Pada tanggal 15 Desember 2016 Pangkalan TNI AU Singkawang II, di Kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat, secara resmi berganti nama menjadi Pangkalan Udara Harry Hadisoemantri (Had), melalui upacara militer sebagai Irup Pangkoopsau I, Marsekal Muda TNI Yuyu Sutisna S.E, M.M di lapangan Makoopsau I, Jakarta Timur. Nama Pangkalan udara ini diambil dari salah seorang pahlawanTNI Angkatan Udara, Kapten Udara (Anumerta) Harry Hadisoemantri, Ia adalah seorang ahli Montir Radio Telegrafis Angkatan Udara, yang berjasa dalam membangun Jaringan Komunikasi Di Kalimantan. Bersama Pasukan Payung saat itu, Beliau melakukan penerjunan udara pertama guna membuka jaringan komunikasi antara Pulau Kalimantan dan Pulau Jawa. Namun, Perjuangan yang gagah berani dari Kapten Udara (Anumerta) Harry Hadisoemantri untuk membuka jaringan komunikasi tidak dapat dilanjutkan, dikarenakan tertembak oleh musuh dan gugur di Medan Perang.
Nama Harry Hadisoemantri diabadikan menjadi nama Lanud setelah melalui mekanisme dan koordinasi TNI Angkatan Udara dengan pejabat pemerintah daerah, tokoh masyarakat, tokoh adat dan ahli waris keluarga.
Sejarah
Lanud Singkawang II masih banyak yang belum mengetahui. Nama Singkawang, masih melekat pada Lanud yang berada di desa Bange Kecamatan Sanggau Ledo, Kabupaten Bengkayang. Pangkalan itu, didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda dan pada masanya, dijadikan basis operasi milik Belanda, untuk memperkokoh kedudukannya di tanah Kalimantan. Awal berdirinya, landasan itu sepanjang 900 meter dan lebar 30 meter. Pernah ditempatkan puluhan pesawat tempur dan angkut Belanda. Tujuan landasan itu dibuat, untuk menghadapi invasi Jepang. Letaknya yang dekat dan menghadap laut Natuna, dinilai strategis untuk mendukung persenjataan. Akan tetapi, tujuan Belanda tidak tercapai, sebab pangkalan diserbu pasukan Jepang. Jepang menghancurkan pangkalan, dibombardir. Bekas ledakan bom Jepang juga masih ada jejaknya di Pangkalan udara. Lanud Singkawang II juga pernah diserang oleh Pasukan Gerilya Rakyat Serawak (PGRS) dan Pasukan Rakyat Kalimantan Utara (PARAKU) pada tahun 1967. Salah seorang pelaku sejarah tragedi itu Adalah Budjang Hasan, salah seorang personil yang selamat dari penyerangan PGRS/Paraku. Budjang merupakan personil yang berjaga sebagai sentral telepon.[3]
Pangkalan Udaran Singkawang II merupakan Lanud yang melahirkan dan mencetuskan Lanud Supadio, Pontianak, Pangkalanbun, Lanud Ranai di Natuna. Sesuai sejarahnya, Lanud Singkawang II, terbesar di Kalimantan. Cikal bakal berdirinya Lanud di Kalimantan. Dalam perkembangannya, saat ini landasan Lanud Singkawang II sudah tidak ada lagi pesawat yang landing. Saat ini, ada 85 personil yang bertugas di Lanud Singkawang II.