergelombang seluas 980,30 kmยฒ dan berbukit seluas 1929,78 kmยฒ. Sedangkan relief ketinggian antara 0 โ 500 sekitar 49 % dan relief 500 meter ke atas sekitar 51% di atas permukaan laut (dpl) dengan rincian sebagai berikut: 0 - 500 Mdpl seluas 2.086,88; 500 - 1000 Mdpl seluas 1.556,98; 1000 - 1500 Mdpl seluas 276,15; 1500 - 2000 Mdpl seluas 74,92; 2000 - 2500 Mdpl seluas 2,91.[3]
Iklim
Suhu udara di wilayah di wilayah Kabupaten TTS bervariasi oleh karena beragamnya tingkat ketinggian permukaan tanah, tetapi secara umum suhu udara di wilayah ini berkisar antara 18ยฐโ31 ยฐC. Tingkat kelembapan nisbi di wilayah ini pun bervariasi antara 62%โ81%. Wilayah Kabupaten TTS beriklim sabana tropis (Aw) dengan dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau di wilayah Kabupaten TTS bisa berlangsung sangat lama yakni lebih dari 7 bulan antara periode April hingga November dengan puncak periode terkering JuliโSeptember yang tingkat curah hujan bulanannya berada di bawah 20 mm per bulan. Sementara itu, musim penghujan di wilayah Kabupaten TTS berlangsung cukup singkat yakni โค5 bulan pada periode DesemberโMaret yang curah hujan bulanannya di atas 150 mm per bulan. Curah hujan tahunan di wilayah Kabupaten TTS berkisar antara 1.000โ1.700 mm per tahun dengan jumlah hari hujan berkisar antara 70โ140 hari hujan per tahun.
selama masa peralihan ini, Sekretaris Daerah Kabupaten TTS, Marthen Selan menjabat sebagai Pelaksana Harian Bupati (20 September 2018 โ 14 Februari 2019)
selama masa peralihan ini, Sekretaris Daerah Kabupaten TTS, Seperius Sipa menjabat sebagai Pelaksana Harian Bupati dan kemudian sebagai Penjabat Bupati (sejak 15 Februari 2024)
Kabupaten Timor Tengah Selatan terdiri dari 32 kecamatan, 12 kelurahan, dan 266 desa. Pada tahun 2017, jumlah penduduknya mencapai 463.857 jiwa dengan luas wilayah 3.947,00 kmยฒ dan sebaran penduduk 117 jiwa/kmยฒ.[16][17]
Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Timor Tengah Selatan, adalah sebagai berikut:
Di kabupaten ini terdapat beberapa dataran yang sangat luas yang kemudian dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai lahan pertanian atau sawah. Komoditas utama pertanian saat ini adalah Jeruk Soe yang terkenal. Selain itu kabupaten ini terkenal sebagai gudang ternak dan juga kayu cendana yang harum, tetapi semakin langka. Penggunaan lahan di kabupaten ini adalah:
Saat ini Kabupaten Timor Tengah Selatan mengandalkan proyek pertambangan marmer yang ada di Mollo dan penambangan Batu Warna Di Kolbano.[butuh rujukan]
Komoditas
Komoditas pertama: apel dan jeruk benar - benar khas Timor Tengah Selatan yang diusahakan secara tradisional oleh para petani dengan luas kebun yang ada. Hal ini telah lama dilakukan oleh para petani, dan hasil buah yang telah di panen akan dipasarkan hingga ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur ( Kupang ) yang berjarak sekitar 113 kilometer. Bahkan dipasarkan hingga Surabaya dan kota lainnya.[18]
Dari dua primadona itu, hingga kini hanya jeruk yang bertahan meskipun buahnya semakin mengecil dan produksinya terus menurun. Dugaan sementara karena perawatan tanaman terabaikan, mungkin juga karena usia tanaman yang kian semakin tua tanpa diikuti perawatan dan menanam bibit baru.
Komoditas unggulan yang ada di Timor Tengah Selatan adalah Cendala yang memiliki luas wilayahnya mencapai 3.947 kilometer persegi atau 8,34 persen dari luas Timor Tengah Selatan. Namun hingga saat ini komuditas cendana mulai memasuki ambang kepunahan.[18]