Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

 

Yasodharā

Yasodhara

Putri Yasodharā adalah istri dari Siddhattha Gotama, pendiri Buddhisme. Setelah suaminya menjadi seorang Buddha dan mendirikan Sangha (komunitas persaudaraan para biksu dan biksuni), dia juga ikut memasuki Sangha (menjadi seorang biksuni) dan mencapai tingkat kesucian Arahat.

Riwayat Hidup

Yasodharā adalah anak perempuan dari Raja Suppabuddha,[1][2] dan Pamitā, adik perempuan ayah Pangeran Siddhatta, Raja Suddhodana. Ayahnya adalah pemimpin suku Koliya [3] dan ibunya berasal dari suku Shakya. Sakya dan Koliya adalah cabang dari klan Ādicca atau Ikśvāku. Tidak ada klan lain yang dapat menyamai kedua keluarga ini di daerah tersebut sehingga banyak pernikahan yang dilakukan antara kedua keluarga ini.[4]

Yasodharā menikah dengan Pangeran Siddhatta ketika mereka bedua berusia 16 tahun karena mereka lahir pada tanggal yang sama. Pada usia 29 tahun, dia melahirkan seorang putra yang diberi nama Rāhula. Pada hari kelahiran anaknya itu Pangeran Siddhatta pergi meninggalkan istana. Yasodharā menjadi sangat sedih. Mendengar kabar bahwa suaminya telah meninggalkan kehidupan duniawi dan menjadi seorang pertapa, dia pun memutuskan untuk tidak lagi memakai perhiasan dan hanya mengenakan jubah kuning dan makan sehari sekali.[5] Meskipun keluarga aslinya mengirimkan pesan untuk menerimanya kembali, dia tidak menerima tawaran tersebut. Beberapa pangeran pun melamarnya tetapi dia menolaknya. Selama enam tahun pengembaraan Pangeran Siddhatta, demikian pula Putri Yasodhara mengikuti kabar suaminya.

Ketika Buddha mengunjungi Kapilavatthu sesaat setelah pencerahan-Nya, Yasodharā tidak pergi melihat suaminya, tetapi meminta Rāhula untuk pergi menghadap Buddha dan meminta warisan padanya. Beberapa waktu setelah anaknya menjadi seorang samanera, Yasodharā juga memasuki Sangha dan menjadi seorang biksuni. Dia dianggap sebagai yang terpandang dalam hal penguasaan kekuatan supernatural di antara para biksuni. Yasodharā meninggal pada usia 78 tahun,[6] dua tahun sebelum Parinibbāna Buddha.

Nama

Nama Yasodharā (Pali) terdiri dari kata yasa yang berarti "kemenangan, kegemilangan" + dhara yang berarti "pembawa" (berasal dari akar kata dhri yang artinya "membawa, mendukung"]. Oleh karena itu, Yasodharā berarti Pembawa Kemenangan. Nama-nama lain yang disematkan padanya selain Yasodharā adalah Yasodharā Therī, Bimbādevī, Bhaddakaccānā, dan Rāhulamātā (ibu Rāhula).[7]

Referensi

  • The Buddha and His Teaching, Nārada, Buddhist Missionary Society, Kuala Lumpur, Malaysia, 1988, ISBN 967-9920-44-5

Literatur

Pranala luar

Prefix: a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Portal di Ensiklopedia Dunia

Kembali kehalaman sebelumnya