Museum Tuanku Imam Bonjol mulai dibangun pada bulan Oktober 1987. Pembangunan museum selesai pada tahun 1990.[2] Pada tahun 1998, museum ini resmi diserahkan pengelolaannya dari Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Barat kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Pasaman di bawah naungan Kantor Pariwisata dan Seni Budaya Kabupaten Pasaman.
Desain bangunan museum mengambil inspirasi dari rumah adat suku Minangkabau, yang dikenal sebagai rumah Godang. Rumah adat ini memiliki ciri khas pada bagian atapnya, yang berbentuk seperti tanduk yang disebut dengan Gonjong.
Koleksi
Koleksi museum terdiri dari koleksi sejarah perjuangan, etnografi, numismatik, keramik, serta koleksi penunjang seperti peta, lukisan dan foto. Museum dibangun dua lantai, lantai pertama berisikan barang-barang pribadi seperti senjata yang dipakai masa perperangan, lukisan-lukisan dan silsilah dari keluarga Tuanku Imam Bonjol. Naik ke lantai dua, dipajang barang-barang kuno seperti peralatan dapur, uang kuno, keramik antik dan lainnya.[3] Pada lantai dua ini memang diisi dengan benda yang tidak berhubungan dengan Tuanku Imam Bonjol karena masih sedikitnya temuan barang-barang pribadi milik Tuanku Imam Bonjol.[4]
Berbagai koleksi pribadi milik Tuanku Imam Bonjol, termasuk senjata yang digunakan olehnya selama perang dipajang. Namun, ada beberapa replika karena sebagian benda asli telah hilang atau dicuri. Koleksi museum juga mencakup senjata perang yang digunakan oleh kaum Padri dan benda-benda adat khas suku Minangkabau.[5]
Selain koleksi senjata, terdapat pula beragam alat musik tradisional, seperti gamelan, berbagai ukuran gong, dan jenis alat musik tradisional lainnya. Selain itu, museum juga menampilkan pakaian atau kostum kebesaran yang pernah dipakai oleh ulama dan pahlawan nasional, termasuk pakaian kebesaran yang dimiliki oleh Tuanku Imam Bonjol dan tokoh-tokoh lainnya. Koleksi museum juga mencakup beberapa naskah kuno dan uang kertas lama. Namun, beberapa naskah kuno telah hilang karena dicuri, sehingga pengelola museum membuat replika untuk menggantikannya.[6]
Patung Tuanku Imam Bonjol terletak di dalam museum tidak terlalu tinggi dan besar, berwarna putih, dan menjadi ikon dengan latar belakang sebagai putra seorang ulama besar. Selain itu, di dalam museum juga dibangun Monumen Tugu Khatulistiwa, yang menandai lokasi museum di tengah-tengah Bumi. Monumen ini memiliki bentuk yang khas dan sering kali berupa tugu atau patung yang menjulang tinggi. Fungsinya adalah sebagai simbol geografis yang menandai letak persilangan antara garis lintang nol derajat, yang merupakan garis tengah Bumi. Monumen ini sering ditemukan di beberapa lokasi di dunia yang dilalui oleh garis Khatulistiwa, termasuk di museum ini. Tujuannya adalah untuk memberikan informasi geografis serta menjadi objek wisata dan penanda penting bagi para pengunjung.[5]
Lokasi
Museum Tuanku Imam Bonjol terletak di Jalan Lintas Sumatra, Kecamatan Bonjol, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat, dengan luas bangunan 42 x 16.50 meter persegi, dan areal seluas lebih kurang 2 hektar.[7] Untuk masuk ke museum ini, pengunjung cukup membayar tiket masuk seharga Rp 1.000. Museum ini menyediakan sejumlah fasilitas bagi pengunjung, termasuk fasilitas umum seperti toilet, tempat ibadah, dan tempat parkir. Kompleks museum juga memiliki taman yang luas dan rindang, di mana pengunjung dapat bersantai. Di dalam taman, terdapat berbagai flora yang memberikan udara segar. Selain itu, taman juga dirawat dengan baik dan bersih. Di area museum juga terdapat Food stand yang menyajikan berbagai kuliner tradisional dan modern.
Objek wisata sekitar museum
Pantai Sasak, adalah objek wisata yang terletak dekat dengan Museum Tuanku Imam Bonjol. Pantai ini menawarkan pemandangan yang berbeda dengan pantai-pantai lainnya. Pasir putih yang indah, air laut yang biru, dan keberadaan pepohonan yang rindang menambah pesona keindahan pantai ini.[8]
Monumen Equator, merupakan objek wisata yang berdekatan dengan museum, bahkan berada di samping museum. Lokasinya yang terletak di kawasan yang asri menambah pengalaman menikmati keindahan alam Sumatra.
Puncak Tonang, adalah taman rekreasi yang dibangun oleh pemerintah daerah, di mana berbagai jenis bunga warna-warni ditanam di lahan yang luas. Tempat ini cocok sebagai spot foto, terutama untuk keperluan prewedding, karena lokasinya yang strategis.
Bukit Tujuah, merupakan destinasi wisata yang wajib dikunjungi di Sumatra. Selain dekat dengan museum, bukit ini menawarkan pemandangan alam yang memukau. Bukit-bukit berbentuk bulat di sini membuatnya mirip dengan bukit Teletubies.
Rimbo Panti, tidak hanya sebagai objek wisata, tetapi juga merupakan jalur lintas Sumatera. Tempat ini juga merupakan cagar alam dengan hutan yang rimbun, tropis, dan lebat. Di sini, pengunjung dapat melihat berbagai satwa liar dan menikmati 10 pemandian air panas. Keunikan lainnya adalah pengunjung dapat merebus telur langsung dari sumber airnya.[8]