Kerahiman Ilahi adalah sebuah devosi Katolik kepada cinta belas kasihan Allah dan keinginan untuk membiarkan cinta dan rahmat tersebut mengalir melalui hati seseorang terhadap orang-orang yang membutuhkan hal itu.[3] Devosi ini terkait dengan penampakan Yesus yang diterima Santa Maria Faustina Kowalska (1905–1938), yang dikenal sebagai Rasul Kerahiman Ilahi.[4][5]
Faustina Kowalska melaporkan sejumlah penampakan, visi, dan percakapan dengan Yesus yang ditulisnya dalam buku hariannya, yang kemudian diterbitkan sebagai buku Diary: Divine Mercy in My Soul (terjemahan: Buku Harian: Kerahiman Ilahi dalam Jiwaku).[4][5] Tiga tema utama devosi ini adalah untuk meminta dan mendapatkan kerahiman Allah, untuk percaya kepada rahmat Kristus yang berlimpah, dan akhirnya untuk menunjukkan kerahiman kepada sesama dan bertindak sebagi saluran untuk kemurahan Allah terhadap mereka.[4][6]
Pengabdian menekankan pada penghormatan gambar Kerahiman Ilahi yang dilaporkan Faustina sebagai penampakan Yesus ketika ia sedang berada di selnya di biara.[5] Gambar ini ditampilkan dan dihormati oleh umat Katolik sendiri, dan secara kudus dan khusus diberkati pada Minggu Kerahiman Ilahi.[7] Devosi ini meliputi doa khusus seperti Koronka Kerahiman Ilahi.
Devosi Kerahiman Ilahi diikuti oleh lebih dari 100 juta umat Katolik,[8] dan juga diakui serta dirayakan dalam Komuni Anglikan.[9]
Devosi
Kabarkanlah bahwa kerahiman adalah sifat terbesar dari Allah. — Kata-kata yang diucapkan kepada Yesus oleh Faustina dalam buku hariannya.[10][11]
Fokus utama dari Devosi Kerahiman Ilahi adalah cinta belas kasihan Allah dan keinginan untuk membiarkan cinta dan rahmat tersebut mengalir melalui hati seseorang terhadap orang-orang yang membutuhkan hal itu.[3] Saat ia mendedikasikan Basilika Kerahiman Ilahi, Paus Yoahnes Paulus II menyebutkan, "Terlepas dari kerahiman Allah, tidak ada sumber pengharapan lain untuk umat manusia."[12]
Seperti dalam doa yang membentuk Koronka Kerahiman Ilahi, terdapat tiga hal utama dalam Devosi Kerahiman Ilahi: untuk meminta dan mendapatkan kerahiman Allah, untuk percaya kepada rahmat Kristus yang berlimpah, dan akhirnya untuk menunjukkan kerahiman kepada sesama dan bertindak sebagi saluran untuk kemurahan Allah terhadap mereka.[4][6]
Unsur pertama dan kedua berhubungan dengan keterangan "Yesus, aku percaya kepada-Mu" pada gambar Kerahiman Ilahi dan Faustina menyatakan bahwa pada 28 April 1935, hari pertama Minggu Kerahiman Ilahi dirayakan, Yesus memberi tahunya, "Setiap jiwa yang percaya dan mempercayakan diri kepada Kerahiman-Ku akan mendapatkannya."[13]
Unsur ketiga tercermin dalam pernyataan "Serukan Kerahimanku demi para pendosa" terkait dengan Yesus pada buku harian Faustina (Buku Catatan I, hal 186–187).[14] Pernyataan ini diikuti di dalam buku harian dengan sebuah doa spesifik singkat: "Ya Darah dan Air, yang telah memancar dari Hati Yesus sebagai sumber kerahiman bagi kami, aku percaya kepada-Mu." yang turut disarankan Faustina untuk Jam Kerahiman Ilahi.[14][15] Pada buku hariannya (Buku Catatan II, hal 742) Faustina menulis bahwa Yesus memberitahunya, "Aku menuntut darimu perbuatan belas kasih, yang timbul karena cinta bagi-Ku." dan ia menjelaskan bahwa terdapat tiga cara melakukan belas kasih kepada sesama: pertama dengan perbuatan, kedua dengan ucapan, ketiga dengan doa.[10]
Devosi Kerahiman Ilahi memandang kerahiman dan belas kasih sebagai elemen kunci dari rencana Allah untuk menyelamatkan dan menekankan keyakinan bahwa melalui kerahimanlah Allah memberi Putra-Nya yang tunggal untuk penebusan umat manusia, setelah kejatuhan Adam.[16] Doa pembukaan untuk Misa Minggu Kerahiman Ilahi merujuk kepada hal ini dan dimulai dengan, "Bapa Surgawi dan Allah yang Maharahim, kami tidak lagi mencari Yesus di antara orang mati, tetapi Ia hidup dan telah menjadi Surga kehidupan".[16]
"Lukislah sebuah gambar menurut contoh yang kamu lihat dengan keterangan: Yesus, Engkaulah Andalanku … Aku berjanji bahwa jiwa yang menghormati gambar ini tidak akan binasa."[17]
Koronka ini berhubungan dengan lukisan gambar seperti dalam buku harian Faustina. Gambar yang paling banyak digunakan adalah sebuah gambar Polandia karya Adolf Hyla. Hyla melukis gambar itu sebagai syukur telah selamat dari Perang Dunia II.
Dalam gambar, Yesus berdiri dengan satu tangan terentang memberi berkat, sementara tangan lainnya mencengkram sisi yang terluka oleh tombak. Dari dalam pakaian yang terbuka memancarlah dua sinar besar, yang satu merah dan yang lain putih pucat. Sebuah penjelasan atas warna ini diberikan kepada Santa Faustina oleh Yesus sendiri yang menyatkaan, "Kedua sinar itu melambangkan Darah dan Air."[18] Kedua warna sinar merujuk pada "darah dan air" sebagaimana ada dalam Injil Yohanes19:34, dan disebutkan pula dalam doa opsional pada Koronka. Kata-kata "Yesus, Engkaulah Andalanku" (bahasa Polandia: "Jezu Ufam Tobie") umumnya digunakan bersama dengan gambar.
Gambar asli Kerahiman Ilahi dilukis oleh Eugene Kazimierowski di Vilnuis, Lituania di bawah arah Santa Faustina. Namun, menurut buku hariannya, ia menangis saat melihat gambar yang telah selesai dilukis tidak seindah penglihatannya, tetapi Yesus menghiburnya dan mengatakan, "Keagungan lukisan ini bukan terletak pada indahnya warna ataupun goresan kuas, melainkan dalam rahmat-Ku."[17] Gambar ini digunakan secara luas selama bertahun-tahun pada awal Devosi, dan masih terus banyak mengalami perubahan per versi, tetapi versi Hyla merupakan yang paling banyak digunakan.[5]
Meskipun asal usul Koronka dan penggunaan Rosario berasal dari lingkungan Katolik, Koronka Kerahiman Ilahi dapat diucapakan oleh non-Katolik. Untaian Rosario memang digunakan untuk mengucapakan doa ini.
Sebagai pelengkap Koronka Kerahiman Ilahi, sebuah doa dapat diucapakan pada pukul 15.00 (pukul 3 sore), di mana pada jam ini merupakan jam wafat Yesus sebagaimana ia meninggal pada jam ketiga sore.
"Ya Yesus, Engkau telah wafat, tetapi sumber kehidupan telah memancar bagi jiwa-jiwa dan terbukalah lautan kerahiman bagi segenap dunia. O, Sumber Kehidupan, Kerahiman Ilahi yang tak terselami, naungilah segenap dunia dan curahkanlah diri-Mu pada kami.
Allah yang kudus, kudus dan berkuasa, kudus dan kekal, kasihanilah kami dan seluruh dunia (diucapkan tiga kali)
Yesus, Raja Kerahiman Ilahi, Engkaulah andalanku."
Koronka dapat diucapkan tunggal atau sebagai bagian dari sebuah Novena. Faustina menulis bahwa dalam penglihatannya Yesus menyuruhnya bahwa Pesta Kerahiman Ilahi (hari Minggu sesudah Paskah) didahului dengan Novena Kerahiman Ilahi yang dimulai pada Jumat Agung dan berakhir pada Minggu Kerahiman Ilahi.[19]
Jam Kerahiman Ilahi
Dalam buku hariannya, Faustina menulis bahwa Yesus mengkhususkan pukul 3 setiap sore sebagai waktu di mana kerahiman terbuka, dan menyuruhnya berdoa Koronka Kerahiman dan menguduskan Gambar Kerahiman Ilahi pada waktu tersebut.[20][21] Pada 10 Oktober 1937, dalam buku hariannya (Buku Catatan V, hal 1320) Faustina menulis pernyataan Yesus ini:
Begitu engkau mendengar jam berdentang pada pukul tiga, benamkanlah dirimu sepenuhnya ke dalam kerahiman-Ku, sembari sujud menyembah dan memuliakannya; mohonlah kemahakuasaan-Nya bagi seluruh dunia, teristimewa bagi orang-orang berdosa yang malang; sebab saat itu belas kasih dibuka lebar bagi setiap jiwa.
[22]
Pukul 3 sore merupakan waktu di mana Yesus wafat di kayu salib.[21] Waktu ini disebut "jam Kerahiman Ilahi".[20]
Pada sebuah catatan di buku hariannya, Faustina menyatakan bahwa siapapun orang yang berpartisipasi pada misa, dan menerima SakramenTobat serta Ekaristi pada hari tersebut dipastikan oleh Yesus mendapat remisi penuh atas dosa dan sanksinya.[7][19]
Gereja dan shrine
Sejumlah gereja Maria dan shrine didedikasikan kepada Kerahiman Ilahi.
Kongres Apostolik Dunia pada Kerahiman digelar setiap 3 tahun sekali di berbagai kota di dunia; dimulai sejak April 2008 di Roma dan diresmikan oleh Paus Benediktus XVI.[10][24][25] Kongres dengan skala kontinental pun diadakan juga.[26]