Gelombang pengeboman di seluruh Irak pada tanggal 15 April 2013 menewaskan sedikitnya 75 orang dan melukai 350 lainnya.[1] Serangan terjadi beberapa hari sebelum pemilihan umum provinsi yang akan dilaksanakan pada tanggal 20 April.[2]
Latar belakang
Pada bulan-bulan menjelang pilkada provinsi 20 April, pertama kali diselenggarakan sejak pasukan AS keluar tahun 2011, ketegangan meningkat di Irak setelah kelompok-kelompok Sunni mengaku terpinggirkan oleh pemerintahan Perdana Menteri Nouri Maliki yang didominasi Syiah[3][4] Serangkaian serangan terkait al-Qaeda (Sunni) dilaksanakan pada awal 2013 dengan tujuan mengacaukan kestabilan Irak menjelang pilkada.[3] Empat belas kandidat pilkada telah dibunuh.[4] Provinsi Anbar dan Ninevah menunda pilkada karena alasan keamanan.[2] Empat provinsi lain tidak berencana mengadakan pilkada pada tanggal 20 April.[5]
Secara keseluruhan, tindak kekerasan di Irak sudah berkurang sejak mencapai puncaknya pada 2006–2007, namun serangan tetap ada.[3] Jumlah korban tewas naik lagi pada tahun 2012 untuk pertama kalinya dalam tiga tahun.[6]
Serangan
Pada pagi 15 April, serangkaian serangan terkoordinasi terjadi di seluruh Irak. Dilaporkan ada sedikitnya 30 serangan, kebanyakan berupa bom mobil.[3][5] Tujuh kota sudah melaporkan adanya insiden.[4] Baik kawasan Sunni dan Syiah menjadi target serangan ini.[4] Belum ada pihak yang bertanggung jawab atas serangan ini.[3]
Tuz Khormato, sebuah kota 170 kilometer (110 mi) di sebelah utara Baghdad, mengalami serangan terparah. Empat bom menewaskan lima orang dan melukai 67 lainnya.[7] Serangan ini lebih menargetkan kawasan Syiah.[8]
Di kota utara Kirkuk, 9 orang tewas setelah enam bom mobil meledak secara bersamaan.[3] Bom-bom tersebut dipasang di berbagai tempat, termasuk satu di distrik Arab, satu di distrik Kurdi, dan satu di distrik Turkomen.[3] Di kota Tarmiyah, 30 mil sebelah utara Baghdad, sekelompok pria bersenjata menembak mati seorang petugas polisi.[3]
Di Baghdad, ibu kota Irak, dua bom mobil yang menargetkan pos pemeriksaan bandara yang dijaga ketat menewaskan dua orang dan melukai 17 lainnya.[3] Untuk pertama kalinya pos pemeriksaan tersebut dijadikan target serangan.[4] Pada hari itu juga, sebuah bom mobil meledak di distrik Sadr City yang didominasi warga Syiah.[6] Di kota selatan Nasiriyah, sebuah bom mobil meledak di pasar dan satu lagi di kawasan perbengkelan.[4] Bom juga dilaporkan meledak di kota-kota provinsi tengah Samarra dan Hilla.[4]
Kekerasan berlanjut pada 16 April. Di Aziziyah, sebuah kota 75 kilometer (47 mi) di selatan Baghdad, satu bom mobil menewaskan sedikitnya 4 orang dan melukai 15 lainnya.[2] Di Mussayib, kota selatan lainnya, sebuah bom tepi jalan menewaskan seorang tentara dan melukai dua orang.[5] Bom lain menewaskan seorang warga sipil dan melukai dua orang di sebelah utara Baghdad.[5] Tiga korban terluka akibat serangan di Tarmiyah.[5]
Reaksi
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran mengutuk serangan ini. Ia menyatakan serangan tersebut bertujuan mengganggu kestabilan Irak sebelum pemilihan umum.[9] Ia juga menambahkan bahwa Iran mendukung pemerintah Irak dalam upayanya menjaga kestabilan dan keamanan di negara tersebut.[9]
Kementerian Luar Negeri Turki mengeluarkan pernyataan yang mengutuk serangan ini.[10]
Referensi