Tidak diketahui Para pasukan desersi, mundur, dieksekusi atau menyerah setelah 24 Januari 1942
4 terluka Satu kapal penjelajah rusak Satu kapal penghancur rusak
Pertempuran Kendari terjadi pada tanggal 24 Januari 1942 sebagai bagian dari serangan Jepang di Hindia Belanda. Lapangan terbang Kendari II menjadi sasaran penting pasukan Jepang karena lokasinya yang strategis dan kualitas infrastrukturnya. Menghadapi sedikit atau tanpa perlawanan, pasukan Jepang berhasil merebut lapangan terbang dalam satu hari, karena pasukan Belanda sudah mundur ke pedalaman.
Dibangun pada tahun 1938, Lapangan Terbang (Lanud) Kendari II, yang terletak 27 km dari kota eponymous, meningkatkan signifikansi militer Daerah Sulawesi Tenggara secara eksponensial. Setelah selesai, Kendari II dianggap sebagai lapangan terbang terbaik di seluruh Hindia Belanda, jika bukan di seluruh Asia Tenggara.[3] Lapangan terbang ini memiliki tiga landasan pacu dan ruang tambahan untuk ekspansi. Sebelum pecahnya perang, pasukan Belanda telah membangun barak yang dapat menampung 500 tentara dan berencana untuk memperluasnya lagi untuk bala bantuan Australia atau KNIL.
Untuk memperkuat pertahanannya, empat brigade KNIL (masing-masing 15-18 tentara) menjaga lapangan terbang, sebelum mereka diperkuat oleh pasukan tambahan, senjata AA, senapan mesin dan mortir dari Jawa. Pada akhir tahun 1941, kekuatan pasukan Belanda di kota itu berjumlah sekitar 500 tentara, 320 di antaranya adalah tentara reguler.[4] Pada tahun 1942, sekitar 3.000 bom dan satu juta liter bahan bakar pesawat telah ditempatkan di Kendari II untuk mengakomodasi pengebom Amerika yang menggunakan lapangan terbang sebagai pangkalan untuk mengisi bahan bakar dan mempersenjatai kembali dalam operasi mereka melawan Filipina selatan.[5]
Bagaimanapun, lanud ini adalah salah satu pangkalan yang harus direbut pasukan Jepang untuk membangun jaringan dukungan udara yang solid untuk berhasil menduduki Jawa, bersamaan dengan lanud yang ada di Sumatera bagian selatan, Kuching, Banjarmasin dan Makassar. Penangkapannya akan memungkinkan Jepang untuk melakukan serangan udara di Jawa bagian timur, sambil mempertahankan perlindungan udara yang membentang dari Ambon ke Kupang dan Pulau Bali, di samping mendirikan pangkalan angkatan laut baru.[6]
Susunan Pasukan
Jepang
Pasukan Darat
Pasukan Pendaratan Khusus Gabungan Sasebo (Komandan: Kapten Kunizō Mori)[7]
- 20 brigade infanteri dengan 6x senapan mesin sedang, 6x mortier 80mm dan 4 mobil lapis baja overvalwagen.
Tujuh Brigade di Kota Kendari (dibawah Capt. Anthonio).
Tujuh brigade di Lanud Kendari II di bawah komando Kapten F.B. Van Straalen.
Empat mobil lapis baja overvalwagen sebagai pendukung.
- Enam brigade ditempatkan diantara Kendari II dan Kota Kendari di Mandongan (penanda 7 km antara kedua lokasi) sebagai cadangan di bawah Letnan Dua T.E. Aronds.
- Penjaga pantai, yang personelnya disediakan oleh brigade Aronds.
- 2x meriam anti pesawat 40mm dan 3x senapan mesin anti pesawat 12,7mm, diawaki oleh 45 prajurit di bawah Sersan. Mayor G.F.J. Bruijnius.
- Manajemen bandara dan personel ML-KNIL di bawah Lt. M. Schalen.
- Zeni di bawah Lt. Dua M.C. Thenu.
- Dinas Medis Militer di bawah Petugas Kesehatan Kelas 1 M. Waisfisz, Kelas 2 W. J. Breslau, B. T. G. de Jong dan S. A. van Tijn; kira-kira 30 tenaga medis.
Rencana Belanda
Rencana pertahanan Belanda menyerukan untuk memukul mundur pendaratan apapun di pantai, sebelum menunda laju musuh menuju Kendari II dan mempertahankan lanud tersebut. Rencananya, separuh dari pasukan Belanda akan memukul mundur pendaratan di pesisir dekat Kota Kendari, sementara separuh lainnya akan mempertahankan Kendari II dari kemungkinan serangan pasukan terjun payung. Seperti pasukan Belanda lainnya yang ditempatkan di Luar Jawa, para pasukan ini harus bergerilya jika mereka tidak dapat mempertahankan posisi mereka. Terlepas dari rencana ini, struktur dan detail pertahanan sudah mulai terjebol pada periode menjelang pertempuran.[11][12]
Meskipun pasukan Belanda di Kendari telah dilengkapi dengan enam senapan mesin sedang dan tiga senapan mesin ringan Madsen, semua peralatan ini akhirnya dialokasikan ke Makassar pada Januari 1942. Hal ini mengakibatkan Anthonio dan pasukannya tidak memiliki senjata otomatis apapun untuk mendukung mereka.[13] Untuk motorisasi, meskipun mereka dibekali 30 truk, pasukan Belanda harus menugaskan prajurit mereka sendiri untuk mengemudikannya, sehingga mengurangi kapasitas tempur mereka. Namun pada akhirnya, karena truk-truk ini lebih sering digunakan oleh personel Belanda di Kendari II untuk pembangunan barak dan suplai bahan bakar, rencana motorisasi pun juga gagal.[14]
Kondisi dipersulit juga dengan kenyataan bahwa pasukan Belanda belum membuat rencana apapun terkait penghancuran lapangan terbang hingga akhir Desember 1941, ketika perang sudah berkecamuk. Ketika Kapten A.J. Wittich akhirnya menyusun satu rencana pada akhir Januari 1942, kekurangan bahan peledak memaksa pasukan Belanda untuk mengadopsi rencana pembakaran lapangan udara sebagai gantinya.
Secara keseluruhan, bahkan sebelum pasukan Jepang datang, moral pasukan di Kendari sudah tertatih-tatih. Sebuah laporan NEFIS (Badan Intelijen Pasukan Hindia Belanda) yang diterbitkan setelah perang menyatakan bahwa kepemimpinan Belanda di Kendari memiliki sedikit kepercayaan bahwa mereka dapat mempertahankan lapangan terbang secara memadai, dimana Anthonio menyuarakan: "Apa yang dapat kita lakukan dengan 400 orang?"[15]
Rencana Jepang
Menurut rencana Jepang, operasi merebut Kendari akan dilaksanakan dalam jalur Menado – Kendari – Makassar yang menjadi tanggung jawab Angkatan Laut Kekaisaran Jepang. Rencananya, pendaratan di Kendari dilakukan 43 hari setelah serangan umum Jepang pada 8 Desember dimulai, yakni pada 20 Januari.[16] Pasukan Pendarat Gabungan Sasebo yang mengambil bagian dalam penangkapan Manado ditugaskan untuk operasi ini. Meskipun operasi di Tarakan dan Manado selesai lebih cepat dari jadwal, Komandan Hindia Belanda, Wakil Laksamana Ibo Takahashi menunda serangan Kendari menjadi 24 Januari karena keterlambatan kedatangan Regu Konstruksi dan operasi yang sedang berlangsung untuk membersihkan Laut Maluku dari kapal selam sekutu.[17] Pada tanggal 21 Januari, Pasukan Sasebo dan pengawal angkatan lautnya meninggalkan pelabuhan Bangka, menuju Kendari.[18]
Pertempuran
Serangan udara pendahuluan
Pada tanggal 12 Januari sebuah pesawat pengintai Jepang terbang di atas Lanud Kendari II. Keesokan harinya, sebuah pesawat pengintai C5M menjatuhkan selebaran di atas Kendari II. Selebaran itu mengatakan bahwa pasukan Belanda lebih baik menyerah. Pada hari berikutnya, sembilan pengebom melakukan serangan udara disitu. Pada tanggal 15 Januari, pesawat tempur Zero dari Grup Udara ke-3 menembaki lapangan udara, tetapi tembakan AA Belanda merusak satu pesawat Zero. Meskipun serangan-serangan ini tidak menimbulkan banyak kerusakan kepada lanud, mereka membantu dalam merusak moral pasukan Belanda.[19] Sehari setelah serangan pertama, seluruh awak Indonesia dari detasemen anti pesawat dan beberapa dari pasukan Belanda desersi dari pos mereka dan memaksa Anthonio untuk mengirim dua brigade untuk menangkap mereka. Pasukan Belanda kemudian mengevakuasi perempuan dan anak-anak ke kota Wawatobi, sekitar 60 km dari Kendari. Terlepas dari tindakan-tindakan ini, kinerja kepemimpinan Belanda yang buruk masih tetap ada. Selama serangan udara pertama, Kapten Van Straalen segera melarikan diri setelah sirene serangan udara berbunyi dan hanya kembali 90 menit setelah sinyal All-Clear (semua aman) sudah diberikan.[20]
Pelarian USS Childs
Ketika armada invasi Jepang mendekat, semua kapal-kapal sekutu sudah menjauh dari Teluk Staring Bay dan pelabuhan Kendari, kecuali kapal induk pesawat laut Amerika USS Childs, yang tiba pada malam 22 Januari. Nakhodanya, Letnan Komandan J. L. "Doc" Pratt, ditugaskan untuk mengirimkan 30.000 galon avtur untuk Kendari II.[21]
Untuk mengurangi risiko serangan udara Jepang, lambung kapal dicat hijau dan pergerakannya dibatasi hanya ke berlayar di malam hari; pada siang hari, Pratt menyembunyikan kapalnya di teluk kecil di antara pepohonan. Selama pemindahan bahan bakar di Kendari, Childs diikat ke beberapa pohon kelapa untuk menyembunyikan diri. Namun air surut membuat tempat pembongkaran menjadi kering, mengakibatkan kapal itu hampir terbalik di lumpur. Pada saat ini, sebuah pesawat pengintai Jepang terbang di atas dan melihat kapak induk pesawat laut ini. Berkat cat hijau dan posisi miringnya, Childs selamat dari serangan apapun. Dengan datangnya air pasang, kapal itu bisa diposisikan ulang kembali.[22]
Saat sebuah sekunar terlihat berlayar di dekatnya, Pratt yakin bahwa pasukan Jepang sedang memantau kapalnya, dan ia langsung menyuruh Childs berlayar pada pukul 05:25 di 24 Januari. Tapi saat mereka berlayar ke selatan, seorang awaknya melaporkan bahwa empat kapal perusak Jepang sedang berusaha untuk mencegat mereka, dan salah satu dari mereka menantang Childs dengan sinyal "A8Y...A8Y...A8Y." Pemberi sinyal di kapal, Rodney Nordenfelt, memberikan sinyal yang sama dan memberi waktu bagi Pratt untuk mengubah arah ke saluran sempit dengan kecepatan penuh di bawah lindungan badai hujan lebat.[23]
Saat kapal induk pesawat laut itu keluar dari selat, Pratt melihat bahwa keempat kapal perusak Jepang masih mengejar mereka. Namun, akhirnya, mereka menganggap bahwa Childs hanya sebuah kapal dagang dan kembali ke pelabuhan. Namun 30 menit kemudian, tiga pesawat tempur Jepang mengintai di atas. Pertahanan anti-pesawat (AA) Childs segera melepaskan tembakan dan mengusir mereka, namun para pesawat itu kembali lagi 5 menit kemudian. Kali ini, tembakan AA merusak salah satu pesawat dan memaksa mereka mundur. Sebuah pesawat laut muncul pada pukul 14:15 dan menantang Childs dengan sinyal "A8Y" lagi. Ketika Childs menggunakan strategi yang sama untuk menipunya, pesawat itu langsung menjatuhkan dua bom. Keduanya meleset dan tembakan AA Childs memaksa pesawat apung itu mundur. Pratt sekarang mengarahkan kapalnya ke tenggara dengan kecepatan penuh untuk menghindari kemungkinan bertemu dengan kapal perang Jepang. Dalam dua hari, Childs berhasil mencapai Soerabaja (Surabaya) dengan selamat.[24]
Pendaratan Jepang
Pada saat Jepang mendarat pada tanggal 24 Januari, pasukan Belanda di Kendari tersebar dengan susunan sebagai berikut:[25]
Sejumlah penjaga pantai, termasuk di Sampara.
Dua brigade yang sedang melacak para desertir.
Empat brigade di bawah Kapten Anthonio di Kota Kendari.
Tiga brigade di bawah Letnan Aronds di daerah Mandongan-Lepo Lepo.
Empat brigade (masing-masing dua di bawah Sersan Mayor Michiel Vellinga dan Kapten Van Straalen) di Kendari II, didukung oleh meriam antipesawat.
Dua brigade cadangan di bawah Van Straalen (yang disebut cadangan) dekat Amboepoea (Ambupua).
Sekitar 22 orang di Mandongan (kebanyakan personel non-tempur).
Saat pasukan Mori mendarat pada pukul 04:28, komando Belanda sangat terkejut dan mengalami kesulitan dalam mengatur pertahanan karena kurangnya komunikasi yang baik. Meskipun Anthonio menerima telegram berkode terjadwal dari pergerakan armada Jepang, dia benar-benar terkejut ketika pertama kali diberitahu bahwa armada Jepang sudah berlabuh di lepas pantai Kendari. Pukul 06:00, Van Straalen melihat pemandangan pesawat Jepang dan suara tembakan artileri dan berusaha menghubungi Anthonio tetapi gagal. Hanya setelah personel non-tempur dan brigade dari Lepo Lepo tiba di Kendari II, baru ia menerima laporan tentang pendaratan Jepang di dekat Sampara.[26]
Ketika dia menerima kabar tentang munculnya armada Jepang, Anthonio pergi ke garis pantai Kendari, di mana ia melihat kapal perang dan kapal pengangkut secara pribadi, dan segera kembali ke Mandongan. Di sana, dia mengorganisir pasukan Aronds untuk bertahan melawan serangan Jepang, namun laporan pendaratan pasukan Jepang di Sampara membuatnya pergi ke Kota Kendari; Anthonio takut para pesawat Jepang akan menembakinya jika dia menuju lanud. Di Kendari, Anthonio membagi pasukan garnisun menjadi dua kelompok (masing-masing sekitar 40 tentara) dan memerintahkan mereka untuk bergerak ke pedalaman. Satu kelompok di bawah Anthonio berhasil masuk, sementara pasukan Mori menangkap kelompok kedua dan memenggal dua sersan yang memimpinnya.[27]
Setelah diberitahu sebelumnya tentang pendaratan pasukan Jepang, Letnan Aronds meninggalkan Kendari menuju Mandongan dan menghancurkan markas Belanda di sana. Penduduk setempat kemudian menginformasikan kemajuan Jepang sepanjang jalan Kendari-Wawotobi kepadanya, dan ia meneruskannya ke Anthonio. Aronds kemudian diperintahkan untuk memberi tahu Lanud Kendari II tentang kondisi ini dan memerintahkan pasukan Belanda disana untuk memulai demolisi Lanud. Anthonio lalu mengorganisir Aronds dan 15 prajuritnya untuk bertahan melawan serangan Jepang di penanda 7 km jalan. Aronds mencoba menghubungi tiga brigade di daerah Mandongan - Lepo Lepo untuk bergabung dengannya, tetapi mereka tidak dapat dihubungi. Dia akhirnya harus mempertahankan posisi itu sendirian.[28]
Di lanud, demolisi dimulai dalam banyak kebingungan sekitar pukul 12:00. Letnan Schalen, dibantu oleh kru AA, segera menghancurkan gudang, stasiun radio, instalasi diesel, senjata AA, dan semua kendaraan. Tempat penyimpanan bom pesawat tidak dapat dihancurkan, karena mereka tidak memiliki bahan peledak.[29] Setengah jam kemudian, Van Straalen dan brigadenya mundur ke pedalaman, meninggalkan dua brigade di bawah Sersan G.J. van Duuren dan Sersan Mayor Vellinga untuk melawan pasukan Jepang saat mereka memasuki lapangan terbang. Namun pada pukul 17.00, Mori berhasil menduduki dan mengamankan Kendari II. Pada pukul 03:05 pada hari berikutnya, Mori melaporkan: "[Lapangan udara] segera tersedia untuk 30 pesawat tempur. [Kondisi] lapangan terbang cukup baik dan dapat digunakan bahkan oleh pesawat serang darat berukuran sedang tanpa masalah."[30]
Dalam beberapa jam, 25 Mitsubishi Zero dan lima Mitsubishi Babs dari Grup Serangan Udara Ke-1 mendarat di lanud, diikuti oleh Markas Besar Armada Udara Ke-21 dan 27 pesawat pembom dari Grup Udara Kanoya. Antara 27 Januari dan 6 Februari, 19 pesawat Zero dan sembilan pengebom tukik dari Grup Udara ke-2 tiba sebagai bala bantuan.[31]
Tabrakan antara Nagara dan Hatsuharu
Pada pagi hari tanggal 25 Januari, kapal perusak Divisi Penghancur ke-21 (Hatsuharu, Hatsushimo, Nenohi, Wakaba) berlayar menuju Kendari untuk memperkuat Unit Pangkalan Ke-1. Jarak pandang saat itu sangat terbatas akibat hujan deras, dan ini mengakibatkan kapal perusak Hatsuharu bertabrakan dengan kapal Komandan Unit Pangkalan Ke-1, Nagara saat melaju dengan kecepatan tinggi 21 knot. Akibatnya, sisi kanan dan struktur atas Nagara rusak, sementara haluan Hatsuharu ke menara putar dan meriam depan hancur.[32]
Karena kecelakaan ini, Laksamana Kubo harus memindahkan komandonya ke kapal perusak Hatsushimo, sementara Nagara ditinggalkan berlayar sendiri ke Davao untuk diperbaiki. Dikawal oleh Nenohi dan Wakaba, Hatsuharu juga berlayar ke Davao untuk perbaikan, dan akhirnya bala bantuan untuk Unit Pangkalan Ke-1 berkurang jauh. Kecelakaan ini membebani kapasitas operasional Unit Serang Timur, yang sekarang menghadapi kekurangan kapal yang lebih kecil. Laksamana Takagi kemudian menunda kembalinya Divisi Perusak ke-16 ke pelabuhan Bangka untuk mempersiapkan operasi Ambon selama satu hari.[33]
Mundur ke pedalaman
Setelah Kendari II direbut, pasukan Belanda segera mundur ke kota Tawanga di Sungai Koneweha, dan dari sana mereka akan memulai perang gerilya. Kapten Anthonio dan kelompoknya pergi ke barat untuk melalui jalan pintas ke Ambekari (Ambekairi).[34] Kelompok Lt. Aronds, yang tinggal berjumlah 4 orang (termasuk dirinya), bergabung dengan Anthonio di dekat Mandiodo, sebuah desa pesisir di barat laut Kota Kendari. Namun, kelompok ini akhirnya berkeliaran tanpa tujuan di Sulawesi Tengah sebelum akhirnya tiba di Enrekang di Sulawesi Selatan pada 8 Maret.[35]
Sementara itu, grup Kapten Van Straalen menuju Mawila di timur Kendari II setelah meninggalkan lanud. Sepanjang jalan, dia membagi kelompoknya, pertama dengan memerintahkan Sersan Mayor J.C.W. van Ploeg untuk mengambil alih komando sebagian dari grup dan menggiring mereka ke Tawanga melalui Ammoesoe (Amesiu). Van Straalen dan sisa grupnya akan pergi ke Motaha, di mana dia bergabung dengan dua brigade yang sedang melacak para desertir. Rombongannya tiba di Tawanga pada tanggal 31 Januari dan mulai mendirikan markas mereka, termasuk sebuah stasiun radio di Sanggona. Dua hari kemudian, kelompok Ploeg melapor ke Tawanga dengan 20 tentara.[36]
Pasukan di Kendari II (dibagi diantara Schalen, Vellinga dan Bruijnius) menuju ke selatan, tanpa mengetahui tentang titik pertemuan di Tawanga. Grup Schalen berjalan selama 8 sampai 10 hari sebelum akhirnya mencapai Tawanga pada 14 Februari. Grup Bruijnius (33 tentara) berakhir di selatan Pegunungan Borobudur pada minggu pertama bulan Februari. Karena dia tidak yakin di mana lokasi sebenarnya markas pertemuan, grupnya memutuskan untuk meninggalkan Sulawesi dan berhasil mencapai Timor. Sebagian dari grupnya (penembak senapan mesin) akhirnya ditempatkan di Koepang (Kupang), sementara sebagian lainnya (penembak AA) dipindahkan ke Jawa. Grup Vellinga menemui pasukan Jepang dalam perjalanan ke Tawanga, dan dia dan beberapa orang dari grupnya tewas dalam baku tembak.[37]
Perang gerilya
Pada awal kampanye gerilya, Kapten Van Straalen mengkomandoi sekitar 250 orang (100 di antaranya infanteri) di Tawanga. Dia membagi para infanteri menjadi enam brigade dan menempatkan mereka dalam formasi pertahanan, dengan tiga ditempatkan tepat di selatan Asenoea (Asinua), dua di Tawanga dan satu di timur Tawanga. Karena Kapten Wittich memiliki lebih banyak pengetahuan tentang wilayah ini, Van Straalen menunjuknya untuk memimpin semua brigade. Serangan udara Jepang yang terus menerus akhirnya memaksa Van Straalen untuk memindahkan pangkalan gerilyanya 16 km ke barat ke Paraboea (Parabua).[38]
Meskipun mereka memiliki pasukan yang cukup besar, pasukan Belanda hanya melakukan sedikit aksi gerilya di wilayah tersebut. Antara 7-8 Februari, satu grup di bawah Ploeg menyerang dan memukul mundur patroli Jepang di Asanoea dan menghancurkan sebuah jembatan. Ketika marinir Jepang kembali lagi ke desa itu, pasukan Ploeg menyergap mereka dan memukul mereka mundur. Aksi tersebut menelan 8 korban jiwa dari sisi grup Ploeg. Pada pertengahan Februari, grup Sersan A.D. Voomeman mengusir pasukan Jepang dalam baku tembak di Ambekari;[39] pada tanggal 22 Februari, 30 tentara Jepang tewas dalam penyergapan di dekat Aimendi.[40]
Karena kemungkinan bahwa pasukan Jepang mengetahui tentang pangkalan gerilya Belanda semakin besar, Van Straalen menerima pesan radio pada tanggal 26 Februari dari Marinus Vooren, komandan semua pasukan Belanda di Sulawesi. Vooren memerintahkannya untuk bergabung dengan sisa pasukan Belanda yang masih bertahan di Sulawesi Barat Daya; 14 hari sebelumnya, Van Straalen telah mengirim semua non-kombatan di bawah Petugas Medis Waisfisz untuk bergabung dengan Vooren.[41] Pada tanggal 1 Maret, Van Straalen dan seluruh grupnya mulai berjalan melalui Pegunungan Mekongga dan mencapai desa pesisir Loho Loho setelah lebih dari tujuh hari. Mereka menyewa sepuluh perahu dan menyeberang melintasi Teluk Boni selama empat hari. Dengan sekitar 100 orang, Van Straalen tiba di Palopo pada 17 Maret, namun ia diberitahu bahwa Vooren sudah menyerah sepuluh hari yang lalu. Grupnya lalu pergi ke Enrekang dan melapor ke Letnan Kolonel A.L. Gortmans, yang masih bertahan dan menolak untuk menyerah.[42]
10 hari kemudian, setelah dibujuk oleh para sesama komandan Belanda, termasuk Vooren, Gortmans akhirnya menyerah kepada Jepang, mengakhiri semua perlawanan terorganisir Belanda di Sulawesi Barat Daya.[43][44]
Pasca-Pertempuran
Selama pertempuran di Kendari, pasukan Jepang hanya mengalami kehilangan empat orang terluka (dua selama serangan, dua dari kecelakaan tabrakan antara Hatsuharu dan Nagara).[45] Pada tanggal 26 Januari, kapal induk pesawat laut Chitose dan Divisi Perusak ke-16 meninggalkan Kendari, diikuti oleh Pasukan Sasebo dan Divisi Perusak ke-15 pada tanggal 27, kapal induk pesawat laut Mizuho dan Divisi Penyapu Ranjau Ke-21 pada tanggal 29 dan pasukan lainnya pada tanggal 30 untuk mempersiapkan serangan ke Ambon dan Makassar.[46] Satu kompi dari Batalyon Ke-2 Pasukan Sasebo tetap berada di Kendari sebagai pasukan pendudukan.[47]
Secara keseluruhan, kurangnya kepemimpinan tegas dan organisasi dari Anthonio dan Van Straalen memainkan peran penting dalam kemenangan cepat Jepang di Kendari. Kampanye gerilya yang menyusul kemudian tidak membuahkan hasil karena tidak adanya dukungan penduduk lokal. Mereka didorong baik oleh takut terhadap pasukan Jepang, atau ketidakpedulian mereka dengan pasukan Belanda. Di antara penduduk setempat, mereka berkomentar tentang militer Belanda: "Kompeni tida lakoe, Marine tida berani" ("Tentara tidak tahu apa yang dilakukannya, angkatan laut tidak memiliki keberanian.")[48]
Bertke, Susan (ed.). (2013). World War II Sea War, Vol. 5: Air Raid Pearl Harbor. This Is Not a Drill. Dayton: Bertke Publications. ISBN9781937470050.
Boer, P.C., et al. (1990). De luchtstrijd om Indie: operaties van de militaire luchvaart KNIL in de periode December 1941 tot Maart 1942. Houten: Van Holkema & Warendorf. ISBN 9026941609.
Cox, Jeffrey. (2014). Rising Sun, Falling Skies: The Disastrous Java Sea Campaign of World War II. Oxford: Osprey Publishing. ISBN 9781427810601.
De Jong, Loe. (1984). Het Koninkrijk der Nederlanden in de Tweede Wereldoorlog: Deel 11a – Nederlands-Indië I. Leiden: Martinus Nijhoff. ISBN 9789024780440.
Nortier, J.J. (1988). De Japanse Aanval op Nederlands-Indie. Rotterdam: Donker. ISBN9061003024.
Remmelink, William. (terj. dan ed.). (2015). The invasion of the Dutch East Indies. Leiden: Leiden University Press. ISBN978 90 8728 237 0.
Remmelink, William. (terj. dan ed.). (2018). The Operations of the Navy in the Dutch East Indies and the Bay of Bengal. Leiden: Leiden University Press. ISBN978 90 8728 280 6.
Womack, Tom (2016). The Allied Defense of the Malay Barrier, 1941–1942. Jefferson: McFarland et Company. ISBN978-1-4766-6293-0.
Bandar Udara Hehoဟဲဟိုးလေဆိပ်IATA: HEHICAO: VYHH HEHLokasi bandar udara di MyanmarInformasiJenisPublikPengelolaPemerintahMelayaniHeho, MyanmarKetinggian dpl1,176 mdplKoordinat20°44′49″N 096°47′31″E / 20.74694°N 96.79194°E / 20.74694; 96.79194Landasan pacu Arah Panjang Permukaan kaki m 18/36 8,500 2,591 Aspal Sumber:[1][2] Bandar Udara Heho (Burma: ဟဲဟိုးလေဆိပ်code: my is deprecated ; (IA…
Soldats maudits Les soldats maudits du réseau anti-communiste clandestin. De gauche à droite : Henryk Wybranowski Tarzan (tué en novembre 1948), Edward Taraszkiewicz Żelazny (tué en octobre 1951), Mieczysław Małecki Sokół (tué en novembre 1947), et Stanisław Pakuła pseudonyme Krzewina. Création 1944 Dissolution 1963 Pays Pologne Allégeance Gouvernement polonais en exil Rôle Force armée du Gouvernement polonais en exil Effectif 53 000 hommes Guerres Seconde Guerre mondia…
Grammy Award untuk Album Rap TerbaikDeskripsialbum berkualitas di genre rapNegaraAmerika SerikatDipersembahkan olehNational Academy of Recording Arts and SciencesDiberikan perdana1996Diberikan terakhir2017Situs webgrammy.com Penghargaan Grammy untuk Album Rock Terbaik adalah penghargaan yang disajikan di Penghargaan Grammy, sebuah upacara yang didirikan pada tahun 1958 dan awalnya disebut Gramophone Awards,[1] untuk artis rekaman untuk album kualitas dalam genre rap. Penghormatan dalam b…
Wilayah bencana kelaparan pada musim gugur 1921. Bencana kelaparan Rusia 1921, juga dikenal dengan sebutan bencana kelaparan Povolzhye, adalah sebuah bencana kelaparan yang terjadi di Bolshevik Rusia yang dimulai pada awal musim semi 1921 dan berakhir pada 1922. Bencana kelaparan tersebut menewaskan sekitar 6 juta orang, yang utamanya berdampak pada wilayah Volga dan Sungai Ural.[1][2][3] Referensi ^ Marxist Dreams and Soviet Realities, Marxist Dreams and Soviet Realities…
Bagian dari seri artikel mengenaiSejarah Singapura Sejarah awal Singapura (pra-1819) Kerajaan Singapura (1299–1398) Pendirian Singapura modern (1819–1826) Negeri-Negeri Selat (1826–67) Koloni mahkota (1867–1942) Pertempuran Singapura (1942) Pendudukan Jepang (1942–45) Sook Ching (1942) Masa setelah perang (1945–62) Dewan Legislatif Pertama (1948–1951) Tragedi Nadra (1950) Dewan Legislatif Kedua (1951–1955) Kerusuhan Anti-Pelayanan Nasional (1954) Pemerintahan dalam negeri sendiri…
Oxycodone Structure de l'oxycodone Identification Nom UICPA (5R,9R,13S,14S)-4,5-α-époxy-14-hydroxy-3-méthoxy-17-méthyl-morphinan-6-one No CAS 76-42-6 No ECHA 100.000.874 Code ATC N02AA05 Propriétés chimiques Formule C18H21NO4 [Isomères] Masse molaire[1] 315,363 6 ± 0,017 3 g/mol C 68,55 %, H 6,71 %, N 4,44 %, O 20,29 %, Données pharmacocinétiques Métabolisme hépatique Demi-vie d…
Ruhimat Bupati Subang ke-9Masa jabatan19 Desember 2018 – 19 Desember 2023PresidenJoko WidodoGubernurRidwan KamilBey Machmudin (Pj.)WakilAgus Masykur Rosyadi PendahuluImas AryumningsihPenggantiImran (Pj.) Informasi pribadiLahir18 Maret 1965 (umur 59)Subang, Jawa BaratPartai politikPDI-P (Hingga 2023)Independen (Sejak 2023)Suami/istriYoyoh SopiahPekerjaanPolitisiProfesiPengusahaSunting kotak info • L • B H. Ruhimat, S.Pd., M.Si. (lahir 18 Maret 1965) adalah Bupati…
كينيث ستيفنز معلومات شخصية الميلاد 24 مارس 1924(1924-03-24)تورونتو الوفاة 19 أغسطس 2013 (89 سنة) سبب الوفاة مرض آلزهايمر الإقامة الولايات المتحدة مواطنة الولايات المتحدة الأمريكية الجنسية كندي عضو في الأكاديمية الوطنية للعلوم، والأكاديمية الوطنية للهندسة، والأكاديمية الأمر…
Stadion da Luz UEFA Informasi stadionNama lengkapStadion Sport Lisboa e BenficaPemilikSport Lisboa e BenficaLokasiLokasiLisboa, PortugalKonstruksiDibuat2003Dibuka25 Oktober 2003Biaya pembuatan133 miliar dolar ASArsitekDamon Lavelle HOK Sport + Venue + EventData teknisPermukaanRumputKapasitas66.147Ukuran lapangan105 x 68 meterPemakaiSL BenficaSunting kotak info • L • BBantuan penggunaan templat ini Stadion da Luz Stadion da Luz (nama resmi: Estádio do Sport Lisboa e Benfica) adalah…
Deformity of the finger or toe nails associated with a number of diseases Medical conditionClubbingOther namesDrumstick fingers/toes, Hippocratic fingers/toes, digital clubbing, watch-glass nails[1]ClubbingSpecialtyPulmonology Nail clubbing, also known as digital clubbing or clubbing, is a deformity of the finger or toe nails associated with a number of diseases, mostly of the heart and lungs.[2][3] When it occurs together with joint effusions, joint pains, and abnormal s…
Artikel ini perlu diwikifikasi agar memenuhi standar kualitas Wikipedia. Anda dapat memberikan bantuan berupa penambahan pranala dalam, atau dengan merapikan tata letak dari artikel ini. Untuk keterangan lebih lanjut, klik [tampil] di bagian kanan. Mengganti markah HTML dengan markah wiki bila dimungkinkan. Tambahkan pranala wiki. Bila dirasa perlu, buatlah pautan ke artikel wiki lainnya dengan cara menambahkan [[ dan ]] pada kata yang bersangkutan (lihat WP:LINK untuk keterangan lebih lanjut). …
Keakuratan artikel ini diragukan dan artikel ini perlu diperiksa ulang dengan mencantumkan referensi yang dapat dipertanggungjawabkan. Diskusi terkait dapat dibaca pada the halaman pembicaraan. Harap pastikan akurasi artikel ini dengan sumber tepercaya. Lihat diskusi mengenai artikel ini di halaman diskusinya. (Pelajari cara dan kapan saatnya untuk menghapus pesan templat ini) Fondue keju dari Swiss. Fondue adalah suatu hidangan yang dinikmati dengan cara mencelupkan potongan makanan ke dalam ca…
Finnish blood pancakes Blodplättar (in Swedish; blodpannekaker in Norwegian, veriohukainen, verilätty or verilettu in Finnish; verikäkk in Estonian), or blood pancakes in English are a dish served in Finland, Estonia, Sweden and Norway made of whipped blood (typically reindeer blood), water or pilsner, flour and eggs.[1] It is similar to black pudding, but is thinner and crispier.[2] Blodplättar may be fried in a frying pan. The pancakes are usually served with crushed lingon…
Kazakh space agency KazCosmosҚазақстан Республикасы Ұлттық ғарыш агенттiгiQazaqstan Respublikasy Ūlttyq ğaryş agenttıgıAgency overviewFormed27 March 2007; 17 years ago (27 March 2007)TypeSpace agencyJurisdictionGovernment of KazakhstanHeadquartersNur-Sultan, KazakhstanAdministratorTalgat MusabayevPrimary spaceportBaikonur CosmodromeWebsitekazcosmos.gov.kz The National Space Agency of the Republic of Kazakhstan (Kazakh: Қазақстан …
This template was considered for deletion on 2020 July 1. The result of the discussion was no consensus. Serbia Template‑class Serbia portalThis template is within the scope of WikiProject Serbia, a collaborative effort to improve the coverage of Serbia on Wikipedia. If you would like to participate, please visit the project page, where you can join the discussion and see a list of open tasks.SerbiaWikipedia:WikiProject SerbiaTemplate:WikiProject SerbiaSerbia articlesTemplateThis template does…
Pour les articles homonymes, voir Suède (homonymie). Royaume de Suède(sv) Konungariket Sverige Écouter Drapeau de la Suède Armoiries de la Suède Devise en suédois : För Sverige i tiden (« Toujours pour la Suède[1] ») Hymne en suédois : Du gamla, du fria (« Toi l'ancienne, toi la libre »), de facto Fête nationale 6 juin · Événement commémoré Élection de Gustave Ier Vasa en tant que roi de Suède et fin de l'Union de K…
1944 film by Delmer Daves For the 1998 British romantic comedy, see Martha, Meet Frank, Daniel and Laurence. The Very Thought of YouDirected byDelmer DavesScreenplay byAlvah BessieDelmer DavesBased onan original story by Lionel WiggamProduced byJerry WaldStarringDennis MorganEleanor ParkerDane ClarkCinematographyBert GlennonEdited byAlan Crosland Jr.Music byFranz WaxmanDistributed byWarner Bros.Release date October 20, 1944 (1944-10-20) Running time99 minutesCountryUnited StatesLa…
Constellation in the southern celestial hemisphere This article is about the constellation. For other uses, see Chameleon (disambiguation). ChamaeleonConstellationList of stars in ChamaeleonAbbreviationChaGenitiveChamaeleontisPronunciation/kəˈmiːliən/, genitive /kəˌmiːliˈɒntɪs/Symbolismthe ChameleonRight ascension07h 26m 36.5075s–13h 56m 26.6661s[1]Declination−75.2899170°–−83.1200714°[1]Area132 sq. deg. (79th)Main stars3Bayer/Flamsteedstars16Stars with…