Kerajaan Nanga BunutKerajaan Nanga Bunut merupakan kerajaan yang terletak di persimpangan muara Sungai Kapuas yang merupakan penghubung antara kecamatan-kecamatan, ibu kota, serta kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat.[1][2][3][4][5] Kerajaan Nanga Bunut berdiri pada tanggal 29 Januari 1877 dengan surat asisten residen Sintang nomor 91 tahun 1877 yang menyatakan Negeri Nanga Bunut telah berdiri selama 64 tahun.[6] Dan pada tahun 1909 dikuasai dan diletakkan di bawah kekuasaan Hindia Belanda.[7] Silsilah RajaUrutan para pemegang tampuk pemerintahan di Kerajaan Nanga Bunut adalah sebagai berikut:[6]
Daftar Pangeran Nanga Bunut
Nagara Bunut di bawah kuasa hindia belanda 1909. SejarahBermula dari tempat perencanaan, berasal dari Batang Suruk di pedalaman perairan Batang Bunut yang bertempat tinggal di sekitar daratan Gunung Lohot, Sunan dan hampir mendekati bukit tekalong, bagi suku ini yang berada di sekitar perairan Sungai Kapuas dan Sungai Bunut bergabung menjadi satu di dalam satu kerajaan, kendati suku ini berbeda-beda.[6] Adapun sungai yang dilalui atau dimasuki suku-suku, yaitu:[6]
Pada suatu saat Abang Berita mengadakan musyawarah dan mufakat dengan kedua orang tuanya dan dihadiri oleh Abang Mandoh dan Abang Ubal serta kawan-kawan dan sahabatnya, untuk membuat dan mendirikan kerajaan disekitar daerah Ulak Mahkota Raja, ulak ini merupakan ulak yang terbesar.[6] Ketika mereka hendak membuat atau mendirikan sebuah kampung atau kerajaan, kayu yang mereka cari dan dipilih untuk ditebang berasal dari Pohon Bunut, adapun alat-alat yang dipakai untuk menebang Pohon Bunut ialah Beliung yang terbuat dari timah, tangkai beliung timah kayu, sedangkan tempat pemegangnya atau ulu beliung timah tersebut di buat dari Kayu Lempung yaitu Kayu Pelai.[6] Pada saat Menebang Pohon Bunut, beliung yang terbuat dari besi untuk yang pertama kalinya kayu tangkai beliung tersebut selalu patah.[6] Pada malam hari Pohon Bunut tersebut kembali seperti semula seperti tidak ada cacat sedikit pun.[6] Melalui mimpi sang raja Pohon Bunut tersebut harus ditebang menggunakan Beliung Timah.[6] Disekitar pohon-pohon bunut itu terdapat sebuah sungai kecil yang disebut dengan sungai perodah.[6] Setelah menebang memakai tangkai perodah beliung timah baru lah kayu Bunut tersebut tumbang, karena kayu itulah di daerah ulak mahkota raja didirikan sebuah kerajaan yang disebut Nanga Bunut.[6] Tempat kejadian dan kenyataannya sekarang Pohon Bunut dan Sungai Perodah terletak di Dusun Perodah, Desa Bunut Hulu, Kecamatan Bunut Hilir, Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat.[6] Referensi
|