Peta kerajaan-kerajaan purba (kadatuan) Melayu yang bersifat Hindu-Buddha, sebelum perluasan dan penaklukan oleh Kemaharajaan Sriwijaya pada sekitar akhir abad ke-7 masehi. Negeri-negeri atau kadatuan-kadatuan Melayu ini terletak di kedua tepi Selat Malaka, yaitu di Swarnadwipa dan Semenanjung Melayu. Kerajaan-kerajaan ini antara lain Kerajaan Melayu (Muaro Jambi), Sriwijaya (Palembang), Langkasuka (Kedah), dan lain-lain.
Kerajaan Melayu (juga dikenal sebagai Malayu, Malayapura atau Kerajaan Dharmasraya atau Kerajaan Jambi; Hanzi: 末羅瑜國; Pinyin: Mòluóyú Guó, penyebutan bahasa Tiongkok pertengahan yang direkonstruksimat-la-yu kwok)[1][2][3] merupakan sebuah nama kerajaan yang berada di Pulau Sumatra. Dari bukti dan keterangan yang disimpulkan dari prasasti dan berita dari Tiongkok, keberadaan kerajaan yang mengalami naik turun ini dapat diketahui dimulai pada abad ke-7 yang berpusat di Minanga, pada abad ke-13 yang berpusat di Dharmasraya dan diawal abad ke-15 berpusat di Suruaso[4] atau Pagaruyung.[5]
Kerajaan ini berada di pulau Swarnadwipa atau Swarnabumi (Thai:Sovannophum) yang oleh para pendatang disebut sebagai pulau emas yang memiliki tambang emas, dan pada awalnya mempunyai kemampuan dalam mengontrol perdagangan di Selat Melaka sebelum akhirnya terintegrasi dengan Kerajaan Sriwijaya (Thai:Sevichai) pada tahun 682.[6]
Penggunaan kata Melayu, telah dikenal sekitar tahun 100–150 seperti yang tersebut dalam buku Geographike Sintaxis karya Ptolemy yang menyebutkan maleu-kolon.[7] Kemudian dalam kitab Hindu Purana pada zaman Gautama Buddha terdapat istilah Malaya dvipa yang berarti "Pulau Melayu".
Nama resmi kerajaan
Catatan I-Tsing
Berita tentang kerajaan Melayu antara lain diketahui dari dua buah buku karya Pendeta I Tsing atau I Ching (義淨; pinyinYì Jìng) (634–713), yang termasyhur yaitu Nan-hai Chi-kuei Nei-fa Chuan (Catatan Ajaran Buddha yang dikirimkan dari Laut Selatan) serta Ta-T’ang Hsi-yu Ch’iu-fa Kao-seng Chuan (Catatan Pendeta-pendeta yang menuntut ilmu di India zaman Dinasti Tang)[8] dalam pelayarannya dari Tiongkok ke India tahun 671, singgah di Sriwijaya enam bulan lamanya untuk mempelajari Sabdawidya, dan menerjemahkan naskah-naskah Buddha dari bahasa Sanskerta ke bahasa Tionghoa.[9][10]
Kisah pelayaran I-tsing dari Kanton tahun 671 diceritakannya sendiri, dengan terjemahan sebagai berikut:[11]
“Ketika angin timur laut mulai bertiup, kami berlayar meninggalkan Kanton menuju selatan .... Setelah lebih kurang dua puluh hari berlayar, kami sampai di negeri Sriwijaya. Di sana saya berdiam selama enam bulan untuk belajar Sabdawidya. Sri Baginda sangat baik kepada saya. Dia menolong mengirimkan saya ke negeri Malayu, di mana saya singgah selama dua bulan. Kemudian saya kembali meneruskan pelayaran ke Kedah .... Berlayar dari Kedah menuju utara lebih dari sepuluh hari, kami sampai di Kepulauan Orang Telanjang (Nikobar) .... Dari sini berlayar ke arah barat laut selama setengah bulan, lalu kami sampai di Tamralipti (pantai timur India)”
Perjalanan pulang dari India tahun 685 diceritakan oleh I-tsing sebagai berikut:[8]
“Tamralipti adalah tempat kami naik kapal jika akan kembali ke Tiongkok. Berlayar dari sini menuju tenggara, dalam dua bulan kami sampai di Kedah. Tempat ini sekarang menjadi kepunyaan Sriwijaya. Saat kapal tiba adalah bulan pertama atau kedua .... Kami tinggal di Kedah sampai musim dingin, lalu naik kapal ke arah selatan. Setelah kira-kira sebulan, kami sampai di negeri Malayu, yang sekarang menjadi bagian Sriwijaya. Kapal-kapal umumnya juga tiba pada bulan pertama atau kedua. Kapal-kapal itu senantiasa tinggal di Malayu sampai pertengahan musim panas, lalu mereka berlayar ke arah utara, dan mencapai Kanton dalam waktu sebulan.”
Menurut catatan I Tsing, Sriwijaya menganut agama Buddha aliran Hinayana, kecuali Ma-la-yu. Tidak disebutkan dengan jelas agama apa yang dianut oleh kerajaan Melayu.
Catatan Wang Pu
Berita lain mengenai kerajaan Melayu berasal dari T'ang-Hui-Yao yang disusun oleh Wang p'u pada tahun 961, kerajaan Melayu mengirimkan utusan ke Tiongkok pada tahun 645 untuk pertama kalinya, tetapi setelah munculnya Sriwijaya sekitar 670, kerajaan Melayu tidak ada lagi mengirimkan utusan ke Tiongkok.[1]
Istilah San-fo-tsi
Dalam naskah-naskah kronik Tiongkok, istilah San-fo-tsi digunakan untuk menyebut Pulau Sumatra secara umum. Pada zaman Dinasti Song sekitar tahun 990–an, istilah ini identik dengan Sriwijaya. Namun, ketika Sriwijaya mengalami kehancuran pada tahun 1025, istilah San-fo-tsi masih tetap dipakai dalam naskah-naskah kronik Tiongkok. Kronik Tiongkok mencatat bahwa pada periode 1079 dan 1088, San-fo-tsi masih mengirimkan utusan masing-masing dari Kien-pi (Jambi) dan Pa-lin-fong (Palembang). Dalam berita Tiongkok yang berjudul Sung Hui Yao disebutkan bahwa Kerajaan San-fo-tsi tahun 1082 mengirim duta besar ke Tiongkok yang saat itu di bawah pemerintahan Kaisar Yuan Fong. Duta besar tersebut menyampaikan surat dari raja Kien-pi bawahan San-fo-tsi, dan surat dari putri raja yang diserahi urusan negara San-fo-tsi, serta menyerahkan pula 227 tahil perhiasan, rumbia, dan 13 potong pakaian. Dan kemudian dilanjutkan pengiriman utusan selanjutnya tahun 1088.
Sebaliknya, dari daftar daerah bawahan San-fo-tsi tersebut tidak ada menyebutkan Ma-la-yu ataupun nama lain yang mirip dengan Dharmasraya. Dengan demikian, istilah San-fo-tsi pada tahun 1225 tidak lagi identik dengan Sriwijaya, melainkan identik dengan Dharmasraya. Jadi, daftar 15 negeri bawahan San-fo-tsi tersebut merupakan daftar jajahan kerajaan Dharmasraya, karena saat itu masa kejayaan Sriwijaya sudah berakhir.
Jadi, istilah San-fo-tsi yang semula bermakna Sriwijaya tetap digunakan dalam berita Tiongkok untuk menyebut Pulau Sumatra secara umum, meskipun kerajaan yang berkuasa saat itu adalah Dharmasraya. Hal yang serupa terjadi pada abad ke-14, yaitu zaman Dinasti Ming dan Majapahit. Catatan sejarah Dinasti Ming masih menggunakan istilah San-fo-tsi, seolah-olah saat itu Sriwijaya masih ada. Sementara itu, catatan sejarah Majapahit berjudul Nagarakretagama tahun 1365 sama sekali tidak pernah menyebut adanya negeri bernama Sriwijaya melainkan Palembang.
Dari uraian I-tsing jelas sekali bahwa Kerajaan Melayu terletak di tengah pelayaran antara Sriwijaya dan Kedah. Jadi Sriwijaya terletak di selatan atau tenggara Melayu. Hampir semua ahli sejarah sepakat bahwa negeri Melayu berlokasi di hulu sungai Batang Hari, sebab pada alas arca Amoghapasa yang ditemukan di Padangroco terdapat prasasti bertarikh 1208 Saka (1286) yang menyebutkan bahwa arca itu merupakan hadiah raja Kertanagara (Singhasari) kepada raja Melayu.[12]
Prof. Slamet Muljana berpendapat, istilah Malayu berasal dari kata Malaya yang dalam bahasa Sanskerta bermakna “bukit”. Nama sebuah kerajaan biasanya merujuk pada nama ibu kotanya. Oleh karena itu, ia tidak setuju apabila istana Malayu terletak di Kota Jambi, karena daerah itu merupakan dataran rendah. Menurutnya, pelabuhan Malayu memang terletak di Kota Jambi, tetapi istananya terletak di pedalaman yang tanahnya agak tinggi. Menurut prasasti Tanjore yang dikeluarkan oleh Rajendra Chola I bertarikh 1030, menyebutkan bahwa ibu kota kerajaan Malayu dilindungi oleh benteng-benteng, dan terletak di atas bukit. Lokasi pastinya adalah Muara Tebo. Muljana berpendapat, "... baik ditinjau dari peninggalan-peninggalan kuno yang berupa piagam maupun dari pemberitaan piagam Tanyore dan piagam Kedukan Bukit, maka letak pusat kerajaan Melayu di sekitar Muara Tebo lebih menguntungkan daripada di kota Jambi." (hal. 147).[1].
Dari keterangan Abu Raihan Muhammad ibn Ahmad Al-Biruni, ahli geografi Persia, yang pernah mengunjungi Asia Tenggara tahun 1030 dan menulis catatan perjalanannya dalam Tahqiq ma li l-Hind (Fakta-fakta di Hindia) yang menyatakan bahwa ia mengunjungi suatu negeri yang terletak pada garis khatulistiwa pulau penghasil emas atau Golden Khersonese yakni pulau Sumatra.[13][14]
Kerajaan Melayu, selama beberapa waktu, diidentifikasi oleh orang Tionghoa sebagai penerus Sriwijaya. Hal ini ditunjukkan oleh catatan Cina yang selalu menyebut Sanfoqi, istilah mereka untuk Sriwijaya, setelah jatuhnya Sriwijaya pada tahun 1025. Sanfoqi mengirim utusan ke Cina pada tahun 1028, tetapi ini merujuk pada Malayu-dharmasraya, bukan Sriwijaya-Palembang.[15]:398, 405
Prasasti tertua yang pernah ditemukan atas nama raja Mauli adalah Prasasti Grahi tahun 1183 di selatan Thailand. Prasasti itu berisi perintah Maharaja Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa kepada bupati Grahi yang bernama Mahasenapati Galanai supaya membuat arca Buddha seberat 1 bhara 2 tula dengan nilai emas 10 tamlin. Yang mengerjakan tugas membuat arca tersebut bernama Mraten Sri Nano.
Dharmasraya dalam Pararaton disebut dengan nama Malayu. Dengan demikian, Tribhuwanaraja dapat pula disebut sebagai raja Malayu. Tribhuwanaraja sendiri kemungkinan besar adalah keturunan dari Trailokyaraja. Oleh karena itu, Trailokyaraja pun bisa juga dianggap sebagai raja Malayu, meskipun prasasti Grahi tidak menyebutnya dengan jelas.
Yang menarik di sini adalah daerah kekuasaan Trailokyaraja pada tahun 1183 telah mencapai Grahi, yang terletak di selatan Thailand (Chaiya sekarang). Itu artinya, setelah Sriwijaya mengalami kekalahan, Malayu bangkit kembali sebagai penguasa Selat Malaka. Namun, kapan kiranya kebangkitan tersebut dimulai tidak dapat dipastikan, dari catatan Tiongkok [1] disebutkan bahwa pada tahun 1082 masih ada utusan dari Chen-pi (Jambi) sebagai bawahan San-fo-ts'i, dan disaat bersamaan muncul pula utusan dari Pa-lin-fong (Palembang) yang masih menjadi bawahan keluarga Rajendra.
Istilah Srimat yang ditemukan di depan nama Trailokyaraja, Tribhuwanaraja dan Adityawarman berasal dari bahasa Tamil yang bermakna ”tuan pendeta”. Dengan demikian, kebangkitan kembali kerajaan Melayu dipelopori oleh kaum pendeta. Namun, tidak diketahui dengan jelas apakah pemimpin kebangkitan tersebut adalah Trailokyaraja, ataukah raja sebelum dirinya, karena sampai saat ini belum ditemukan prasasti Wangsa Mauli yang lebih tua daripada prasasti Grahi.
Militer
Setelah serangan Chola, tidak ada informasi tentang masalah angkatan laut di Selat Malaka. Istilah Tiongkok untuk Sriwijaya, yaitu Sanfoqi, masih terus digunakan sampai berabad-abad setelahnya, namun setelah tahun 1025 istilah Sanfoqi merujuk pada kerajaan Malayu Dharmasraya.[15]:398, 405 Catatan baru muncul dalam dalam Lingwai daida (tahun 1178), yang ditulis oleh Zhou Qufei:
Negara ini (Sanfoqi) tidak memiliki produk, tetapi orang-orangnya terlatih dengan baik dalam peperangan. Jika mereka mengoleskan obat pada tubuh mereka, mereka tidak dapat dilukai. Dalam perang angkatan laut ofensif, serangan mereka tak tertandingi. Oleh karena itu, negara-negara tetangga bersekutu dengannya. Jika kapal asing yang melewati sekitarnya tidak singgah pada negara ini, [kapal] diluncurkan untuk memberi mereka pelajaran dan membunuh. Oleh karena itu, negara ini kaya, dengan cula badak, (gading) gajah, mutiara, barang aromatik dan obat-obatan.[16]
Informasi serupa tentang Sanfoqi juga dicatat dalam Zhufanzhi (sekitar 1225), yang mencatat:
Semuanya sangat baik dalam peperangan laut dan darat. Setiap saat ketika perintah mobilisasi dilakukan, kepala suku [adalah orang-orang yang] memerintahkan [pasukan]. Mereka semua mempersiapkan dan memperlengkapi [diri] dengan tentara, peralatan dan makanan. Tiba di musuh, mereka berani mati (yaitu tidak takut mati). [Oleh karena itu dianggap sebagai] tetua dari berbagai negara-negara (yaitu yang paling utama di antara yang sederajat)... Negara ini berada di tengah laut, mengendalikan titik sempit yang dilalui berbagai kapal asing yang datang dan pergi. Di masa lalu, [mereka] menggunakan rantai besi sebagai penghalang... Tahun ini (yaitu saat ini) rantai itu tidak ditautkan (yaitu tidak dibentangkan) dan tidak digunakan, [berbaring di] tumpukan di dalam air... Jika pedagang kapal melintasi [sekitarnya] dan tidak masuk [yaitu singgah di pelabuhan], maka kapal dikirim untuk bertempur [dengan mereka]. Mereka harus mati (yaitu orang-orang yang ada di kapal dagang harus dibunuh). Oleh karena itu, negara ini (Sanfoqi) adalah pusat pelayaran yang besar.[17][18]
Informasi ini kemungkinan merujuk pada peperangan laut dan sungai khususnya mengingat kemampuan navigasi yang luas dari sungai Musi dan Batang Hari di mana pusat-pusat utama kerajaan disekitar selat Malaka (Palembang dan Jambi) berada. Catatan-catatan ini menunjukkan bahwa baik sifat angkatan laut maupun peran yang dimainkannya dalam kelangsungan pemerintahan itu sendiri, pada akhir abad ke-12 dan ke-13, menjadi sangat berbeda.[19]
Pada saat yang sama, abad ke-12 menyaksikan awal dari kemunduran kerajaan disekitar selat Malaka di dalam maritim Asia Tenggara dan di mata mitra asingnya. Kedah jatuh di luar pengaruh Sanfoqi selama abad ke-11. Pada awal abad ketiga belas, Pahang, Kuala Beranang, dan Kompei telah didirikan langsung hubungan ekonomi dengan pelabuhan Cina Quanzhou.[20] Jambi merdeka dari pengaruh Sanfoqi pada awal abad ke-13, sementara Ligor jatuh di bawah pengaruh Tambralingga pada 1230-an.[21]
Setelah serangan kerajaan Singhasari ke Malayu pada 1275, sejumlah besar negara-pelabuhan Melayu muncul di Selat Malaka, masing-masing berusaha untuk terlibat langsung dengan pedagang asing, dengan berbagai tingkat keberhasilan. Oleh karena itu, pengembangan strategi angkatan laut yang semakin proaktif bukan hanya sebuah reaksi ke sifat interaksi yang berubah dengan mitra dagang utama seperti Cina dan India, tetapi juga sebagai akibat dari menurunnya kekuasaan kerajaan-kerajaan disekitar selat Malaka.[22]
Kakawin Nagarakretagama yang ditulis tahun 1365 menyebut Dharmasraya sebagai salah satu di antara sekian banyak negeri jajahan Kerajaan Majapahit di Pulau Sumatra.[27] Namun interpretasi isi yang menguraikan daerah-daerah "wilayah" kerajaan Majapahit yang harus menghaturkan upeti ini masih kontroversial, sehingga dipertentangkan sampai hari ini.
Pada tahun 1339 Adityawarman dikirim sebagai uparaja atau raja bawahan Majapahit untuk menaklukan wilayah Swarnnabhumi nama lain pulau Sumatra. Penaklukan Majapahit dimulai dengan menguasai Palembang. Kidung Pamacangah dan Babad Arya Tabanan menyebut nama Arya Damar sebagai Bupati Palembang yang berjasa membantu Gajah Mada menaklukkan Bali pada tahun 1343.[28] Menurut Prof. C.C. Berg, tokoh ini dianggapnya identik dengan Adityawarman.[29]
Setelah membantu Majapahit dalam melakukan beberapa penaklukan, pada tahun 1343 Adityawarman kembali ke Swarnnabhumi dan pada tahun 1347 memproklamirkan dirinya sebagai pelanjut Dinasti Mauli penguasa Kerajaan Melayu di Dharmasraya[30] dan selanjutnya memindahkan pusat pemerintahannya ke Suruaso, (daerah Minangkabau),[31] dengan gelar Maharajadiraja Srimat Sri Udayadityawarman Pratapaparakrama Rajendra Maulimali Warmadewa.[32] Dengan melihat gelar yang disandang Adityawarman, terlihat dia menggabungan beberapa nama yang pernah dikenal sebelumnya, Mauli merujuk garis keturunannya kepada Wangsa Mauli penguasa Dharmasraya dan gelar Sri Udayadityavarman pernah disandang salah seorang raja Sriwijaya serta menambahkah Rajendra nama penakluk penguasa Sriwijaya, raja Chola dari Koromandel. Hal ini tentu sengaja dilakukan untuk mempersatukan seluruh keluarga penguasa di Swarnnabhumi.
Dari catatan Dinasti Ming (1368–1644) menyebutkan bahwa di San-fo-tsi (Sumatra) terdapat tiga orang raja. Mereka adalah Sengk'ia-li-yu-lan (alias Adityawarman), Ma-ha-na-po-lin-pang (Maharaja Palembang), dan Ma-na-cha-wu-li (Maharaja Dharmasraya). Dan sebelumnya pada masa Dinasti Yuan (1271–1368), Adityawarman juga pernah dikirim oleh Jayanegara sebanyak dua kali sebagai duta ke Tiongkok yaitu pada tahun 1325 dan 1332, dan tentu dengan nama yang sama pada masa Dinasti Ming masih dirujuk kepada Adityawarman, yang kemudian kembali mengirimkan utusan sebanyak 6 kali pada rentang tahun 1371 sampai 1377.[33] Dan kemudian dari berita ini dapat dikaitkan dengan penemuan Kitab Undang-Undang Tanjung Tanah di Kerinci yang diperkirakan pada zaman Adityawarman, dimana pada naskah tersebut ada menyebutkan tentang Maharaja Dharmasraya. Jika dikaitkan dengan piagam yang dipahat pada bahagian belakang Arca Amoghapasa, jelas Adityawarman bergelar Maharajadiraja, dan membawahi Dharmasraya dan Palembang.[34]
Daftar para raja
Berikut ini daftar nama raja Malayu:
Tarikh
Nama raja atau gelar
Ibu kota
Prasasti, catatan pengiriman utusan ke Tiongkok serta peristiwa
Prasasti Grahi tahun 1183 di selatan Thailand, perintah kepada bupati Grahi yang bernama Mahasenapati Galanai supaya membuat arca Buddha seberat 1 bhara 2 tula dengan nilai emas 10 tamlin.
^ abcdMuljana, Slamet , (2006), Sriwijaya, Yogyakarta: LKIS, ISBN979-8451-62-7. Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "Muljana" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
^I-Tsing (2000). A Record of the Buddhist Religion As Practised in India and the Malay Archipelago (A.D. 671–695). Diterjemahkan oleh Takakusu, Junjiro. Asian Educational Services. hlm. xl – xlvi. ISBN978-81-206-1622-6.
^Kozok, Uli, (2006), Kitab Undang-Undang Tanjung Tanah: Naskah Melayu yang Tertua, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, ISBN 979-461-603-6.
^Paul Michel Munoz, (2006), Early Kingdoms of the Indonesian Archipelago and the Malay Peninsula.
^Louis-Charles Damais, 1952, Etude d’Epigraphie Indonesienne III: Liste des Principales Datees de l’Indonesie, BEFEO, tome 46. (merupakan terjemahan Pararaton dalam bahasa Prancis)
^Berggren, J. Lennart and Jones, Alexander, (2000), Ptolemy's Geography: An Annotated Translation of the Theoretical Chapters, Princeton University Press, Princeton and Oxford, ISBN 0-691-01042-0.
^ abO. W. Wolters, (1967), Early Indonesian Commerce, Cornell University Press, Ithaca
^Junjiro Takakusu, (1896), A record of the Buddhist Religion as Practised in India and the Malay Archipelago AD 671-695, by I-tsing, Oxford, London.
^Edouard Chavannes, (1894), Memoire compose a l’epoque de la grande dynastie Tang, sur les Religieux Eminents qui allerent chercher la loi dans les pays d’Occident, par I-tsing, Ernest Leroux, Paris.
^Friedrich Hirth & W.W.Rockhill, 1911, Chao Ju-kua, His Work on the Chinese and Arab Trade in the Twelfth and Thirteen centuries, entitled Chu-fan-chi, St Petersburg.
^Hirth, F. (1911). Chao Ju-kua, His Work on the Chinese and Arab Trade in the Twelfth and Thirteen centuries, entitled Chu-fan-chi. St Petersburg.Parameter |coauthors= yang tidak diketahui mengabaikan (|author= yang disarankan) (bantuan).
^J.L.A. Brandes, 1902, Nāgarakrětāgama; Lofdicht van Prapanjtja op koning Radjasanagara, Hajam Wuruk, van Madjapahit, naar het eenige daarvan bekende handschrift, aangetroffen in de puri te Tjakranagara op Lombok.
^Darta, A.A. Gde, A.A. Gde Geriya, A.A. Gde Alit Geria, 1996, Babad Arya Tabanan dan Ratu Tabanan, Denpasar: Upada Sastra.
^C.C. Berg, 1985, Penulisan Sejarah Jawa, (terj.), Jakarta: Bhratara.
^Djafar, Hasan, (1992), Prasasti-Prasasti Masa Kerajaan Melayu Kuno dan Permasalahannya. Dibawakan dalam Seminar Sejarah Melayu Kuno, Jambi, 7-8 Desember 1992, Jambi: Pemerintah Daerah Tk I Jambi bekerjasama dengan Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jambi.
^Casparis, J. G. de.,, (1992), Kerajaan Malayu dan Adityawarman, Seminar Sejarah Melayu Kuno, Jambi, 7-8 Desember 1992, Jambi: Pemerintah Daerah Tingkat I Jambi bekerjasama dengan Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jambi.
^Kern, J.H.C., (1907), De wij-inscriptie op het Amoghapāça-beeld van Padang Candi(Batang Hari-districten); 1269 Çaka, Tijdschrift voor Indische Taal-, Land-, en Volkenkunde.
^Casparis, J. G. de., (1992), Kerajaan Malayu dan Adityawarman, Seminar Sejarah Malayu Kuno, Jambi, 7-8 Desember 1992, Jambi: Pemerintah Daerah Tingkat I Jambi bekerjasama dengan Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jambi, hlm. 235-256.
^Kozok, Uli, (2006), Kitab Undang-Undang Tanjung Tanah: Naskah Melayu yang Tertua, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, ISBN 979-461-603-6.
Portuguese prelate His EminenceManuel Monteiro de CastroMajor Penitentiary emeritus of the Apostolic PenitentiaryAppointed5 January 2012Term ended21 September 2013PredecessorFortunato BaldelliSuccessorMauro PiacenzaOther post(s)Cardinal priest of San Domenico di GuzmanOrdersOrdination9 July 1961Consecration23 March 1985by Agostino CasaroliCreated cardinal18 February 2012by Benedict XVIRankCardinal deacon (2012–22)Cardinal priest (2022–present)Personal detailsBornManuel Monteiro de Castr…
Eastern College Athletic Conference - WestConferenceNCAAFounded1984Ceased2017CommissionerRudy KeelingSports fielded Ice hockey men's: 6 teams women's: 10 teams DivisionDivision IIINo. of teams12HeadquartersDanbury, ConnecticutRegionNew York, Pennsylvania and MarylandOfficial websiteMen: http://www.ecacsports.com/index.aspx?path=mhockey_mwestWomen: http://www.ecacsports.com/index.aspx?path=whockeyLocations ECAC West was a college athletic conference which operated in the northeastern United State…
Al-Habib Munzir bin Fuad al-MusawaAl-Habib Munzir bin Fuad al-MusawaHabib MunzirKun-yahMunzirNamaAl-Habib Munzir bin Fuad al-MusawaNasabJalur ayah:[1][2] Munzir bin Fuad bin Abdurrahman bin Ali bin Abdurrahman bin Ali bin Aqil bin Ahmad bin Abdurrahman bin Umar bin Abdurrahman bin Sulaiman bin Yaasin bin Ahmad Al-Musawa bin Muhammad Muqallaf bin Ahmad bin Abubakar As Sakran bin Abdurrahman Assegaf bin Muhammad Mauladdawilah bin Ali bin Alwi Al-Ghayur bin Muhammad al-Faqih Muqadda…
An editor has nominated this article for deletion.You are welcome to participate in the deletion discussion, which will decide whether or not to retain it.Feel free to improve the article, but do not remove this notice before the discussion is closed. For more information, see the guide to deletion.Find sources: Balloon Brothers – news · newspapers · books · scholar · JSTOR%5B%5BWikipedia%3AArticles+for+deletion%2FBalloon+Brothers%5D%5DAFD 1992 video game…
Questa voce sugli argomenti allenatori di calcio tedeschi e calciatori tedeschi è solo un abbozzo. Contribuisci a migliorarla secondo le convenzioni di Wikipedia. Segui i suggerimenti dei progetti di riferimento 1, 2. Otto Pfister Nazionalità Germania Ovest Germania (dal 1990) Calcio Ruolo Allenatore (ex attaccante) Termine carriera 1972 - giocatore Carriera Squadre di club1 ????-1958 Viktoria Colonia? (?)1958-1959 VfL Colonia? (?)1959-1960 Chiasso? (?)1960-1961 G…
Questa voce sull'argomento stagioni delle società calcistiche italiane è solo un abbozzo. Contribuisci a migliorarla secondo le convenzioni di Wikipedia. Segui i suggerimenti del progetto di riferimento. Voce principale: Società Sportiva Chieti Calcio. Società Sportiva Chieti CalcioStagione 2011-2012Sport calcio Squadra Chieti Allenatore Silvio Paolucci Presidente Walter Bellia Seconda Divisione4º nel girone B. Maggiori presenzeCampionato: Fiore (37) Miglior marcatoreCampionato: A…
Terza Categoria 1909-1910 Competizione Terza Categoria Sport Calcio Edizione 6ª Organizzatore Comitati Regionali della FIGC e singoli dirigenti delegati Date dal 3 marzo 1910all'8 maggio 1910 Luogo Italia Partecipanti 39 Risultati Vincitore Piemonte: CasaleLiguria: Andrea Doria IIILombardia: Ausonia IIVeneto: Vicenza IIEmilia: BolognaToscana: Firenze FBCLazio: SP LazioCampania: Audacia NapoliPuglia: FBC Bari II Cronologia della competizione 1909 1910-1911 Manuale I campionati di Terza…
Joe Fagan Informasi pribadiNama lengkap Joe FaganTanggal lahir 12 Maret, 1921Tempat lahir Liverpool, InggrisTanggal meninggal 30 Juni, 2001 (Umur 80)Tempat meninggal Liverpool, InggrisKepelatihanTahun Tim 1983-85 Liverpool Joe Fagan (12 Maret 1921 – 30 Juni 2001) adalah pemain sepak bola asal Inggris menjadi manajer Liverpool F.C. dari 1983 hingga 1985. Dia menjadi manajer ketika Liverpool meraih Piala Champion ke-4 pada tahun 1984. Dia meninggal pada tahun 2001, dalam usia 80, s…
Questa voce sull'argomento stagioni delle società calcistiche italiane è solo un abbozzo. Contribuisci a migliorarla secondo le convenzioni di Wikipedia. Segui i suggerimenti del progetto di riferimento. Voce principale: Vigevano Calcio. Associazione Calcio VigevanoStagione 1938-1939Sport calcio Squadra Vigevano Allenatore Imre János Bekey Presidente Mario Dafarra Serie B14º posto. Maggiori presenzeCampionato: Cavigliani, Grunetti (34) Miglior marcatoreCampionato: Porcelli (10) Sta…
Venezuelan writer You can help expand this article with text translated from the corresponding article in Spanish. (June 2022) Click [show] for important translation instructions. View a machine-translated version of the Spanish article. Machine translation, like DeepL or Google Translate, is a useful starting point for translations, but translators must revise errors as necessary and confirm that the translation is accurate, rather than simply copy-pasting machine-translated text into the …
Pierre-Robert Le Cornier de CidevillePortrait par Guillaume Voiriot.BiographieNaissance 2 septembre 1693RouenDécès 5 mars 1776 (à 82 ans)ParisFormation Collège Louis-le-GrandActivités Magistrat, homme de lettres, bibliophileParentèle Jacques Le Cornier de Sainte-Hélène (d)Autres informationsPropriétaire de Château de LaunayMembre de Académie des sciences, belles-lettres et arts de Rouen (1744)modifier - modifier le code - modifier Wikidata Pierre-Robert Le Cornier de Cideville, n…
Aleksander Kazimierz Bereśniewiczvescovo della Chiesa cattolicaM. Skabowski, Ritratto del vescovo Bereśniewicz (1908); olio su tela, Seminario teologico superiore, Ląd. Incarichi ricoperti Vescovo titolare di Massimianopoli di Palestina (1858-1875) Vescovo ausiliare di Žemaičiai (1858-1875) Vescovo di Žemaičiai (1875-1883) Vescovo di Cuiavia-Kalisz (1883-1901) Nato4 giugno 1823 a Švelniai Ordinato diacono25 giugno 1845 Ordinato presbitero28 agosto 1847 Nominato vescovo27 sett…
This article needs additional citations for verification. Please help improve this article by adding citations to reliable sources. Unsourced material may be challenged and removed.Find sources: Siemieniotka – news · newspapers · books · scholar · JSTOR (February 2013) (Learn how and when to remove this message) SiemieniotkaTypeSoupPlace of originPolandRegion or stateSilesia, Lesser Poland, ŚwiętokrzyskieMain ingredientsHemp seeds Siemieniotka is a Sile…
Some historical Chinese characters for non-Han peoples were graphically pejorative ethnic slurs, where the racial insult derived not from the Chinese word but from the character used to write it. For instance, written Chinese first transcribed the name Yáo the Yao people (in southwest China and Vietnam) with the character for yáo 猺 jackal. Most of those terms were replaced in the early 20th-century language reforms; for example, the character for the term yáo was changed, replaced this grap…
Italian beach volleyball player Enrico RossiRossi in 2019Personal informationNationality ItalyBorn (1993-06-27) 27 June 1993 (age 30)Cesenatico, ItalyHeight1.94 m (6 ft 4 in)SportSportBeach volleyball Enrico Rossi (born 27 June 1993) is an Italian beach volleyball player. He competed in the 2020 Summer Olympics.[1] References ^ Enrico Rossi. Olympics.com. Archived from the original on 5 August 2021. Retrieved 5 August 2021. External links Enrico Rossi at the FIVB…
Mountain range This article does not cite any sources. Please help improve this article by adding citations to reliable sources. Unsourced material may be challenged and removed.Find sources: Sierra de Gredos – news · newspapers · books · scholar · JSTOR (September 2008) (Learn how and when to remove this message) Sierra de GredosPico Almanzor rising over river TiétarHighest pointElevation2,592 m (8,504 ft)Coordinates40°15′N 5°13′W…